Jumat, 04 Agustus 2017

Laporan Kimdal Redoks



A.  JUDUL PERCOBAAN
Reaksi Reduksi Oksidasi

B.  TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari reaksi-reaksi reduksi oksidasi

C.  LANDASAN TEORI
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonversi energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah reaksi redoks (oksidasi-reduksi) dimana dalam reaksi ini energi yang dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau dimana energi listrik digunakan agar reaksi yang nonspontan bisa terjadi. Meskipun reaksi redoks elektron ditransfer dari satu zat ke zat lain (Chang,2004:194).
Pada umumnya, tiap reaksi oksidasi-reduksi dapat dianggap sebagai jumlah tahap oksidasi dan reduksi. Harus ditekankan bahwa tahap-tahap individu ini tak dapat berlangsung sendiri tiap tahap oksidasi haruslah disertai suatu tahap reduksi dan sebaliknya. Tahap reduksi ataupun oksidasi, yang melibatkan pelepasan ataupun pengambilan elektron sering disebut reaksi setengah-sel (atau lebih sederhana sel-setengah), karena gabungan mereka dapat disusun sel galvani (baterai). Semua reaksi oksidasi-reduksi yang berlangsung dalam satu arah tertentu misalnya  dapat direduksi oleh , tetapi reaksi kebalikannya, oksidasi  dapat direduksi oleh , tetapi reaksi kebalikannya, oksidasi  oleh  tidak akan terjadi. Hal inilah yang menyebabkan digunakan panah tunggal dalam semua reaksi, termasuk proses setengah-sel juga. Namun jika diperiksa satu reaksi setengah-sel secara tersendiri, dapatlah dikatakan bahwa biasanya reaksi ini reversibel. Jadi, sementara  dapat direduksi menjadi , demikian pula  dapat dioksidasi menjadi  dengan zat yang sesuai (misalnya ) (Svehla,1985:109-110).
Peristiwa reaksi oksidasi reduksi dapat dicontohkan pada tingginya kemasaman tanah sulfat masam merupakan permasalahan utama yang muncul untuk pertanaman padi, agar tanaman padi tambah optimal diperlukan penggenangan tanah pada beberapa fase pertumbuhan vegetatifnya. Dilain sisi upaya penggenangan secara tidak langsung akan mendorong terjadinya reaksi besi yaitu berubahnya  menjadi . Pada kondisi tergenang ketersediaan oksigen menajadi sangat terbatas karena laju diffusi oksigen dapat berjalan 10.000 kali lebih lambat daripada kondisi aerob sedangkan oksigen diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan aktifitasnya, akibatnya  direduksi untuk dijadikan sebagai akseptor elektron oleh bakteri pereduksi besi agar didapatkan energi untuk kelangsungan hidupnya. Pada kondisi tereduksi mikroorganisme akan menggunakan  sebagai penerima elektron sehingga konsentrasi  dengan bantuan bahan organik
                                                                                           (Fahmi,2008:49)
Salah satu zat yang terdapat dalam air yang dapat mengganggu kesehatan manusia baik dari konsentrasi ataupun dari segi psikologis adalah Fe, dimana Fe dalam air dapat bersumber dari : (1) proses oksidasi yaitu adanya bakteri besi (Crenathorix) yang mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi ferro  menjadi ferri , (2) korosif akan mengalami pengkaratan dari besi yang terdapat dalam air atau sistem perpipaan yang membuat kandungan Fe bertambah, dan (3) mineral-mineral yang terkandung ditanah (Abidin,2008:165-166).
Peralatan percobaan untuk menghasilkan listrik dengan memanfaatkan reaksi redoks spontan disebut sel galvanik atau sel volta, diambil dari nama ilmuwan Italia Luigi Galvani dan Alessandri Colta yang membuat versi awal dari alat ini. Berdasarkan defenisi, anoda dalam sel galvanik ialah elektroda tempat terjadinya oksidasi dan katoda ialah eketroda tempat terjadinya reaksi. Arus listrik mengalir dari anoda ke katoda karea ada selish energi potensial listrik diantara kedua elektroda. Aliran arus listrik ini analog dengan air yang jatuh dari air terjun karena ada selisih energi potensial gravitasi (Chang, 2004:197).
Pemberian arus searah dalam larutan menyebabkan terjadi proses reduksi pada katoda dan oksidasi pada anoda. Agar proses ini dapat berlangsung diperlukan pengaturan potensial yang diberikan. Agar terjadi pengendapan makan diperlukan data-data berupa harga potensial reduksi pada logam-logam yang terleibat dalam proses tersebut. Sebagai contoh potensial reduksi dari besi ( / ) adalah 0,771 Volt; /Fe -440 Volt; /Zn adalah -0,763 Volt;  adalah 1,360 Volt; /Cr adalah -0,744 Volt; /Pb adalah -0,126 Volt dan /Cu adalah 0,337 Volt. Logam dengan potensial reduksi besar akan terendapkan dikatoda terlebih dahulu. Pada potensial tertentu (2,5-4 Volt) logam-logam berat dalam limbah dapat tereduksi pada logam besi yang digunakan sebagai katoda (Marwati,2009:22).
Reaksi setengah-sel yang melibatkan hilangnya elektron disebut reaksi oksidasi. Istilah “oksidasi” pada awalnya digunakan oleh kimiawan untuk menjelaskan kombinasi unsur dengan oksigen. Namun, istilah tersebut sekarang memiliki arti yang lebih luas, termasuk untuk reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen. Reaksi setengah sel yang melibatkan penangkapan elektron disebut reaksi reduksi. Dalam pembentukan kalsium oksida,kalsium teroksidasi. Kalsium bertindak sebagai suatu zat pengoksidasi karena memberikan elektron kepada oksigen dan menyebabkan oksigen tereduksi. Oksigen tereduksi dan bertindak sebagai zat pengoksida karena menerima elektron dari kalsium, yang menyebabkan kalsium teroksidasi. Prhatikan bahwa tingkat oksidasi dalam reaksi redoks harus sama dengan tingkat reduksi yaitu jumlah elektron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan jumlah elektro yang diterima oleh zat pengoksidasi (Chang,2004:100).
Reaksi redoks adalah melibatkan adanya transfer elektron dengan demikian terjadi perubahan tingkat atau bilangan oksidasi spesial yang melibatkan adanya transfer elektron. Oleh karena itu, untuk mengetahui jumlah elektron yang terlibat perlu identififksasi tingkat oksidasi atau bilangan oksidasi spesis yang terlibat dalam reaksi. Bilangan oksidasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai bilangan positif atau negatif yang menunjuk pada muatan satu spesies bila elektron-elektron dianggap terdistribusi pada atom-atom menurut aturan tertentu. Aturan distribusi ini adalah secara ionik bagi spesies heteronuklir yang artinya terjadi perpindahan elektron kepada atom yang lebih bersifat elektronegatif, dan secara kovalen murni bagi spesies homonuklir (Sugiyarto,2014:111).
            Menurut Tim Dosen Kimia Dasar,2016:34, untuk mengetahui apakah terjadi reaksi redoks apabila zat A direaksikan dengan zat B, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1.      Tingkat oksidasi usur dalam zat A maupun zat B, apakah ada yang dapat naik dan ada yang dapat turun bilangan oksidasinya. A harus berisi unsur yang dapat dioksidasi dan B berisis unsur yang dapat direduksi atau sebaliknya. Misalnya reaksi antara asam nitrat denga ferri oksida
Reaksi diatas bukan reaksi redoks, karena H, N dan Fe mempunyai bilangan oksidasi, hanya dapat direduksi. Lain halnya dengan reaksi :
Reaski diatas mungkin merupakan reaksi redoks, karena  muatannya dapat naik menjadi , sedangkan  muatannya turun menjadi .
2.      Apakah benar terjadi reaksi redoks, masih tergantung dari kekuatan oksidator. Memperhatikan reaksi antara  dan  maka artinya apakah  cukup kuat mengoksidasi  atau sebaliknya  cukup kuat untuk mereduksi . Harus dimengerti bahwa oksidator maupun reduktor mempunyai kekuatan yang berbeda-beda. Ukuran kekuatan mengoksidasi atau mereduksi itu diberikan oleh besarnya potensial redoks sistem yang bersangkutan.
            Sistem redoks basa adalah sistem dalam mana antara bentuk oksidasi dan bentuk reduksi zat hanya elektron yang dipertukarkan. Dari sistem tersebut sistem semacam ini umumnya dapat diberikan oleh kesetimbangan berikut :
Disini Ox dan Red menyatakan masing-masing bentuk oksidasi dan reduksi dari zat itu, a dan b bilangan stoikiometri, sedangkan n ialah banyaknya elektron yang dipertukarkan. Jika banyaknya mol kedua ruas kesetimbangan sama (artinya a=b) akan diperoleh sistem redoks homogem. Dalam kasus yang paling sederhana a=b=1, bila sistem dapat ditulis sebagai :
                                                                                               (Svehla,1985:110-111)
D. ALAT DAN BAHAN
1.        Alat
a.         Tabung reaksi                                                                   3 buah
b.        Rak tabung reaksi                                                                        1 buah
c.         Labu semprot                                                                   1 buah
d.        Spiritus                                                                             1 buah
e.         Gelas ukur                                                                        3 buah
f.         Kain kasar                                                                        1 buah
g.        Kain halus                                                                        1 buah
h.        Klem kayu                                                                        1 buah
i.          Pipet tetes                                                                                    4 buah
2.        Bahan
a.         Kalium permanganat (KmnO4)  0,1 M
b.        Asam sulfat (H2SO4) 1 M           
c.         Ferro sulfat (FeSO4) 0,1 M
d.        Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 M
e.         Asam Oksalat (H2C2O4)   0,1 M
f.         Aquadest (H2O)

E. PROSEDUR KERJA
1.        Alat dan bahan disiapkan dan dicuci dengan air, lalu dikeringkan
2.        Kalium permanganat (KMnO4) 0,1 M dimasukkan kedalam tabung pertama sebangyak 1 mL dan ditambahkan asam sulfat (H2SO4)  1 M sebanyak 1 mL.
3.        Ferro sulfat (FeSO4) diteteskan pada tabung pertama sebanyak 5 tetes dan perubahan yang terjadi diamati.
4.        Perlakuan 2 diulangi pada tabung kedua dan diteteskan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 M dan perubahan yang terjadi diamati.
5.        Perlakuan 2 diulangi pada tabung ketiga dan diteteskan larutan asam oksalat (H2S2O3)            0,1 M. Larutan kemudian dipanaskan menggunkan pembakar spiritus dan amati perubahan yang terjadi.

F. HASIL PENGAMATAN
No.
Aktivitas
Perubahan yang terjadi
1.
1 mL KMnO4 dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL H2SO4 1 M
Larutan berwarna ungu pekat
2.
Kemudian ditambahkan beberapa tetes FeSO4 0,1 M
Tidak terjadi perubahan warna larutan, tetap berwarna ungu pekat
3.
1 mL KMnO4 dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL H2SO4 1 M
Larutan berwarna ungu pekat
4.
Lalu ditambahkan beberapa tetes  Na2S2O3 0,1 M
Terjadi perubahan warna menjadi coklat
5.
1 mL KMnO4 dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 1 mL H2SO4 1 M
Larutan berwarna ungu pekat
6.
Lalu ditambahkan beberapa tetes  H2C2O4 0,1 M
Tidak terjadi perubahan warna larutan, tetap berwarna ungu pekat
7.
Kemudian tabung dipanaskan
Tetap berwarna ungu pekat dan terjadi letupan

G. PEMBAHASAN
            Reaksi oksidasi adalah reaksi yang menaikkan bilangan oksidasi suatu unsur dalam zat yang mengalami oksidasi, dapat juga sebagai kenaikan muatan positif (penurunan muatan negatif) dan umumnya juga kenaikan valensi. Sedangkan, reduksi adalah reaksi yang menunjukkan penurunan bilangan oksidasi atau muatan positif, menaikkan muatan negatif dan umumnya menurunkan valensi unsur dan zat yang direduksi (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:32). Adapun konsep reduksi oksidasi yaitu pelepasan dan penerimaan oksigen, penyerahan dan penerimaan elektron, yang terakhir adalah kenaikan dan penurunan biloks. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi-reaksi oksidasi reduksi dimana pada percobaan ini terdiri atas tiga perlakuan dengan mereaksikan kalium permanganat (KMnO4) dengan asam sulfat encer berturut-turut dengan ferro sulfat (FeSO4), natrium tiosulfat (Na­2S2O3), dan asam oksalat (H2C2O4).
            Tabung pertama dimasukkan larutan kalium permanganat yang berwarna ungu kemudian ditambahkan dengan asam sulfat encer berwarna bening. Penambahan asam sulfat encer ini berfungsi sebagai katalis yaitu untuk mempercepat reaksi karena KMnO4 dapat cepat bereaksi dalam suasana asam.  Hal ini juga dilakukan jika Mn2+ bereaksi dengan anion sulfat akan membentuk MnSO4 yang tidak berwarna sehingga produk yang terbentuk tidak mempengaruhi pengamatan. Selain itu juga, digunakan asam sulfat encer karena jika dalam suana basa kalium permanganat tidak dapat mengoksidasi melainkan dapat mengendap menjadi Mangan (II) hidroksida (Mn(OH)2) yang akan membentuk Mangan (IV) oksida (MnO2) yang mengendap, sehingga dibutuhkan suasana asam. Larutan kalium permanganat yang ditambahkan asam sulfat encer warna larutan menjadi ungu hal ini menunjukkan belum terjadi reaksi antara KMnO4 dengan H2SO4 karena belum adanya zat pereduktor yang menyebabkan KMnO4 mengalami reaksi oksidasi. Setelah itu, ditambahkan beberapa tetes ferro sulfat (FeSO4) yang berfungsi sebagai reduktor. Adapun uji positifnya yaitu larutan berwarna ungu pekat Svehla(1985). Larutan yang semula berwarna ungu setelah ditambahkan beberapa tetes  larutan ferro sulfat tetap berwarna ungu.  Hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan pada saat menambahkan larutab ferro sulfat yang terlalu sedikit mengakibatkan warna larutan tidak pekat . Larutan kalium permanganat mampu mengoksidasi FeSO4 karena potensial reduksinya sangat tinggi menjadikan KMnO4 sebagai pengoksidasi kuat. Adapun potensial reduksi FeSO4 adalah E0= -0,77 V, dalam suasana asam. Hal ini menyebabkan KMnO4 mengalami reaksi reduksi yang ditandai dengan penurunan bilangan oksidasi (biloks) pada Mn7+ dalam KMnO4 menjadi Mn2+ dalam MnSO4 sedangkan Ferro sulfat sendiri mengalami oksidasi yang ditandai dengan kenaikan bilangan oksidasi (biloks) pada Fe2+ dalam FeSO4 menjadi Fe3+ dalam Fe(SO4)3. Adapun reaksinya yaitu :
Persamaan setengah reaksi :
            Tabung kedua dengan penambahan yang sama pada tabung pertama yaitu larutan KMnO4 dan H2SO4. Pada tabung kedua ini yang ditambahkan adalah natrum tiosulfat. Larutan natrium tiosulfat ini berfungsi sebagai zat yang mengalami oksidasi (reduktor). Adapun uji positifnya larutan berwarna coklat Svehla(1985). Hal ini sama dengan hasil percobaan yang dihasilkan. Seperti pada tabung kedua, larutan KMnO4 dapat mengoksidasi Na2S2O3 karena memiliki potensial reduksi yang sangat tinggi sehingga menjadi pengoksidasi yang kuat. Penambahan larutan Na2S2O3 yang berwarna bening menghasilkan larutan yang berwarna coklat yang membuktikan bahwa terjadi reaksi oksidasi yang dikarenakan Na2S2O3 memiliki potensial reduksi E0= -0,17 V sementara KMnO4 E0=+1,51 V dalam suasana asam. Terjadinya reaksi pada larutan menyebabkan larutan tersebut mengalami perubahan warna yang semula berwarna ungu menjadi warna coklat. Perubahan biloks yang terjadi reaksi reduksi yang ditandai dengan   unsur Mn mengalami penurunan bilangan oksidasi dari +7 menjadi +2. Dan Na2S2O3 merupakan zat yang berperan sebagai reduktor, dimana unsur Na mengalami peningkatan bilangan oksidasi dari +6 ke +8.  \Adapun reaksinya yaitu
Persamaan setengah reaksi :
            Tabung ketiga dengan perlakuan yang sama untuk tabung I dan II. Yang membedakan hanya pada tabung ketiga yang ditambahkan adalah asam oksalat (H2C2O4). Adapu uji positif dari percobaan ini adalah terbentuknya larutan berwarna ungu kehitaman Svehla(1985). Larutan KMnO4 memiliki potensial reduksi yang sangat tinggi sehingga menjadi pengoksidasi kuat. Asam oksalat mampu dioksidasi oleh KMnO4 karena memiliki potensial reduksi yang lebih kecil dibandingkan dengan KMnO4 yaitu E0= 0,00 V. Setelah larutan ditambahkan dengan asam oksalat, larutan kemudian dipanaskan, pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat laju reaksi karena asam oksalat sukar bereaksi pada suhu rendah. Pemanasan ini menyebabkan partikel dalam larutan akan bergerak aktif yang bertumbukan. Pada hasil percobaan larutan berwarna ungu sementara untuk uji positif larutan seharusnya berwarna ungu kehitaman. Hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan saat mengamati warna larutan yang dihasilkan dan pada saat penambahan larutan asam oksalat.Pada saat pemanasan terdapat gelembung dan uap didinding tabung. Gelembung terbentuk karena adanya gas karbondioksida, sedangkan adanya uap pada dinding tabung diakibatkan oleh air yang terbentuk menguap saat dipanaskan. Percobaan ini KMnO4 bertindak sebagai oksidator. Reaksi oksidasi yang ditandai dengan kenaikan biloks pada C2+ dalam H2C2O4 menjadi C4+ dalam CO2 sedangkan reaksi reduksi adalah Mn7+ dalam KMnO4 menjadi Mn2+ dalam MnSO4. Adapun reaksi yang terjadi adalah :
Persamaan setengah reaksi :
H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
            Reaksi oksidasi adalah reaksi yang menaikkan bilangan oksidasi suatu unsur dalam zat yang mengalami oksidasi, dapat juga sebagao kenaikan muatan positif (penurunan muatan negatif) dan umumnya juga kenaikan valensi. Sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi yang menunjukkan penurunan bilangan oksidasi atau muatan positif, menaikkan muatan negatif dan umumnya menurunkan valensi unsur dan zat yang direduksi.
2. Saran
            Untuk praktikan selanjutnya diharapkan lebih teliti lagi pada saat paktikum, agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum dilakukan.










DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal., Ferizal Masra., dan Imam Santosa.2008. Pengaruh Kombinasi Resin (Mangan Zeoulit) Dengan Pasir Dalam Menurunkan Kadar Fe (Besi) Pada Air. Jurnal Kesehatan. Vol.1 No.2
Chang, Raymond.2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:Erlangga
Chang, Raymond.2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid II. Jakarta:Erlangga
Fahmi, Arifin dan Eko Hanudin.2008. Pengaruh Kondisi Redoks Terhadap Stabilitas Kompleks Organik-Besi Pada Tanah Sulfat Masam. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol.8 No.1
Marwato, Sitti., Regina Tutik Padmaningrum., dan Marfuatan.2009. Pemanfaatan Ion Logam Berat Tembaga (II), Kromium (III), Timbal (II), dan Seng (II) Dalam Limbah Cair Industri Electroplating Untuk Pelapisan Logam Besi. Jurnal Penelitian Saintek. Vo.14 No.1
Sugiyarto, Kristian H.2004. Kimia Anorganik I. Yogyakarta:JICA
Svehla,G.1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Edisi Kelima. Jakarta:PT. Kalman Media Pusaka
Tim Dosen Kimia Dasar.2016. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Lanjut. Makassar: FMIPA UNM




1 komentar:

  1. terimakasih banyaakk ini ngebantu banget untuk bikin teori dasar, sitasinya juga lengkap huhuuu makasih yaa

    BalasHapus