Jumat, 04 Agustus 2017

Laporan Kimdal Pembuatan dan Sifat Koloid



A.  JUDUL PERCOBAAN
Pembuatan dan Sifat Koloid

B.  TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari cara pembuatan dan sifat-sifat koloid.

C.  LANDASAN TEORI
Analisis kalitatif kadang-kadang terjadi bahwa suatu zar tak muncul sebagai endapan ketika pereaksi-pereaksi terdapat dalam konsentirasi sedemikian sehingga hasilkali kelarutan zat itu telah jenuh dilampaui, dan telah diambil tindakan-tindakan untuk mencegah terjadinha keadaan lewat-jenuh dari larutan tersebut. Larutan sejati, yaitu larutan dengan partikel-partikel yang mempunyai dimensi seperti molekul, tak memperlihatkan efek Tyndall. Jadi jelas, bahwa reaksi sudah berlangsung membentuk arsenik (III) sulfida, tetapi partikel-partikel berada dalam keadaan yang begitu halus sehingga tak muncul sebagai endapan. Partikel-partikel ini ada dalam koloid atau larut dalam koloid (Svehla,1985:91).
Efek Tyndall adalah adanya gejala penghamburan berkas cahaya oleh partikel-partikel koloid. Apabila seberkas cahaya dijatuhkan kedalam sistem koloid, maka cahaya akan dihamburkan. Apabila seberkas cahaya dijatuhkan kedalam sistem larutan, maka cahaya akan diteruskan. Dalam kehidupan sehari-hari, efek Tyndall dapat diamati pada sorot lampu mobil pada malam yang berkabut atau sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop (Ari,2008:2).
Partikel koloid merupakan partikel diskrit yang terdapat dalam suspensi air baku, dan partikel inilah yang merupakan penyebab utama kekeruhan. Stabilitas koloid tergantung pada ukuran koloid serta muatan elektrik yang dipengaruhi oleh kandungan kimia pada koloid dan pada media dispersi (sepertikekuatan ion, pH dan kandungan organik dalam air). Dengan penambahan koagulan, kestabilan koloid dapat dihancurkan sehingga partikel koloid dapat menggumpal dan membentuk partikel dengan ukuran yang lebih besar, sehingga dapat dihilangkan pada unit sedimentasi (Rachmawati,2009:40).
Thomas Graham (1805-1809), dalam penyelidikannya mengenai difusi larutan melalui membran telah membedakan koloid dan kristaloid. Dari pengamatannya, ternyata partikel zat dalam larutan ada yang berdifusi cepat dan lambat. Zat-zat yang mudah berdifusi umumnya membentuk kristal dalam keadaan padat, sehingga ia menyebutnya kristalodi. Contohnya NaCl dalam air. Istilah ini tidak populer karena ada zat yang bukan kristal tetapi mudah berdifusi misalnya seperti HCl dan . Sedangkan zat-zat yang sukar berdifusi seperti lem, agar-agar, putih telur dinamakan koloid. Menurut Graham kecepatan difusi suatu zat dipengaruhi oleh massa partikelnya. Makin besar massa partikel makin kecil kecepatan difusinya. Ada hubungan antara massa partikel dan ukuran partikel. Bila massa partikel besar berarti ukurannya besar, demikian sebaliknya jia ukuran besar maka massa partikel juga besar (Yazid,2015:189).
Penelitian lebih lanjut terhadap larutan koloid arsenik (III) sulfida menyingkapkan sifat-sifat lain yang istimewa. Ketika larutan dicoba untuk disaring, partikel itu ternyata lolos menembus kertas saring, juga jika larutan koloid itu didiamkan beberapa lama, tak nampak penurunan endapan kedasar bejana yang berarti juga tak terjadi pengendapan setelah dikocok dengan arsenik (III) sulfida padat, sehingga terhapuslah kemungkinan bahwa larutan adalah lewat jenuh. Namun, penambahan larutan alumunium sulfat, misalnya langsung menimbulkan pengendapan arsenik (III) sulfida meskipun tak ada reaksi yang nampak antara ion-ion  atau   dengan ion-ion lainnya yang ada dalam larutan (Svehla,1985:91-92).
Perbedaan nyata antara koloid dan kritaloid adalah ukuran partikelnya. Berdarsarkan ukuran partikel ini, campuran zat dapat dibedakan menjadi tiga : pada kristaloid ukuran partikelnya lebih kecil dari 1 nm . Pada koloid, diamter partikelnya antara 1nm-100 nm. Ukuran partikel sangat kecil, sehingga tidak dapat diamati oleh mikroskop, dan dapat melalui  kertas saring maupun membran. Partikel koloid ukurannya terletak antara karutan dan suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas saring biasa, tetapi cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra. Berbeda dengan larutan, partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra (Yazid,2015:189).
Larutan dari suatu zat yang sukar larut untuk mendapatkan laritannya selain menguatur ukuran partikel juga memakai surfaktan, yang berfungsi sebagai pembasuh, pengemulsi, pensolubilisasi, detergen dan anti busa. Oleh sebab itu, sangat menarik untuk mevariasikan ukuran partikel untuk diformulasi dalam bentuk dispersi cair kolodi (solubilisasi). Diantara surfaktan yang dapat digunakan sebagai pensolubilisasi, larutan yang dapati digunakan adalah surfaktan non ionik, salah satunya adalah brij 35 yang stabil dalam suasana asam maupun basa dan bersifat netrak dalam air (Febriyenti,2013:13).
Peneliti lain juga telah melakukan investigasi terhadap beberapa jenis material yang mempunyai fungsi sebagai anti bakteri. Material-material tersebut diantaranya adalah tembaga, seng, titanium, magnesium dan emas, alginat dan silver (perak). Koloid silver secara khusus sangat menarik karena memiliki sifat yang khas dan merupakan konduktivitas yang baik, stabil secara kimiawi dan dapat berfungsi sebagai katalis (Saputra,2011:203).
Keadaan koloid bahan ditandai oleh ukuran-ukuran partikelnya yang terletak dalam daerah tertentu, yang mengakibatkan sifat-sifat khas tertentu dapat terlihat. Sifat koloid umumnya diperlihatkan oleh zat-zat yang ukuran-ukuran partikelnya terletak dalam batas antara 0,2 m dan 5 nm dan m). Kertas saring biasa akan menahan partikel-partikel sampai diameter 10-20 m m), sehingga larutan koloid, sama seperti larutan sejati, akan lolos melalui lertas saring biasa (ukuran ion adalah pada tingkat (order) 0,1 nm = m). Batas penglihatan di bawah mikroskop adalah sekitar 5-10 nm m). Karena itu larutan koloid bukanlah larutan sejati. Penelitian lebih seksama menunjukkan bahwa larutan ini tak homogen, tetapi terdiri dari suspensi partikel-partikel padat atau cairan dalam suatu cairan. Campuran semacam ini dikenal sebagai sistem dispersi, cairannya (biasanya air dalam analisis kualitatif) disebut medium dispersi dan koloidnya disebut dengan fase dispersi (Svehla,1985:92).
Sistem dispersi adalah sistem dimana suatu at terbagi halus atau terdispersi dalam zat lain. Koloid merupakan suatu sistem dispersi karena terdiri dari dua fasa, yaitu fase terdispersi (fasa yang tersebar halus) yang diskontinu dan fasa pendispersi yang kontinu. Fase terdispersi umunnya memiliki jumlah yang lebih kecil atau mirip dengan zat terlarutdan fasa pendispersi jumlahnya lebih besar atau mirip pelarut pada suatu larutan. Pada contoh dispersi tanah liat, partikel tanah liat adalah fase terdispersi sedangkan air merupakan fase pendispersinya. Larutan sejati tidak termasuk sistem dispersi karena terdiri dari satu fasa. Baik fasa terdispersi maupun fasa pendispersi dapat berupa gas, cair atau padat. Dengan demikian terdapat 8 macam sistem koloid dari 9 macam kombinasi-kombinasi jeadaan yang mungkin. Sistem gas-gas bukan termasuk sistem koloid keduanya bercampur secara homogen atau satu fasa (Yazid,2015:190).
Sistem koloid, dimana suatu cairan merupakan medium dispersinya sering dinamakan sol, untuk membedakannya dari larutan sejati : sifat cairan itu ditunjukkan dengan menggunakan awalan, misalnya akuasol, alkosol, dan seterusnya. Zat padat yang dihasilkan pada koagulasi atau flokulasi suatu sol disebut gel, tetapi sekarang nama ini umumnya terbatas untuk kasus dimana seluruh sistem mengeras menjadi suatu keadaan semi-padat, tanpa adanya sedikitpun cairan seupernatan pada mulanya. Beberapa pengarang memakai kata gel untuk meliputi endapat-endapan yang mirip gelatin, seperti alumunium hidroksida dan besi (III) hidroksida yang terbentuk dari sol, sementara yang lainnya menyebutnya sebagai koagel. Proses mendispersinya zat padat yang telah berflokulasi atau gel (atau koagel) dengan membentu larutak kolodi, disebut peptisasi (Svehla,1985:93).
Pembuatan partikel koloid terbagi atas dua cara, yakni cara kondensasi dan dispersi. Pada cara kondensasi, molekul-molekul diubah menjadi partikel koloid, sedangkan cara dispersi partikel-partikel besar diubah menjadi partikel-partikel dengan ukuran kolid. Cara kondensasi umunnya terjadi dalam reaksi hidrolisis, reaksi penggantian maupun reaksi redoks. Sedangkan pada cara dipersi, gumpalan zar besar diperkecil dengan cara penggilingan atau penggerusan, pengadukan atau pengocokan (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:10).
 Larutan koloid dapat dibagi secara kasar dalam dua golongan utama, yang dinamai liofob (bahasa Yunani : benci pelarut) dan liofil (bahasa Yunani : suka pelarut). Bila air merupakan medium dispersinya, istilah yang dipakai adalah hidrofob dan hidrofil. Sifat-sifat utama dari setiap golongan diikhtisarkan tetapi perlu ditekankan bahwa pembedaan ini tidaklah mutlak, karena sebagian koloid, terutama sol-sol hidroksida-hidroksida logam, menunjukkan sifat-sifat pertengahan (Svehla,1985:93).  

D. ALAT DAN BAHAN
1.    Alat
a.    Gelas kimia 100 mL                                   4 buah
b.    Gelas kimia 250 mL                                   1 buah
c.    Cawan penguap                                          1buah
d.   Pembakar spirtus                                        1 buah
e.    Kaki tiga/ kassa asbes                                 1 buah
f.     Gelasukur 10 ml                                         2 buah
g.    Labu Erlenmeyer tutup 250 mL                 1 buah
h.    Tabung reaksi                                             6 buah
i.      Rak tabung                                                 1 buah
j.      Penjepit tabung                                          1 buah
k.    Batang pengaduk                                       1 buah
l.      Corong biasa                                              1 buah
m.  Stopwatch                                                  1 buah
n.    Botol semprot                                             1 buah
o.    Lumpang dan alu                                       1 buah
p.    Pipet tetes                                                   6 buah
q.    Lap kasar                                                    1 buah
r.     Lap halus                                                    1 buah
2.    Bahan
a.    Larutan besi (III) klorida jenuh
b.    Larutan perak nitrat encer (AgNO3)
c.    Larutan Natrium klorida encer (HCl)
d.   Larutan asam nitrat (HNO3)
e.    Larutan kasium asetat ((CH3COO)2Ca)
f.     Benzena (C6H6)
g.    Larutan etanol
h.    Aquades  (H2O)
i.      Larutan iod (I2)
j.      Air sabun  (Natrium Oleat)
k.    Tepung kanj (Amilum)
l.      Gula pasir kotor(C6H12O6)
m.  Nori  (Karbon Aktif )
n.    Tissue
o.    Kertas saring
p.    Label

E. PROSEDUR KERJA
1.    Pembuatan koloid (FeOH3)3
a.    25 mL  air dipanaskan sampai mendidih
b.    Lalu ditambahkan setetes demi setetes larutan  jenuh,
c.    Kemudian diaduk sampai menjadi merah cokelat.
2.    Koagulasi
a.    50 mL air dimasukkan kedalam gelas kimia a, dan 25 mL air dimasukkan kedalam gelas kimia b,
b.    Lalu ditambahkan 1 mL AgNO3 lalu dimasukka nlagi 1 mL NaCl dan yang terakhir dimasukkan 5 mL HNO3, pada kedua gelas kimia tersebut, salah satu gelas kimia tersebut didiamkan dan satunya lagi dipanaskan sampai mendidih,
c.    Kemudian dibandingkan kecepatan koagulasi dari ke 2 peristiwa tersebut.
3.    Dispersi
a.    Satu sendok teh amilum diambil dan dicampurkan dengan 10mL air dalam satu gelas kmia.,kemudian diaduk dengan batang pengaduk lalu disaring dengan kertas saring.
b.    Satu sendok the amilum diambil dan digerus sampai halus dengan menggunakan lumping dan alu dan dimasukkan 10mL air, kemudian disaring dengan kertas saring.
c.    Filtrat a dan Filtrat b, dibandingkan lalu pada Filtrat b di tambahkan larutan iod.
4.    Emulsi
a.    Pada tabung reaksi yang bersih dimasukkan 1 mL benzena, lalu dimasukkan 10m Lair, kemudian dikocok, lalu dihitung waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan ke 2 zat menjadi 2 lapisan kembali.
b.    Tabung tersebut diisi dengan 15 tetes natrium oleat (air sabun ) kemudian dikocok, lalu diletakkan di tabung reaksi , tunggu 10-15 menit sampai ke 2 zat menjadi 3 lapisan.
5.    Pembuatan gel
a.    1,5 mL larutan kalsium asetat dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu 8,5 mL larutan etanol 95% dimasukkan kedalam tabung reaksi lain.
b.    Kemudian larutan tersebut dicampur kandalam suatu wadah gelas kimia secara bersama.
c.    Lalu akan terbentuk gel dan gel yang terbentuk dimasukkan kedalam cawan penguap lalu dibakar.
6.    Adsorbsi
a.    1 sendok gula pasir kotor dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 10 mLair.
b.    Lalu ditambahkan setengah sendok norit kedalam tabung reaksi
c.    Kemudian tabung reaksi diletakkan di dalam bejana yang berisi air panas, lalu tabung reaksi dikocok berkali kali selama 10 menit
d.   Kemudian disaring pada tabung reaksi yang bersih lalu dibandingkan warna larutan dengan larutan sebelumnya.
F. HASIL PENGAMATAN
No.
Perlakuan
Hasil
1.       
Pembuatan (FeOH3)3
FeCl3 + H2O panas
Warna larutan dari bening menjadi kecoklatan
2.       
Koagulasi
-  25 mL air + 1 mL AgNO3
-  25 mL air + 1 mL AgNO3 r + 1 mL NaCl
- 25 mL air + 1 mL AgNO3 + 1 mL NaCl encer + 5 mL HNO3
-larutan 2 dipanaskan

- larutan 1 didiamkan


-          bening
-          larutan keruh

-          larutan keruh

-          mengalami endapan ±5,30 menit

-          mengalami endapan ±7,30 menit
3.       
Dispersi
- 10 mL H2O + 1 sendok amilum

- 10 mL H2O + 1 sendok amilum (digerus)
- filtrat b ditambah 20 tetes larutan iod


- Larutan berwarna bening (tidak berwarna ) setelah disaring
- Larutan menjadi keruh

-          larutan berubah warna menjadi biru
4.       
Emulsi
-   1 mL C6H6 +10 mL H2O dikocok


-  campurkan larutan dengan larutan natrium oleat (beberapa tetes)
- Kocok lalu diamkan 10 menit

-  Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas benzene  (C6H6) lapisan bawah  air (H2O)
- larutan keruh

-          benzene dan air menyatu
5.       
Pembuatan gel
-          1,5 kalsium asetat jenuh (CH3COO)2Ca + 8,5 etanol 95%
-          gel dipanaskan

-          terbentuk gel berwarna bening

-          serbuk (memadat) putih
6.       
Adsorbsi
-          1 sendok gula pasir merah + 10 mL air
-          1 sendok gula pasir merah + 10 mL air + norit
-          larutan didiamkan 10 menit
-          larutan disaring


-          lautan keruh kemerahan

-          larutan berwarna hitam pekat
-          terdapat endapan hitam
-          larutan bening

G. PEMBAHASAN
1.    Pembuatan koloid Fe(OH) 3
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadannya terletak antara larutan dan suspensi. Secara makroskopis koloid tampak homogen, tetapi jika diamati dengan mikroskop ultra akan tampak heterogen, maka dapat dibedakan atas komponennya. Larutan ialah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Sistem larutan sejati adalah sistem dimana terjadi pencampuran secara homogen antara komponen-komponennya. Sedangkan suspensi adalah sistem campuran yang tidak saling bercampur secara homogen sehingga dapat dibedakan secara jelas komponen-kompone penyusunnya (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:9).
Percobaan pembuatan koloid ini, FeCl3 berfungsi sebagai bahan dasar pembentukan sol Fe(OH) 3 yang direaksikan dengan air panas yang berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia dalam pembuatan koloid Fe(OH)3, sehingga reaksi persamaannya yaitu :
FeCl3 (aq) + 3H2O (aq)                              Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl (aq)
Pada reaksi diatas maka akan menghasilkan uji positif  yang berbentuk sol  Fe(OH) 3 yang berwarna merah coklat, perubahan warna menjadi merah coklat membuktikan bahwa pada percobaaan tersebut koloid telah terbentuk. Hal ini sesuai dengan teori  yang menyatakan bahwa partikel Fe(OH) 3 yang terbentuk adalah partikel koloid yang dapat menggumpal karena ukuran partikel yang lebih besar untuk mengendap (Rachmawati,2009:40).
2. Koagulasi
             Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi (Yazid,2015).
            Percobaan yang dilakukan digunakan 2 buah gelas  kimia yang masing-masing diisi dengan  H2O, AgNO3, NaCl encer dan HNO3 encer.  Fungsi penambahan AgNO3 dan NaCl yaitu bahan baku pereaksi yang menghasilkan endapan adapun HNO3 yang digunakan pada percobaan ini berfungsi sebagai katalisator dimana HNO3   akan mengikat Ag+  dalam AgCl yang berlebih sehingga yang dapat mengendap. Selanjutnya gelas kimia pada percobaan 1 didiamkan, dan tabung kedua dipanaskan. Pemanasan ini berfungsi untuk membandingkan kecepatan koagulasi yang terjadi pada kedua campuran larutan tersebut. Sehingga hasil yang diperoleh yaitu, pada gelas kimia ke dua lebih cepat terbentuk endapan pada menit ke 05.30 daripada tabung pertama yang terbentuk endapan pada menit ke 07.30. Hal ini membuktikan bahwa proses pemanasan dapat mempercepat reaksi pembentukan koagulasi karena adanya kenaikan suhu akibat pemanasan sehingga jumlah tumbukan antara partikel dengan molekul air bertambah banyak. Reaksi yang terjadi pada percobaan ini yaitu :
AgNO3(aq) + NaCl                    AgCl + NaNO3
3. Dispersi
            Dispersi adalah suatu proses pembuatan koloid dimana partikel-partikel besar diubah menjadi partikel-partikel dengan ukuran koloid. Pada cara dispersi, gumpalan zat besar diperkecil dengan cara penggilingan/penggerusan, pengadukan atau pengocokan (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:10). Uji positif pada percobaan ini adalah larutan berubah warna menjadi biru. Pada percobaan ini dilakukan dengan dua perlakuan. Perlakuan pertama yaitu mengambil satu sendok amilum ditambahkan H2O kemudian diaduk dan disaring sehingga hasil yang didapatkan larutan jernih. Adapun fungsi pengadukan pada perlakuan pertama untuk melarutkan amilum dalam air. Perlakuan kedua yaitu satu sendok amilum yang telah digerus ditambahkan dengan aquades lalu disaring. Fungsi dari pengerusan amilum pada perlakuan kedua ini yaitu untuk menghaluskan amilum. Sehingga ukuran partikel koloidnya berubah menjadi lebih halus. Setelah disaring,  tetes larutan iod ditambahkan,  dimana larutan iod tersebut berfungsi untuk menguji kandungan amilum yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna. Hasil yang diperoleh sesuai dengan uji positif yaitu larutan berubah warna menjadi biru, hal ini menandakan dalam larutan tersebut terdapat amilum. Reaksi yang terjadi yaitu :
Amilum           +          H2O                            Larutan keruh
Amilum           +          H2O     + I2                              Larutan berwarna ungu
4. Emulsi
            Emulsi adalah sistem koloid dimana suatu zat cair didispersikan pada zat cair yang lain (yang tidak saling melarutkan) sehingga membentuk suatu campuran.Campuran yang dimaksud terdiri dari dua fase yang berbeda yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi. Fase terdispersi yakni partikel-partikel koloidnya. Sedangkan fase pendispersi yaitu dimana terdapat partikel-partikel koloid. pada sistem koloid bila dilakukan pencampuran akan saling mencampur tetapi setelah didiamkan dalam waktu yang cukup lama akan terjadi sedikit pemisahan kembali komponen-komponen yang dicampurkan (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:10).  Pada percobaan ini 1 mL benzena ditambahkan dengan 10 mL air lalu diaduk sehingga menghasilkan campuran terbentuk menjadi dua lapisan, pada lapisan atas terdapat benzena, dan pada lapisan bawah terdapat air. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan massa jenis antara bennzena dan air, dimana massa jenis benzena lebih kecil yaitu 0,876 g/cm3 daripada massa jenis air yaitu 1 g/cm3. Selanjutnya ditambahkan 15 tetes natrium oleat yang berfungsi sebagai pengemulsi yang menyatukan larutan yang awal larutan pisah kemudian menyatu kembali. Larutan dikocok  lalu didiamkan. Hasil yang diperoleh yaitu antara benzena dan air yang terpisah tadi menyatu kembali setelah ditambahkan natrium oleat. Reaksi yang terjadi adalah :
C6H6 + H2O                larutan 2 lapisan dimana diatas benzena dan dibawah air
C6H6 + H2O + air sabun              larutan bercampur dan keruh
5. Pembuatan Gel
            Pembuatan gel adalah proses pengendapan sol yang perubahannya berlangsung secara perlahan-lahan. Pada percobaan yang dilakukan yaitu larutan kalsium asetat ditambahkan larutan etanol kemudian  dimasukkan secara bersamaan pada labu erlenmeyer bertutup asa dan kemudian didiamkan maka akan menghasilkan gel. Penutupan ini berfungsi agar gel dapat dengan mudah terbentuk. Adanya pembentukan gel ini disebabkan karena sol mengadsorbsi medium pendispersinya sehingga sehingga terjadi koloid yang padat. Kemudian dipanaskan maka akan terbentuk serbuk putih dikarenakan pada saat pemanasan molekul-molekul air pada gel tersebut akan menguap karena tingginya suhu pada proses pemanasan tersebut. Reaksi yang terjadi yaitu :
Ca(C2H3OO)2   +   C2H5OH            2Ca(CH3COO)C2H5  +  H2O
(kalsium asetat)        (etanol)             (etil asetat)              (air)
6. Adsopsi
 Partikel kolid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapa suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada permukaan (Yazid, 2015). Pada percobaan ini air ditambahkan 1 sendok gula pasir merah kemudian ditambahkan ½ sendok norit yang berfungsi untuk mengikat zat kotor sehingga zat kotor pada gula akan diserap oleh norit. Adapun warna larutan yang telah ditambahkan norit berwarna hitam pekat. Kemudian larutan didiamkan kemudian di saring. Penyaringan ini berfungsi untuk memperoleh larutan jernih dari campuran gula kotor dan norit. Hasil yang didapatkan yaitu larutan menjadi bening. Reaksi yang terjadi yaitu :
C12H23O11 + H2O + Norit              2C6H12O6 (larutan hitam pekat)   

H. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa cara pembuatan dan sifat koloid terbagi atas koagulasi yang berristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel koloid, dispersi adalah suatu proses pembuatan koloid dimana partikel-partikel besar diubah menjadi partikel-partikel dengan ukuran koloid, emulsi yaitu fasa pendispersi dan dan fasa terdispersi, pembuatan gel adalah proses pengendapan sol yang perubahannya berlangsung secara perlahan-lahan., dan Adsorpsi adalah peristiwa penyerapa suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada permukaan.
2. Saran
            Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih menguasai prosedur kerja yang akan dipercobakan agar tidak terjadi kesalahan pada saat percobaan dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Ari A, Andian.2008. Bahan Ajar Kimia Dasar. Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta
Febriyanti., Auzal Halim., dan Nelvianti.2013. Pengaruh Ukuran Partikel Terhadap Solubilisasi Metronidazol dengan Menggunakan Brij 35. Jurnal Farmasi Andalis. Vol.1 No.1
Rachmawati., Bambang Iswanto., dan Winarni.2009. Pengaruh pH Pada Proses Koagulasi Dengan Koagulan Alumunium Sulfat dan Ferri Klorida. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol.5 No.2
Saputra, Asep Handaya.,dkk.2011. Preparasi Koloid Nanosilver Dengan Berbagai Jenis Reduktor Sebagai Bahan Anti Bakteri. Jurnal Sains Materi Materi Indonesia. Vol.12 No.3
Svehla,G.1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka
Tim Dosen Kimia Dasar.2016. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Lanjut. Makassar: FMIPA UNM
Yazid, Estien.2015. Kimia Fisika. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar