Jumat, 04 Agustus 2017

Laporan Kimdal Karbohidrat



A.      JUDUL PERCOBAAN
Reaksi Pengenalan  Karbohidrat, Lemak Dan Protein

B.       TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari sifat-sifat umum dan reaksi-reaksi senyawa karbohidrat, lemak dan protein.

C.       LANDASAN TEORI
Salah satu komponen zat gizi yang diperoleh dari asupan makanan adalah zat gizi makro selain zat gizi mikro. Zat gizi makro merupakan zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tubuh. Zat gizi makro secara garis besar dibedakan menjadi tiga macam yaitu karbohidrat, protein dan juga lemak. Kelompok zat gizi makro juga merupakan sumber utama penghasil energi bagi tubuh (Purnakarya, 2009:90).
Karbohidrat adalah hasil alam yang melakukan banyak fungsi penting dalam tanaman maupun hewan. Melalui fotosintesis, tanaman mengubah karbon dioksida menjadi karbohidrat, yaitu dalam bentuk selulosa, pati (starch) dan gula-gula  lain. Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksi aldehida, polihidroksi keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa serupa pada hidrolisis. Dengan demikian, kimia karbohidrat adalah gabungan antara dua gugus fungsi yaitu gugus hidroksil dan gugus karbonil (Hart, 1983:332).
Ada tiga kelas besar karbohidrat: monosakarida, dan oligosakarida serta polisakarida. Kita dapat menghidrolisis secara sempurna kedua polisakarida dan oligosakarida untuk nantinya menghasilkan monosakarida, dan hidrolisa lebih lanjut tidak menghasilkan molekul apapun yang lebih kecil dari monosakarida. Oligosakarida adalah polimer yang terdiri dari dua hingga enam satuan monosakarida. Polisakarida seperti pati dan selulosa mengandung beribu-ribu satuan monosakarida yang dihubungkan oleh sambungan-sambungan kovalen yang dapat dihidrolisasikan (Page, 1981:147).
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi sel-sel tubuh, terutama sel-sel otak dan sistem saraf pusat yang membutuhkan asupan dari glukosa darah. Setiap 1 (satu) gram karbohidrat menyediakan energi sebesar 4 (empat) kalori. Selain itu karbohidrat juga ikut berperan dalam fungsi jaringan tubuh, membantu regulasi metabolisme protein, memengaruhi metabolisme lemak, dan glidukogen yang merupakan cadangan energi yang berguna untuk melindungi sel-sel, terutama sel-sel otak dari tekanan fungsi metabolisme dan cidera (Purnakarya, 2009:90).
Lemak adalah ester asam lemak dari gliserol dan juga tersimpan sebagai energi didalam tubuh hewan. Lemak digunakan untuk kebutuhan energi dalam jangka waktu yang panjang, juga untuk pergerakan atau cadangan energi selama periode kekurangan makanan. Dalam tubuh, lemak menyediakan energi dua kali lebih besar dibanding dengan protein. Lemak dalam makanan umumnya berada dalam bentuk trigliserida dan diuraikan dalam tubuh menjadi asam lemak yang bebas. Fraksi lemak ini dapat diklasifikasikan sebagai lilin dalam bentuk ester, sterol, steril ester, triasilgliserida, diasilgliserida, fosfolipida dan asam lemak bebas (Pangkay, 2011:94).
Asam lemak jarang terdapat bebas dialam tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Kita dapat membuat beberapa penyamarataan mengenai asam-asam lemak tersebut , walaupun ada pengecualian seperti: (1) asam lemak pada umunya adalah asam monokarboksilat berantai lurus. (2) asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom karbon genap. (3) asam lemak dapat dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap (Page, 1981:193).
Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol merupakan ester antara gliserol dengan asam lemak rantai yang panjang, seperti asam stearat, asam palmitat atau asam oleat. Perbedaan antara lemak dan minyak adalah wujudnya pada temperatur kamar, lemak berwujud padat sedangakan menyak berwujud cair. Umunya gliserida pada hewan adalah lemak sedangkan gliserida pada tumbuhan berupa minyak. Rumus umum lemak dan minyak adalah:
H2C-O-CO-R1
HC-O-CO-R2
H2C-O-CO-R3
R1, R2 dan R3 bisa sama atau tidak sama (Tim Dosen Kimia Dasar, 2016:26-27).
Lemak mempunyai beberapa fungsi khusus bagi tubuh. Lemak yang berasal dari makanan berfungsi untuk absorbsi vitamin larut lemak, menyediakan asam lemak esensial dan menyediakan energi bagi tubuh. Energi yang diperoleh dari lemak makanan sebesar 9 kalori setiap 1 (satu) gram lemak. Disamping lemak yang berasal dari makanan, lemak yang terdapat dalam tubuh manusia juga memiliki fungsi sebagai alat pelindung organ-organ tubuh yang penting menjaga suhu tubuh, transmisi impuls-impuls saraf struktur membran sel dan prekursor fungsi metabolisme (Purnakarya, 2009:90).
Istilah protein diperkenalkan dalam tahun 1930-an oleh kimiawan Belanda bernama Mulder, yang merupakan salah satu dari orang-orang pertama yang mempelajari secara sistematik kimia dalam protein. Ia secara tepat menyimpulkan peranan inti dari protein dalam sistem hidup dengan menurunkan nama dari bahasa Yunani proteios, yang berarti “bertingkat pertama”. Oleh karena peranan yang berarti dari protein dalam biokimia itu sendiri (Page, 1981:21).
Protein ialah polimer yang terdiri dari asam amino. Protein memainkan peran penting dalam hampir semua proses biologis. Enzim, yaitu katalis biokimia oleh hampir semua protein. Rotein juga membantu berbagai fungsi lain, seperti pengangkutan dan penyimpinan zat vital, gerakan terkordinasi, penyangga mekanis, dan pelindung terhadap penyakit. Tubuh manusia diperkirakan mengandung 100.000 jenis protein, masing-masing mempunyai fungsi fisiologis sendiri-sendiri (Chang, 2004:295).
Protein kadang-kadang diperkenalkan sebagai molekul makro pemberi keterangan, karena urutan asam amino dari protein tertentu tercerminkan keterangan genetik yang terkandung dalam urutan basa dari bagian yang bersangkutan dalam DNA yang mengarahkan biosintesa protein. Tiap jenis protein ditandai ciri-cirinya oleh: (1) susunan kimia khas, setiap protein individual merupakan senyawa murni. (2) bobot molekular yang khas, semua molekul dalam suatu contoh tertentu dari protein murni mempunyai bobot molekular sama. (3) urutan asam amino yang khas, urutan asam amino dan protein tertentu adalah terinci secara genetik (Page, 1981:42-43).
Protein mempunyai massa molar yang tinggi, mulai dari sekitar 5000 g sampai 1 × 107 g, tetapi persen komposisi berdasar massa dari unsur-unsur didalam protein ternyata konstan: karbon, 50 sampai 55 persen; hidrogen, 7 persen; oksigen, 23 persen; nitrogen, 16 persen; dan sulfur, 1 persen. Unit struktur dasar dari protein ialah asam amino. Asam amino ialah senyawa yang mengandung sedikitnya satu gugus amino (-NH2) dan sedikitnya satu gugus karboksil (-COOH):
                                            H                                O
                                    N                                 C        
                                            H                                O     H
gugus amino                gugus karboksil
Ada dua puluh jenis asam amino yang menjadi bahan penyusun semua protein dalam tubuh manusia (Chang, 2004:295).
Protein adalah poliamida, suatu amida yang dibentuk oleh dua asam amino atau lebih disebut peptida. Ikatan amida atara suatu gugus α-amino dari suatu asam amino dan gugus karboksil dari asam amino lain disebut ikatan peptida. Hidrolisis protein akan menghasilkan asam-asam amino.
H2O, H+
                   R  O         R   O                               R                          R1
-HN-CH-C-NH-CH-C-                      H2NCHCOOH + H2NCHCOOH
suatu protein                                       asam-asam  amino
Hanya dua puluh asam amino yang lazim dijumpai dalam protein tumbuhan dan hewan, namun kedua puluh asam amino ini dapat digabung menurut berbagai cara membentuk otot, urat, kulit, kuku, hemoglobin, enzim, antibodi dan banyak hormon (Tim Dosen Kimia Dasar, 2016:28). 
Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membantu dan mempertahankan jaringan tubuh, menghasilkan neurotransmitter bagi otak dan fungsi saraf, menghasilkan asam amino lainnya, pembentukan berbagai hormon, mempertahankan fungsi imunitas tubuh, mempertahankan keseimbangan cairan dan sebagai sumber energi. 1 (satu) gram protein menghasilkan energi sebesar 4 kalori (Purnakarya, 2009:91).
Mie dari campuran tepung sagu dan jagung, selain sebagai sumber karbohidrat, dapat juga digunakan sebagai penambah nutrisi lain yaitu protein dan vitamin, yang hanya didapatkan dari mengkonsumsi sayuran dan daging. Mie berbahan dasar sagu yang dikombinasi dengan jagung dapat menyamai kandunga gizi mie berbahan dasar terigu. Kandungan karbohidrat sagu yang tinggi dengan kandungan nutrisi yang rendah dapat dipenuhi oleh kandungan nutrisi jagung yang tinggi seperti protein dan vitaminnya. Di sisi lain, mie yang dihasilkan dari kombinasi tepung sagu dan jagung yang selanjutnya disebut mie sagung tidak membutuhkan lagi pewarna karena jagung mengandung zat warna alami yang merupakan provitamin A (Auliah, 2012:34).
Peningkatan kematian akibat demensia sebesar 32% dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004. Salah satu faktor penyebab demensia adalah diet yaitu asupan zat gizi makro. Beberapa penelitan menunjukkan secara signifikan bahwa asupan karbohidrat asupan protein yang tinggi tidak hanya meningkatkan kesehatan tetapi juga meningkatkan fungsi kognitif dan tnemori lansia. Lansia dengan asupan lemak dan asam lemakjenuh berlebihan beresiko lebih tinggi untuk mengalami demensia (Purnakarya, 2009:89).
Suatu penelitian untuk mendapatkan kebutuhan protein-energi telah dilakukan dengan menggunakan kambing Kacang umur 7-8 bulan sebanyak 12 ekor jantan dan 18 ekor betina. Secara acak kambing jantan dan betina dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing empat dan enam ekor, dikandangkan individu, diberi ransum (R) rumput Gajah (RG) ditambah konsentrat (K) komersial berbeda protein (PK) dan energi (E) sebagai perlakuan. Lama penelitian 12 minggu, menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x3 (2 jenis kelamin dan 3 ransum). Disimpulkan bahwa konsumsi protein dan pertambahan bobot badan kambing meningkat serta konversi pakan makin efisien sejalan dengan meningkatnya protein-energi konsentrat. Konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan kambing jantan lebih tinggi, serta konversi pakan lebih efisien daripada kambing betina (Martawidjaja, 1999:167).

D.      ALAT DAN BAHAN
1.        Alat
a.         Tabung reaksi                                                                               16 buah
b.        Rak tabung                                                                                   2   buah
c.         Gelas ukur 10 mL                                                                        3   buah
d.        Gelas kimia 1000 mL                                                                   1   buah
e.         Gelas kimia 250 mL                                                                     1   buah
f.         Lampu spiritus                                                                             3   buah
g.        Kasa                                                                                             2   buah
h.        Kaki tiga                                                                                      2   buah
i.          Corong biasa                                                                                1   buah
j.          Cawang penguap                                                                         2   buah
k.        Botol semprot                                                                              1   buah
l.          Korek                                                                                           1   buah
m.      Lap kasar                                                                                      1   buah
n.        Lap halus                                                                                      2   buah
o.        Batang pengaduk                                                                         1   buah
p.        Sendok                                                                                         1   buah
q.        Pipet tetes                                                                                                10  buah
2.        Bahan
a.         Glukosa (C6H12O6) 0,02M
b.        Fruktosa (C6H12O6) 0,02M
c.         Sukrosa (C12H22O11) 0,02M
d.        Natrium hidoksida (NaOH) 40% dan 6 M
e.         Telur (Putih Telur)
f.         Minyak kelapa
g.        Natrium klorida (NaCl) jenuh
h.        Seng sulfat (ZnSO4) 1%
i.          Asam klorida (HCl) pekat
j.          Asam sulfat (H2SO4) pekat
k.        Larutan pati ((C6H10O5)n) 0,7%
l.          Alfa-naftol (C10H8O) 5% (dalam alkohol)
m.      Etanol (C2H6O) 95%
n.        Kalsium klorida (CaCl2)
o.        Lakmus merah
p.        Indikator universal
q.        Larutan luff encer
r.          Resorsinol (C6H6O2) 0,5%
s.         Garam dapur (NaCl)
t.          Pb-Asetat
u.        Kertas saring

E.       PROSEDUR KERJA
1.        Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan
2.        Alat yang akan digunakan dicuci sampai bersih menggunakan air kemudian keringkan dengan menggunakan kain lap halus
a.         Reaksi-reaksi umum karbohidrat
1.        Panaskan 600 mL air di atas kaki tiga, menggunakan gelas kimia 1000 mL dengan pembakar spiritus
2.        Tabung reaksi sebanyak 12 buah disiapkan kemudian masing-masing 3 tabung reaksi diisi dengan 1 mL glukosa 0,02 M. 3 tabung reaksi yang lain diisi 1 mL larutan fruktosa 0,02M. 3 tabung reaksi yang lain diisi dengan 1 mL larutan sukrosa, dan 3 tabung reaksi yang lainnya di isi dengan 1 mL larutan pati 0,7%
a)        Uji Luff
1)        Ke dalam masing-masing tabung yang berisi glukosa, fruktosa, sukrosa, dan larutan pati ditambahkan 1mLlarutan Luff encer.
2)        Larutan dicampur secara merata, dan dicelupkan ke dalam air yang telah di panaskan selama 15 menit.
3)        Perubahan dan kecepatan perubahannya yang terjadi di amati.
b)        Uji Molisch
1)        Ke dalam masing-masing tabung yang berisi glukosa, fruktosa, sukrosa, dan larutan pati ditambahkan 2 tetes larutan α-naftol 5%.
2)        Larutan dicampur secara merata, dan dialirkan dengan hati-hati H2SO4 melalui dinding tabung.
3)        Timbulnya warna pada perbatasan kedua lapisan yang terjadi di amati.
c)        Uji Seliwanoff
1)        Ke dalam masing-masing tabung yang berisi glukosa, fruktosa, sukrosa, dan larutan pati ditambahkan 2 mL HCl pekat .
2)        Larutan dicampur secara merata, dan didihkan selama 30 menit.
3)        Segera didihkan dan ditambahkan 0,5 mL resorsinol 0,5 % dan diamati perubahan yang terjadi.
b.        Reaksi umum lemak
1)        Reaksi penyabunan
a)        5 mL NaOH 40 % dimasukkan kedalam cawan penguap
b)        Sebanyak 5 mL minyak kelapa dan 5 mL etanol ditambahkan ke dalam cawan penguap
c)        Larutan tersebut dipanaskan selama 15 menit. Jika telah terbentuk padatan tambahkan 40 mL NaCl jenuh.
d)       Larutan tersebut disaring dengan kertas saring dengan menggunakan corong biasa.
e)        Wujud dan warnanya diamati
2)        Larutan dari setengah sabun yang telah terbentuk dibuat larutan dengan melarutkannya dalam 100 mL aquades.
a)        pH larutan sabun tersebut diperiksa mengunakan indikator universal.
b)        Larutan CaCl2 sebanyak 5 mL ditambahkan ke dalam 10 mL larutan sabun di atas.
c)        Larutan dikocok dan di amati perubahan yang terjadi.
d)       Sabun yang terbentuk di coba dengan mencuci tangan.
c.         Reaksi-reaksi umum protein
Sebanyak 2 mL putih telur diencerkan dengan 12 mL aquades, diaduk sampai rata. Larutan yang diperoleh tidak bening ditambahkan sedikit dengan garam dapur.
1)        Tabung reaksi sebanyak 4 buah disediakan dan diisi dengan 2 mL larutan putih telur yang telah dibuat.
2)        Tabung pertama ditambahkan setetes demi setetes larutan ZnSO4 encer, dan diamati perubahan yang terjadi.
3)        Pada tabung kedua ditambahkan 1 mL NaOH, dan beberapa CuSO­4  1%. Larutan diaduk hingga rata dan diamati warna yang terjadi.
4)        Pada tabung ketiga ditambahkan 1 mL NaOH 6 M. Larutan ini dipanaskan dengan hati-hati. Selanjutnya uap yang keluar dibaui dan diperiksa dengan kertas lakmus merah basa.
5)        Pada tabung keempat ditambahkan beberapa tetes larutan Pb-asetat dan 1 mL NaOH 6 M. Larutan tersebut dipanaskan dan diamati perubahan yang terjadi.

F.        HASIL PENGAMATAN
1.      Reaksi-Reaksi Umum Karbohidrat
No
Larutan
Yang Diuji
Uji Luff
Uji Molisch
Uji Seliwanoff
1
Glukosa
Terbentuk endapan merah bata
Terbentuk cincin ungu diantara dua lapisan
Larutan berwarna kuning
2
Sukrosa
Tidak terdapat endapan merah bata, larutan tetap berwarna biru
Terbentuk cincin ungu diantara dua lapisan
Larutan berwarna kuning
3
Fruktosa
Terbentuk endapan merah bata
Terbentuk cincin ungu diantara dua lapisan
Larutan berwarna orange-kemerahan
4
Pati
Terbentuk endapan merah bata
Terbentuk cincin ungu diantara dua lapisan
Larutan berwarna kuning

2.       Reaksi-Reaksi Umum Lemak
No
Percobaan
Pengamatan
1
5 mL NaOH 40% ditambahkan 5 mL minyak kelapa dan 5 mL etanol
Larutan bening dan berminyak
2
Larutan dipanaskan selama 15 menit
Hitam kecoklatan
3
Didinginkan lalu ditambahkan 40 mL NaCl jenuh
Tidak tercampur antara paadatan dengan larutan NaCl jenuh
4
Larutan sabun ditambahkan 100 mL aquades daan diukur pH-nya
Larutan keruh dan pH 8
5
Larutan ditambahkan CaCl2 5 mL kedalam larutan sabun 10 mL
Terdapat endapan putih

3.      Reaksi-Reaksi Umum Protein
No
Percobaan
Pengamatan
1
2 mL putih telur ditambahkan 12 mL aquades
Larutan putih telur
2
Reaksi pengendapan dengan ditambahkan beberapa tetes ZnSO4
Terdapat gumpalan putih
3
·         Uji biuret ditambahkan 1 mL NaOH 6 M
·         Ditambahkan beberapa tetes CuSO4 1%
·        Berwarna biru muda
·        Tidak mengalami perubahan warna
4
·         Pada tabung ketiga ditambahkan 1 mL NaOH 6 M
·         Dipanaskan lalu uap dibaui
·         Dimasukkan lakmus merah kedalam larutan
·        Tidak terjadi perubahan warna yaitu tetap bening
·        Berbau amis
·        Lakmus merah jadi biru
5
·         Pada tabung ditambahkan beberapa tetes Pb-asetat
·         Ditambahkan 1 mL NaOH kedalam larutan dan dipanaskan
·        Terdapat endapan putih
·        Tetap terbentuk endapan putih dan tidak mengalami perubahan

G.      PEMBAHASAN
1.      Reaksi-Reaksi Umum Karbohidrat
a.       Uji Luff (untuk menguji daya mereduksi)
Uji Luff merupakan uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya gugus aldehid (-CHO). Pereaksi Luff mengandung senyawa Natrium Karbonat yang memiliki sifat basa menyebabkan larutan berwarna merah bata menunjukkan adanya gula pereduksi pada reaksi. Komponen utama reagen Luff adalah CuO. Pengujian dilakukan dengan penambahan reagen Luff dalam jumlah tertentu kedalam sampel berupa glukosa, sukrosa, fruktosa dan pati, kemudian dipanaskan atau merendam sampel yang telah ditambah reagen dalam air yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Fungsi dari pemanasan yang dilakukan yaitu untuk mempercepat terjadinya reaksi. Reaksi yang terjadi adalah:
Percobaan pertama yaitu dengan mereaksikan glukosa dengan larutan Luff encer kedalam tabung I yang kemudian dipanaskan dalam air selama 15 menit. Hasil pengamatan pada tabung I yaitu terbentuknya endapan merah bata yang menandakan bahwa glukosa memilki gugus aldehid (-CHO) dan menandakan glukosa termasuk salah satu gula pereduksi. Ini membuktikan bahwa glukosa termasuk dalam golongan karbohidrat yang didefinisikan menurut Hart (1983) sebagai polihidroksi aldehida, polihidroksi keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa serupa pada hidrolisis. Adapun reaksinya yaitu:
Percobaan kedua yaitu dengan mereaksikan sukrosa dengan larutan Luff encer kedalam tabung II yang kemudian dipanaskan dalam air selama 15 menit. Hasil pengamatan pada tabung II yaitu tidak terbentuknya endapan merah bata dan larutan tetap berwarna biru. Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori, bahawa sukrosa tidak menyebabkan perubahan warna saat uji Luff. Hal ini dikarenakan, pada sukrosa tidak terdapat gugus karbonil yang reduktif. Gugus reduktif pada sukrosa terdapt pada atom C nomer 1 pada glukosa. Sedangkan pada fruktosa pada atom C nomer 2. Jika atom-atom tersebut saling mengikat maka daya mereduksinya akan hilang. Hal ini menjelakan bahwa meskipun sukrosa termasuk golongan karbohidrat akan tetapi sukrosa memiliki daya mereduksi yang cukup lambat yang menyebabkannya tidak membentuk endapan merah bata seperti pada glukosa walaupun tetap termasuk dalam salah satu gula pereduksi. Adapun reaksinya yaitu:
Percobaan ketiga yaitu dengan mereaksikan fruktosa dengan larutan Luff encer kedalam tabung III yang kemudian dipanaskan dalam air selama 15 menit. Proses pemanasan berfungsi dalam mempercepat terjadinya reaksi. Hasil pengamatan pada tabung III yaitu terbentuknya endapan merah bata yang menandakan bahwa fuktosa memilki gugus aldehid (-CHO) dan menandakan fruktosa termasuk salah satu gula pereduksi.. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan mereduksi antara glukosa dan fruktosa hampir sama yaitu lebih cepat dibandingkan dengan sukrosa. Berdasarkan teori, fruktosa mempunyai gugus reduksi bebas yang dapat mereduksi sehingga terbentuk Cu2O yang berupa endapan merah bata.
           Percobaan keempat yaitu dengan mereaksikan pati dengan larutan Luff encer kedalam tabung IV yang kemudian dipanaskan dalam air selama 15 menit. Proses pemanasan berfungsi dalam mempercepat terjadinya reaksi. Hasil pengamatan pada tabung IV yaitu terbentuknya endapan merah bata yang menandakan bahwa pati juga memilki gugus aldehid (-CHO) dan menandakan pati termasuk salah satu gula pereduksi seperti halnya glukosa, sukrosa dan fruktosa. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan mereduksi antara glukosa dan fruktosa dan juga pati hampir sama yaitu lebih cepat dibanding sukrosa. Berdasarkan teori, pati mempunyai gugus reduksi bebas yang dapat mereduksi sehingga terbentuk Cu2O yang berupa endapan merah bata.
b.      Uji Molisch (untuk menguji pengaruh asam/dehidrasi)
Uji Molisch merupakan uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Uji ini didasari oleh reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang berwarna ungu. Pereaksi Molisch terdiri dari α-naftol dalam alkohol. Pada percobaan dilakukan penambahan α-naftol dan H2SO4 pada sampel uji. α-naftol bertujuan untuk mengikat OH pada sempel bahan yang akan diujikan, sedangakan H2SO4 bertujuan menghidrasi karbohidrat membentuk furfural. Uji positif dari penggunaan pereaksi ini ditandai dengan munculnya cincin ungu dipermukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Reaksi yang terjadi adalah:
Percobaan pertama yaitu dengan mereaksikan glukosa dengan larutan α-naftol kedalam tabung I yang kemudian dicampur secara merata dan kemudian ditambahkan H2SO4 secara hati-hati. Hasil pengamatan pada tabung I yaitu terbentuknya cincin ungu diantara dua lapisan. Hasil tersebut sesuai dengan teori yang menunjukkan bahwa pengaruh asam/dehidrasi pada glukosa yaitu terbentuknya furfural yang pada akhirnya menyebabkan munculnya cincin ungu dipermukaan.
Percobaan kedua yaitu dengan mereaksikan sukrosa dengan larutan α-naftol kedalam tabung II, mereaksikan fruktosa dengan larutan α-naftol kedalam tabung III, dan mereaksikan pati dengan larutan α-naftol kedalam tabung IV,yang kemudian masing-masing dicampur secara merata dan kemudian ditambahkan H2SO4 secara hati-hati. Hasil pengamatan pada tabung II, tabung III dan tabung IV serupa dengan tabung I yaitu terbentuknya cincin ungu diantara dua lapisan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh asam/dehidrasi pada glukosa yaitu terbentuknya furfural yang pada akhirnya menyebabkan munculnya cincin ungu dipermukaan.
c.       Uji Seliwanoff (untuk menguji hasil hidrolisis)
Uji Seliwanoff digunakan untuk membedakan gula (karbohidrat) yang diuji masuk kategori ketosa atau aldosa. Gula aldosa memiliki gugus aldehid, sedangkan ketosa memiliki gugus keton. Dasar dari uji ini adalah bahwa ketosa lebih cepat terhidrasi dibandingkan aldosa saat dipanaskan. Reagen uji Seliwanoff ini terdiri dari HCl pekat dan resorsinol. Asam reagen ini menghidrolisis polisakarida dan oligosakarida menjadi gula sederhana. Adapun uji positifnya yaitu terbentuknya larutan warna orange yang membuktikan adanya karbohidrat akibat adanya kondensasi. Reaksi yang terjadi adalah:
Percobaan pertama yaitu dengan mereaksikan glukosa dengan larutan HCl pekat kedalam tabung I yang kemudian dipanaskan selama ± 30 menit dan kemudian ditambahkan resorsinol. Proses pemanasan berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil pengamatan pada tabung I yaitu larutan berwarna kuning. Berdasarkan teori bahwa larutan berwarna kuning yang artinya, glukosa tergolong kedalam aldosa yaitu golongan yang memiliki gugus aldehid dalam struktur kimianya.
Percobaan kedua yaitu dengan mereaksikan sukrosa dengan larutan HCl pekat kedalam tabung II yang kemudian dipanaskan selama ± 30 menit dan kemudian ditambahkan resorsinol. Proses pemanasan berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil pengamatan pada tabung II yaitu larutan berwarna kuning. Meskipun hasil yang diperoleh larutan berwarna kuning yang tidak sesuai dengan teori yang seharusnya berwarna orange, bukan berarti sukrosa termasuk dalam golongan aldosa melainkan golongan ketosa. Adapun hasil yang tidak sesuai mungkin dikarenakan kesalahan praktikan dalam menjaga kebersihan alat yang digunakan atau kurang teliti dalam pencampuran reaksi.
Percobaan ketiga yaitu dengan mereaksikan fruktosa dengan larutan HCl pekat kedalam tabung III yang kemudian dipanaskan selama ± 30 menit dan kemudian ditambahkan resorsinol. Proses pemanasan berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil pengamatan pada tabung III yaitu larutan berwarna orange-kemerahan. Hasil yang diperoleh dari uji seliwanoff pada fruktosa sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa fruktosa termasuk golongan ketosa yang memiliki gugus keton ditandai dengan warna larutan orange-kemerahan.
Percobaan keempat yaitu dengan mereaksikan pati dengan larutan HCl pekat kedalam tabung IV yang kemudian dipanaskan selama ± 30 menit dan kemudian ditambahkan resorsinol. Proses pemanasan berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi. Hasil pengamatan pada tabung IV yaitu larutan berwarna kuning. Ketika larutan ditambahkan Seliwanoff, terjadi perubahan warna menjadi kuning dan setelah pemanasan berwarna merah-orange yang menunjukkan bahwa pati termasuk ketosa dan peristiwa monosakarida ketosa menjadi furfural lebih cepat dibandingkan dengan aldehid karena aldehid mengalami transformasi menjadi ketosa sebelum didehidrasi.
2.      Reaksi Umum Lemak
Reaksi penyabunan merupakan reaksi hidrolisis lemak/minyak dengan menggunakan basa kuat seperti NaOH atau KOH sehingga menghasilakan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Untuk menghasilkan sabun yang keras digunakan NaOH, sedangkan untuk menghasilkan sabun yang lunak atau sabun cair digunakan KOH. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air yang menyebakan larutan sabun dalam air bersifat basa. Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Reaksi yang terjadi adalah:
                        O                                                                           O
            H2C-O-C-R1                                        H2C-OH            R1-C-O-Na
                        O                                                                           O
 HC-O-C-R2     +     3NaOH                HC-OH     +     R2-C-O-Na
                        O                                                                           O
H2C-O-C-R3                                                     H2C-OH           R3-C-O-Na
trigliserida                   basa                 gliserol                 sabun
Percobaan pertama yaitu dengan mereaksikan NaOH, minyak kelapa dan etanol dalam cawan penguap sebagai bahan baku pembuatan sabun menghasilkan larutan bening dan berminyak. NaOH berfungsi sebagai agen penghidrolisis sehingga terbentuk sabun. Minyak kelapa berfungsi sebagai bahan dasar dalam pembuatan sabun yang merupakan lemak dalam wujud cair pada suhu ruangan. Sedangkan etanol berfungsi sebagai pelarut organik dalam proses penyabunan dan juga berfungsi sebagai pengemulsi lemak. Lalu dipanaskan ± 15 menit sehingga menjadi hitam kecoklatan. Kemudian, hasil padatan ditambahkan NaCL jenuh untuk memisahkan produk sabun dan gliserin. Penggunaan NaCl berfungsi sebagai pengikat gliserol dari hasil reaksi penyabunan. Gliserin tidak mengalami pengendapan karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. Kemudian lakukan penyaring campuran dan setelah itu dibilas hasil saringan untuk memperoleh produk sabun. Setelah itu sabun ditambahkan aquades dan diukur pH larutan untuk mengetahui sifat produk sabun yang dihasilkan. Hasil pengamatan yang diperoleh yaitu larutan keruh dengan pH 8 yang berarti basa menunjukkan sifat sabun dalam air. Lalu tambahkan CaCl2 kedalam larutan sabun yang hasilnya terbentuk endapan putih. Penambahan CaCl2 kedalam larutan sabun yaitu untuk mengikat gugus OH pada sabun.
3C17H35COONa      +      CaCl2                      (C17H35COO)2Ca + 2NaCl
natrium stearat          kalsium klorida                                     natrium klorida

3.      Reaksi-Reaksi Umum Protein
Uji positif reaksi pengendapan yaitu terbentuknya endapan putih. Percobaan pertama dimulai dengan mengencerkan putih telur dengan aquades kemudian aduk hingga rata. Jika larutan tidak bening, tambahkan garam dapur. Perlakuan pertama yaitu reaksi pengendapan dengan penambahan ZnSO4 yang berfungsi dalam proses terjadinya denaturasi dan koagulasi, menghasilkan gumpalan putih akibat dehidrasi protein yang sekaligus menandakan adanya kandungan protein dalam telur. Dehidrasi protein menyebabkan protein memiliki kelarutan rendah dan mudah untuk menguap.
Percobaan kedua yaitu uji biuret yang dapat diartikan sebagai pengujian kualitas protein untuk mengetahui apakah senyawa mengandung amina dengan perubahan warna merah muda atau ungu, selain itu juga dapat berarti pengujian untuk membuktikan adanya ikatan peptida dalam suatu larutan yang diuji. Uji biuret dilakukan dengan penambahan NaOH yang menyebabkan larutan berwarna biru muda. Penambahan NaOH dimaksudkan sebagai katalis yang mempercepat terjadinya reaksi. Kemudian dilanjutkan dengan penambahan CuSO4 dengan hasil pengamatan yang menunjukkan tidak terjadinya perubahan warna. CuSO4 berfungsi untuk membuktikan adanya ikatan peptida. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori yang ada, terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan proses mereaksikannya terjadi kesalahan baik dari segi bahan ataupun ketidak telitian praktikan dalam kebersihan alat dan pengukuran volume bahan yang digunakan. Adapun reaksinya yaitu:
Percobaan ketiga yaitu uji uap dengan menggunakan lakmus merah. Adapun uji positifnya yaitu ternetuknya larutan berwarna kuning dan membirukan lakmus merah. Larutan awal tidak terjadi perubahan warna saat penambahan NaOH. Penambahan NaOH bertujuan untuk mendenaturasi protein sehingga iktan yang menghubungkan atom S dapat terputus. Kemudian larutan dipanaskan dan dibaui yang dari hasil pengamatan berbau amis. Bau yang dihasilkan terjadi karena adanya unsur Nitrogen dan Hidrogen dalam larutan. Setelah itu uji uap dengan lakmus merah, hasil pengamatan menunjukkan perubahan warna lakmus merah menjadi biru yang menandakan sifat basa sesuai dengan teori. Sifat basa ditimbulkan oleh penambahan NaOH pada larutan.
Percobaan keempat yaitu penambahan Pb-asetat dengan uji positifnya yaitu, pada penambahan NaOH terdapat larutan beda fase. Saat penambahan Pb-asetat terbentuk  endapan putih. Setelah pemanasan terbetuk endapan berwarna hitam. Adapun fungsi penambahan Pb-asetat yaitu untuk menguji ada tidaknya belerang pada protein. Berdasarkan hasil pengamatan penambahan Pb-asetat menghasilkan endapan putih. Kemudian dilakukan penambahan NaOH lalu dipanaskan yang menghasilkan endapan putih yang artinya tidak terjadi perubahan. Adapun reaksinya yaitu:

H.      KESIMPULAN
Untuk reaksi-reaksi umum karbohidrat pada penguji Luff menunjukkan kecepatan mereduksi antara glukosa dan fruktosa dan juga pati hampir sama yaitu lebih cepat dibanding sukrosa. Uji Molisch pengamatan pada tabung II, tabung III dan tabung IV serupa dengan tabung I yaitu terbentuknya cincin ungu diantara dua lapisan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh asam/dehidrasi pada glukosa yaitu terbentuknya furfural yang pada akhirnya menyebabkan munculnya cincin ungu dipermukaan. Uji Seliwanoff  menunjukkan bahwa glukosa tergolong kedalam aldosa yaitu golongan yang memiliki gugus aldehid dalam struktur kimianya. Meskipun hasil yang diperoleh larutan berwarna kuning, bukan berarti sukrosa termasuk dalam golongan aldosa melainkan golongan ketosa. Fruktosa termasuk golongan ketosa yang memiliki gugus keton sesuai dengan teori yang ada. Pati termasuk ketosa dan peristiwa monosakarida ketosa menjadi fufural lebih cepat dibandingkan dengan aldehid karena aldehid mengalami transformasi menjadi ketosa sebelum didehidrasi.
Untuk reaksi umum lemak yaitu pada reaksi penyabunan yang menghasilkan gliserin yang tidak mengalami pengendapan karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. Kemudian saring dan dibilas untuk memperoleh produk sabun. Produk sabun memiliki pH 8 yang berarti basa menunjukkan sifat sabun dalam air. Penambahan CaCl2 kedalam larutan sabun yaitu untuk mengikat gugus OH pada sabun hasilnya terbentuk endapan putih.
Untuk reaksi-reaksi umum protein pada percobaan pertama menunjukkan terjadinya dehidrasi protein menyebabkan protein memiliki kelarutan rendah dan mudah untuk menguap. Percobaan kedua yaitu uji biuret yang dapat diartikan sebagai pengujian kualitas protein untuk mengetahui apakah senyawa mengandung amina dengan perubahan warna merah muda atau ungu, selain itu juga dapat berarti pengujian untuk membuktikan adanya ikatan peptida dalam suatu larutan yang diuji. Percobaan ketiga yaitu uji uap dengan menggunakan lakmus merah. Setelah itu uji uap dengan lakmus merah, hasil pengamatan menunjukkan perubahan warna lakmus merah menjadi biru yang menandakan sifat basa. Percobaan keempat yaitu penambahan Pb-asetat dengan uji positifnya yaitu, pada penambahan NaOH terdapat larutan beda. Adapun fungsi penambahan Pb-asetat yaitu untuk menguji ada tidaknya belerang pada protein.
I.       SARAN
Untuk praktikan selanjutnya diharapkan memastikan kebersihan alat yang akan digunakan terlebih dahulu agar meminimalisir kesalahan. Dan selai iyu ketelitian dalam mereaksikan juga dibutuhkan untuk hasil yang lebih baik.





DAFTAR PUSTAKA

Auliah, Army. 2012. Formulasi Kombinasi Tepung Sagu dan Jagung pada Pembuatan Mie. Jurnal Chemica Vol. 13 No. 2.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Martawidjaja, Muchji, B. Setiadi dan Sorta. S. Sitorus. 1999. Pengaruh Tingkat Protein-Energi Ransum Terhadap Kinerja Produksi Kambing Kacang Muda. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol. 4 No. 3.

Page, David S dan R. Soedoro. 1981. Prinsip-Prinsip Biokimia Edisi Kedua. Surabaya: Erlangga.

Pangkey. 2011. Kebutuhan Asam Lemak Esensial pada Ikan Laut. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. VII-2.

Purnakarya, Idral. 2009. Peran Zat Gizimakro terhadap Kejadian Demensia pada Lansia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 03. No. 2.

Tim Dosen Kimia Dasar. 2016. Penuntun Kimia Dasar Lanjut. Makassar: UNM.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar