A.
Judul Percobaan
Pembuatan Larutan
Standar KMnO4 dan Penetapan Campuran Fe2+ dan Fe3+
B.
Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan
untuk :
1.
Menstandarisasi larutan KMnO4 dengan kristal asam oksalat
2. Menetapkan
campuran Ferro dan Ferri
C.
Landasan Teori
Analisis kimiawi
menetapkan komposisi kualitatif dan kuantitatif suatu materi.
Konstituen-konstituen yang akan dideteksi ataupun ditentukan jumlahnya adalah
unsur, radikal, gugus fungsi, senyawaan atau fase. Penentuan dengan teliti
suatu komponen didalam matriks beberapa komponen lainnya yang mirip memerlukan
pengaturan yang seksama kondisi seperti pH, kompleksan, perubahan tingkat
oksidasi. Analisis umumnya terdiri atas analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif. Biasanya analisis kualitatif dilakukan sebelum analisis kuantitatif
(Khopkar,2010:5).
Analisis kuantitatif berkaitan dengan
penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel.
Zat yang ditetapkan tersebut, yang seringkali dinyatakan sebagai konstituen
atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang
dianalisis. Jika zat yang dianalisa (analit) tersebut menyusun lebih dari
sekitar 1% dari sampel, maka analit ini dianggap sebagai konstituen utama. Zat
itu dianggap konstituen minor jika jumlahnya berikisar antara 0,01 hingga 1%
dari sampel. Terakhir, suatu zat yang hadil hingga kurang dari 0,01% dianggap
sebagai konstituen perunut (Day,1999:2).
Larutan memainkan peran penting dalam
kehidupan sehari-hari. Dialam kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air. Kuantitas
relatif zat tertentu dalam larutan disebut konsentrasi. Konsentrasi merupakan
salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi
berlangsung. Dalam beberapa hal konsentrasi juga menentukan hasil reaksi yang
terbentuk. Untuk meramalkan sifat larutan tidak dapat langsung dari sifat
komponennya, karena dalam campuran terdapat banyak interaksi antara
komponen-komponen penyusunnya. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu model larutan
sebagai standar untuk mengungkapkan hubungan antara komposisi dengan sifat
larutan. Model larutan yang banyak dipakai adalah larutan ideal (Yazid,2015:47-48).
Larutan KMnO4 dibuat dengan
cara melarutkan padatannya dengan aqua DM kemudian dilakukan pemanasan hinggi
30 menit. Pemanasan selama 30 menit bertujuan untuk mempercepat reaksi antar
MnO4- dengan zat pengotor organik yang terdapat dalam
pelarut. Di dalam air KMnO4 mengalami reduksi menjadi padatan MnO2
yang berwarna coklat. Kemudian dilakukan pendiaman agar MnO2 tersebut
mengendap setelah itu diambil 5 mL dan diencerkan kedalam labu ukur 100 mL. Pemisahan
padatan MnO2 dari larutan dengan cara seperti itu dilakukan karena
KMnO4 tidak dapat disaring dengan kertas saring. Kertas saring
merupakan zat organik sedangkan KMnO4 tidak stabil jika bereaksi
dengan zat organik (Putra,2016:11).
Menurut Sulastri (2009:61), standarisasi larutan KMnO4 dibuat
dengan cara:
1.
Ditimbang 0,63 gram kristal asam oksalat
dan dilarutkan dalam 100 ml aquades.
2.
Diambil 25 ml larutan asam oksalat,
ditambahkan 5 ml H2SO4p.a lalu dipanaskan sampai 700C.
3.
Selanjutnya dalam keadaan panas
dititrasi dengan larutan KMNO4 standar sampai warna ungu dan tetesan larutan
permanganat tidak hilang, lalu dicatat volume titrasi.
4.
Mengulangi cara kerja (2 dan 3) sebanyak
3 kali dan masing – masing volume titrasi
Standarisasi adalah proses dimana
konsentrasi larutan ditentukan secara akurat. Suatu larutan standar terkadang
dapat dipersiapkan dengan menguraikan suatu sampel dari zat terlarut yang
diinginkan dan menimbang secara akurat dalam suatu larutan yang volumenya
diukur secara akurat. Metode ini umumnya tidak dapat diterapkan, karena bagaimanapun
juga, jarang reagen kimiawi diperoleh dalam bentuk murni untuk memenuhi kebutuhan dalam hal
keakuratan. Segelintir substansi yang memadai untuk hal ini disebut standar
primer. Lebih umum lagi, sebuah larutan distandarisasi dengan titrasi, dimana larutan
tersebut bereaksi dengan sejumlah standar primer dimana sebelumnya larutan
tersebut telah ditimbang (Day,1999:50).
Larutan standar yang digunakan sebagai
titran harus diketahui dengan tepat konsentrasinya. Biasanya, larutan standar
dibuat dengan cara melarutkan sejumlah berat tertentu bahan kimia pada sejumlah
tertentu pelarut yang sesuai. Cara ini mudah dilakukan, tetapi hasilnya
seringkali kurang tepat, karena hanya sedikit jenis zat kimia bahan titran yang
diketahui dalam keadaan murni. Zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang
dengan tepat dan dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut yang sesuai
menghasilkan larutan standar primer. Larutan standar lain yang ditetapkan
konsentrasinya melalui titrasi dengan menggunakan larutan standar primer
dikenal sebagai larutan standar sekunder (Ibnu,2004:97-98).
Larutan yang telah distandardisasi dapat
dipergunakan sebagai larutan standar sekunder untuk mendapatkan konsentrasi
dari larutan lainnya. Bagi pekerjaan yang membutuhkan akurasi yang tinggi,
disarankan untuk menstandardisasi kedua larutan asam dan basa terpisah dengan
menggunakan standar primer. Standar primer yang dipergunakan secara luas untuk
larutan basa terdiri dari kalium hidorgen ftalat, KHC8H4O4,
disingkat KHP. Asam sulfamat, HSO3NH2, dan kalium
hidrogen iodat, KH(IO3) adalah dua asam kuat dan merupakan standar
primer yang sempurna. Natrium karbonat, Na2CO3, dan tris
(hidroksimetil) aminometana, (CH2OH2)3CNH2,
dikenal sebagai TRIS atau THAM, secara umum adalah standar primer untuk asam
kuat (Day,1999:51).
Konsentrasi dinyatakan dalam normalitas (g.ek/l). Larutan standar disiapkan
dengan menimbang reagen murni secara tepat. Oleh karena itu, dikenal standar
primer, yaitu zat yang tersedia dalam komposisi kimia yang jelas dan murni.
Larutan tersebut hanya bereaksi pada kondisi kimia yang jelas dan murni.
Larutan tersebut hanya bereaksi pada kondisi titrasi dan tidak melakukan reaksi
sampingan. Tidak berubah ataupun bereaksi ditempat terbuka (atmosfer). Garam
terhidrat tidak baik untuk larutan standar primer (Khopkar,2010:40).
Menurut Day (1999:51) standar primer
harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.
Harus tersedia dalam bentuk murni, atau
dalam suatu tingkat kemurnian yang diketahui, pada suatu tingkat biaya yang
logis. Secara umum, jumlah total dari pengotor tidak boleh melebihi 0,01 sampai
0,02% dan harus dilakukan tes untuk mendeteksi kuantitas pengotor-pengotor
tersebut melalui tes kualitatif dengan sensitivisme yang diketahui.
2.
Substansi tersebut harus stabil. Harus
mudah dikeringkan dan tidak terlalu higroskopis sehingga tidak banya menyerap
air selama penimbangan. Substansi tersebut seharusnya tidak kehilangan berat
bila terpapar udara. Garam hidrat biasanya tidak dipergunakan sebagai standar
primer.
3.
Yang diinginkan adalah standar primer
tersebut mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi agar dapat meminimalisasi
konsekuensi galat pada saat penimbangan
Larutan KMnO4 distandarisasi
dengan menggunakan kristal asam oksalat. Asam oksalat dapat disintesis dari pelepah
kelapa sawit dengan metode peleburan alkali. Yield asam oksalat tertinggi
diperoleh pada konsentrasi Ca(OH)2 3,5 N dan waktu peleburan 60
menit. Asam oksalat yang dihasilkan memiliki karaktersitik FTIR yang mendekati
asam oksalat standar dengan titik leleh sebesar 106,20C. Analisis FTIR (Fourier Transorm Infra Red)
bertujuan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari suatu senyawa pada panjang
gelombang tertentu. Spektrum FTIR asam oksalat menunjukkan adanya gugus OH,
C=C, C-O, dan C-H. Gugus hidroksil (O-H) asam oksalat sintesis dikarakterisasi
pada bilangan gelombang 3402,43 cm-1 sedangkan asam oksalat standar
memiliki serapan kuat pada bilangan gelombang 3200-3700 cm-1 dengan
serapan kuat dan tajam pada 3422,06 cm-1
(Pandang,2016:43).
Larutan KMnO4 yang
distandardisasi dengan menggunakan asam oksalat (H2C2O4)
sebagai standar primernya. KMnO4 mula-mula dimasukkan kedalam buret
50 mL. Selanjutnya asam oksalat ditambahkan dengan asam sulfat 6N sebanyak 5
tetes. Fungsi penambahan asam sulfat adalah untuk memberikan suasana asam. Hal
ini dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi
dilakukan dalam suasana asam dan reaksi H2SO4 tersebut
tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi dengan titran. Pada suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan
ion Mn2+ yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam
suasana pH netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2
yang berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi.
sebelum dilakukan standarisasi asam oksalat dipanaskan pada suhu 70-800C
fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi antara KMnO4
dengan asam oksalat karena pada suhu kamar reaksi antara keduanya cenderung
lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir titrasi (Putra,2016:11).
Titrasi adalah pengukuran volume suatu
larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan
sejumlah tertentu reaktan lainnya. Seringkali titrasi digunakan untuk mengukur
volume larutan yang ditambahkan pada suatu larutan yang telah diketahui
volumenya. Biasanya konsentrasi dari salah satu larutan dikenal sebagai larutan
standar, yang telah diketahui dengan tepat. Dalam titrasi asam basa perubahan
pH sangat kecil hingga hampir tercapai titik ekivalen. Pada saat tercapai titik
ekivalen penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH sangat
besar. Perubahan pH yang besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal
sebagai indikator, yaitu suatu senyawa (organik) yang akan berubah warnanya
dalam rentang pH tertentu. Titik atau
kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator
dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi (Ibnu,2004:100).
Standarisasi
KMnO4 menggunakan asam oksalat ini tidak menggunakan indikator
eksternal untuk menentukan titik akhir reaksinya. Hal ini disebabkan KMnO4
sendiri selain bertindak sebagai titran, ia juga bertindak sebagai indikator
(auto indikator). Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari
bening menjadi merah muda sekali. Warna merah muda timbul akibat kelebihan ion
permanganat. Satu tetes kelebihan ion permanganat akan menimbulkan warna merah muda yang cukup jelas
terlihat (Putra,2016:11).
Campuran ion ferro dan ferri ditentukan
dengan mengambil dua bagian larutan sampel. Bagian pertama dititrasi dengan
larutan standar KMnO4 langsung untuk menentukan kadar ion ferro.
Bagian kedua, setelah direduksi dengan SnCh dititrasi dengan KMnO4
standar untuk menentukan total besi. Adapun untuk memperoleh kadar dari ion
ferri dapat ditentukan dari selisih dua penentuan tersebut (Tim Dosen Kimia
Analitik,2016:15).
Penentuan kadar total besi dalam kedelai
(GM 1) dapat dilakukan dengan kedelai dihancurkan dengan blender dry mill
sampai halus sehingga dinding biji kedelai hancur dan didapatkan padatan isi
biji yang mengandung banyak zat gizi termasuk zat besi di dalamnya. Padatan ini
kemudian diabukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa ataupun atom-atom organik
yang dapat mengganggu saat pengukuran. ketika diabukan, atom-atom organik
tersebut akan berikatan dengan atom oksigen dan membentuk senyawa gas yang
keluar saat pengabuan berlangsung. Sedangkan atom-atom anorganik seperti besi juga
akan bereaksi dengan oksigen membentuk padatan oksida. padatan oksida yang
dihasilkan ditambah dengan HCl dan aqua DM agar semua padatan oksida tersebut
larut. Larutan ini kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer
UV-Vis (Harisman,2014:7).
D.
Alat dan Bahan
1. Alat
a.
Buret 50 mL 2
buah
b.
Statif dan klem @2
buah
c.
Erlenmeyer tutup asa 200 mL 6 buah
d.
Gelas ukur 10 mL dan 25 mL @1 buah
e.
Gelas kimia 1000 mL, 100 mL, 50 mL @1 buah
f.
Pipet tetes 6
buah
g.
Pipet Volum 25 mL 2
buah
h.
Ball pipet 2
buah
i.
Labu takar 100 mL 1
buah
j.
Pembakar spiritus 1
buah
k.
Kaki tiga dan kasa asbes @1
buah
l.
Lap kasar 1
buah
m.
Lap halus 2
buah
n.
Spatula 1
buah
o.
Neraca analitik 1
buah
p.
Termometer 1100C 1
buah
q.
Batang pengaduk 2
buah
2. Bahan
a.
Larutan kalium permanganat (KMnO4)
0,1 N
b.
Kristal asam oksalat (H2C2O4)
c.
Larutan asam sulfat (H2SO4)
pekat
d.
Larutan asam sulfat (H2SO4)
1 N
e.
Larutan asam klorida (HCl)
f.
Merkuri (II) klorida (HgCl2)
5%
g.
Timah (II) klorida (SnCl2) 5%
h.
Larutan campuran ferri (Fe2+)
dan ferro (Fe3+)
i.
Es batu (H2O(s))
j.
Aquades (H2O)
k.
Korek api
l.
Tissue
E. Prosedur Kerja
1.
Standarisasi larutan Kalium Permanganat
(KMnO4) 0,1 N menggunakan kristal asam oksalat
a.
Buret 50 mL diisi dengan larutan kalium permanganat
(KMnO4) 0,1 N
b.
0,65 gram kristal asam oksalat ditimbang
dengan menggunakan neraca analitik
c.
Kristal yang telah ditimbang dimasukkan
kedalam labu takar 100 mL dan diencerkan dengan aquades hingga volumenya 100 mL
d.
Larutan asam oksalat yang telah diencerkan
dipipet sebanyak 25 mL ke dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan pipet ukur
25 mL
e.
Larutan asam oksalat di dalam labu
Erlenmeyer ditambahkan 5 mL H2SO4 pekat dan dipanaskan
sampai
700C
f.
Dalam keadaan panas, larutan asam oksalat
dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai warna ungu dari tetesan
larutan permanganat tersebut tidak hilang
g.
Perlakuan 4-6 diulangi dan dicatat volume
titrasi rata-rata
h.
Normalitas larutan standar KMnO4
dihitung
2.
Menetapkan campuran ferro dan ferri
a.
25 mL larutan sampel campuran dipipet
menggunakan pipet ukur 25 mL kedalam labu Erlenmeyer
b.
25 mL larutan H2SO4
1 N ditambahkan kedalam labu tersebut
c.
Larutan ini dititrasi dengan larutan
kalium permanganat standar sampai terjadi warna ungu muda (warna dari kelebihan
1-2 tetes larutan KMnO4)
d.
Volume titran dicatat
e.
Langkah 1-4 diulangi sebanyak 3 kali dan
volume rata-rata dicatat (VI)
f.
25 mL larutan sampel diambil menggunakan
piper ukur 25 mL
g.
10 mL larutan HCl ditambahkan dan
dipanaskan hingga mencapai suhu 700C
h.
Dalam keadaan panas, beberapa tetes SnCl2
5% ditambahkan sampai warna kuning hilang dan berubah menjadi hijau
i.
Larutan tersebut didinginkan dengan
cepat (menggunakan es batu)
j.
10 mL HgCl2 ditambahkan
kedalam larutan dan akan terbentuk endapan putih HgCl2
k.
Larutan tersebut dititrasi menggunakan
larutan KMnO4 standar sampai terbentuk warna ungu muda
l.
Volume titran (V2)
m.
Langkah 6-11 diulangi sebanyak 3 kali
dan volume rata-rata dicatat
n.
Kadar ferro dan ferri dihitung.
F. Hasil Pengamatan
1.
Standarisasi larutan KMnO4
0,65
gram asam oksalat (H2C2O4) (putih) + aquades
(H2O) (bening)
larutan asam oksalat (bening) diambil 25 mL + 5 mL asam
sulfat (H2SO4) pekat (bening)
larutan berwarna bening dan ada uap + dipanaskan (700C)
larutan berwarna bening
larutan berwarna merah muda
No.
|
Titrasi Ke
|
Volume Titrasi
|
1.
|
I
|
4,8 mL
|
2.
|
II
|
5,0 mL
|
3.
|
III
|
5,2 mL
|
2.
Menetapkan campuran ferro dan ferri
1)
Larutan sampel campuran (Fe2+
dan Fe3+) (25 mL) (kuning) + 25 mL asam sulfat (H2SO4)
1 N (bening)
larutan berwarna kuning
larutan berwarna merah bata
No.
|
Titrasi Ke
|
Volume Titrasi
|
1.
|
I
|
3,2 mL
|
2.
|
II
|
2,6 mL
|
3.
|
III
|
3,4 mL
|
2)
Larutan sampel campuran (Fe2+
dan Fe3+) (25 mL) (kuning) + 10 mL HCl (bening)
larutan berwarna kuning
larutan berwarna kuning + beberapa tetes SnCl2
(Timah (II) Klorida) (bening)
larutan berwarna
kuning kehijauan
larutan berwarna kuning kehijauan + 10 mL Merkuri (II)
Klorida (HgCl2) (bening)
larutan berwarna
kuning kehijauan
larutan berwarna kuning kecoklatan.
No.
|
Titrasi Ke
|
Volume Titrasi
|
1.
|
I
|
3,4 mL
|
2.
|
II
|
4,5 mL
|
3.
|
III
|
5,5 mL
|
G. Analisis Data
1. Standarisasi
larutan KMnO4
Diketahui
:
m
kristal H2C2O4.2H2O = 0,65
gram = 650 mg
BM
H2C2O4.2H2O = 126 mg /
mmol
V
larutan H2C2O4 = 25 ml
V
larutan KMnO4 rata-rata =
=
=
5,0 mL
Ditanya
:
N
KMnO4 = .....?
Penyelesaian
:
N KMnO4 =
N KMnO4 =
N KMnO4 = 0,5158 mek/mL
N KMnO4 = 0,5158 N
2. Penentuan
Kadar Ferro
Diketahui
:
=
=
= 3,0666 mL
N
KMnO4 = 0,5158 N
BM
Fe = 56 mg/mmol
Ditanya
:
Kadar
ferro = . . . .?
Penyelesaian
Kadar ferro =
mg/ml
Kadar ferro =
mg/ml
Kadar ferro = 3,5431mg/ml
3. Penentuan
kadar ferri
Diketahui
:
=
=
= 3,0666 mL
=
=
= 4,4666 mL
N
KMnO4 = 0,5158 N
BM
Fe = 56 mg/mol
Ditanya
:
Kadar
ferri = . . . .?
Penyelesaian
Kadar ferri =
mg/ml
Kadar ferri =
mg/ml
Kadar ferri = 1,6175 mg/ml
H. Pembahasan
1.
Standarisasi larutan KMnO4
Standarisasi adalah suatu proses
penentuan konsentrasi larutan. Untuk menentuakan konsentrasi suatu larutan
asam-basa, diperlukan suatu larutan standar. Larutan standar adalah suatu
larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan biasanya berupa larutan asam
atau larutan basa yang mantap (konsentrasinya tidak berubah. Larutan standar
terbagi atas larutan satndar primer dan larutan standar sekunder. Larutan
standar primer yaitu larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung
karena didapatkan dari hasil penimbangan. Umumnya kadarnya dinyatakan dalam
normalitas. Adapun syarat-syarat larutan standar primer antara lain : mempunyai
kemurnian tinggi, rumus molekulnya pasti, tidak mengalami perubahan saat
penimbangan, berat ekivalen yang tinggi serta larutannya stabil dalam
penyimpanan. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan dimana
konsentrasinya ditentukan dengan jalan standarisasi dengan larutan standar
primer. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh larutan standar primer,
yaitu berat ekivalennya tinggi serta larutannya tidak stabil dalam penyimpanan (Tim
Dosen Kimia Dasar,2016:5).
Percobaan ini bertujuan untuk
menstandarisasi larutan KMnO4 dengan menggunakan kristal asam
oksalat. Adapun metode yang digunakan adalah titrasi permanganometri dimana
titrasi permanganometri adalah salah satu metode titrasi yang menggunakan
prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Metode ini merupakan suatu metode yang
sering digunakan karena permanganometri memiliki kelebihan antara lain
permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan indikator mudah
diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari metode ini adalah larutan
tidak stabil dalam penyimpanan (Mursyidi, 2006).
Dikarenakan larutan kalium permanganat tidak stabil dalam penyimpanan atau
dengan kata lain larutan KMnO4 adalah larutan standar sekunder,
maka larutan tersebut distandarisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan
standar primer dimana larutan standar primer yang digunakan adalah kristal asam
oksalat.
Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan
asam oksalat kedalam air untuk menghasilkan larutan asam oksalat yang
diencerkan dalam labu takar. Hal ini dikarenakan labu takar memiliki ketelitian
yang lebih akurat dimana diameter labu takar sangat kecil sehingga dalam melakukan
pengenceran KMnO4 digunakan labu takar. Kemudian larutan asam
oksalat yang bening ini ditambahkan dengan H2SO4 pekat
menghasilkan larutan bening dan panas. Fungsi penambahan H2SO4 adalah
untuk memberikan suasana asam, hal ini dikarenakan titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila
reaksi dilakukan dalam suasana asam dan reaksi H2SO4
tersebut tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi dengan titran. Pada
suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan ion Mn2+
yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam suasana pada pH
netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2 yang
berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi
(Putra,2016:11). Kemudian panas yang terjadi saat penambahan H2SO4
pekat disebabkan karena terjadinya reaksi eksoterm dimana reaksi eksoterm
adalah reaksi yang melepaskan kalor dari sistem kelingkungan. Sebelum titrasi
dilakukan larutan dipanaskan pada suhu
700C.
Fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara KMnO4
dengan asam oksalat karena pada suhu kamar reaksi antara keduanya cenderung
lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir titrasi.
Standarisasi KMnO4
menggunakan asam oksalat ini tidak menggunakan indikator eksternal untuk
menentukan titik akhir reaksinya. Hal ini disebabkan KMnO4 sendiri
selain bertindak sebagai titran, ia juga bertindak sebagai indikator (auto
indikator). Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening
menjadi merah muda sekali. Warna merah muda timbul akibat kelebihan ion
permanganat. Satu tetes kelebihan ion permanganat akan menimbulkan warna merah
muda yang cukup jelas terlihat (Putra,2016:11).
Percobaan ini dilakukan titrasi sebanyak
3 kali, tujuannya agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Hasil titrasi
yang diperoleh dari titrasi I,II, dan
III berturut-turut yaitu 4,8 mL, 5,0 mL dan 5,2 mL dengan normalitas sebesar 0,5158
N yang artinya konsentrasi larutan KMnO4 yang digunakan adalah
0,5158 N. Dari hasil yag diperoleh dapat dikatakan volume yang diperoleh untuk
titrasi sangat sedikit dan normalitas yang diperoleh menandakan bahwa KMnO4
standar yang digunakan sangat pekat yaitu 0,5158 N karena pada saat percobaan
larutan KMnO4 baru dibuat sehingga larutan itu masih pekat yang
ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu selain itu juga menandakan bahwa
KMnO4 benar merupakan larutan standar sekunder yang konsentrasinya
dapat berubah-ubah, yang dimana konsentrasi awal KMnO4 sebelum
distandarisasi sebesar 0,1 N. Adapun reaksi yang terjadi :
Reduksi :MnO4-(aq)
+ 8H+(aq) + 5e- Mn2+(aq) + 4H2O(l) x 2
Oksidasi : C2O42-(aq) 2CO2(g) + 2e- x 5
Reduksi :2MnO4+(aq)
+ 16H+(aq) + 10e- 2Mn2+(aq) + 8H2O(l)
Oksidasi
: 5C2O42-(aq) 10CO2(g) + 10e-
Redoks :2MnO4+(aq)
+ 16H+(aq) + 5C2O4-(aq) 2Mn2+(aq)
+8H2O(l) + 10CO2(g)
Reaksi
lengkapnya :
2KMnO4(aq)+
3H2SO4(aq)+ 5H2C2O4(aq) K2SO4(aq)+2MnSO4(aq)+10CO2(g)+ 8H2O(l)
2.
Penetapan campuran ferro dan ferri
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
kadar ferro dan ferri dalam campuran. Pada percobaan pertama dilakukan untuk
mengetahui kadar ferro dalam campuran dimana dilakukan titrasi dengan
menggunakan larutan standar KMnO4. Titrasi adalah
pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk
bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu reaktan lainnya. Seringkali titrasi
digunakan untuk mengukur volume larutan yang ditambahkan pada suatu larutan
yang telah diketahui volumenya. Biasanya konsentrasi dari salah satu larutan
dikenal sebagai larutan standar, yang telah diketahui dengan tepat
(Ibnu,2004:100).
Percobaa ini dilakukan dengan
menambahkan H2SO4 pekat kedalam larutan sampel Fe3+ dan
Fe2+. Penambahan H2SO4 ini berfungsi untuk
memberikan suasana asam agar tidak terjadi reaksi bolak-balik karena KMnO4
merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam selain itu, pada
suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan ion Mn2+
yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam suasana pada pH
netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2 yang
berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi
(Putra,2016:11). Selanjutnya dilakukan titrasi dengan
larutan standar KMnO4 sampai terjadi perubahan warna, karena
percobaan ini menghasilkan larutan berwarna merah bata maka hal ini tidak
sesuai, yang seharusnya warna larutan yang diperoleh pada akhir titrasi adalah
larutan berwarna ungu muda. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan praktikum
terutama dalam melakukan titrasi. Adapun titrasi dilakukan sebanyak 3 kali
tujuannya adalah untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Dari hasil titrasi
diperoleh volume pada titrasi I,II dan III berturut-turut adalah 3,2 mL, 2,6 mL
dan 3,4 mL dengan kadar ferro sebesar 4,9609 mg/ml yang berarti dalam campuran Fe3+
dan Fe2+ terdapat 4,9609 mek Fe3+ dalam volume total
campuran atau konsentrasi Fe3+ dalam campuran sebesar 4,9609 N.
Adapun reaksi yang terjadi :
Reduksi
: MnO4-(aq) + 8H+(aq) +
5e- Mn2+(aq)
+ 4H2O(l) x
1
Oksidasi
: Fe2+(aq) Fe3+(aq)
+ e- x
5
Reduksi
: MnO4-(aq) + 8H+(aq) +
5e- Mn2+(aq)
+ 4H2O(l)
Oksidasi
: 5Fe2+(aq) 5Fe3+(aq) +
5e-
Redoks
: MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5Fe2+(aq)
Mn2+(aq)
+ 5Fe3+(aq)
+ 4H2O(l)
Reaksi
lengkapnya :
2KMnO4(aq)+8H2SO4(aq)+10FeSO4(aq) 2MnSO4(aq)+5Fe2(SO4)3(aq)+K2SO4(aq) +8H2O(l)
Percobaan kedua dilakukan untuk
mengetahui kadar ferri dalam campuran Fe2+ dan Fe3+.
Pada percobaan ini terlebih dahulu mereduksi SnCl2 dan HgCl2
lalu kemudian dititrasi. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menambahkan HCl
pekat kedalam larutan sampel Fe2+ dan Fe3+ menghasilkan
larutan yang berwarna kuning. Penambahan HCl berfungsi untuk memberikan suasana
asam karena dalam suasana asam lebih memudahkan dalam pengamatan titik akhir
titrasi dibandingkan dalam suasana basa atau netral, kemudian larutan
dipanaskan sampai suhu 700C yang bertujuan untuk mempercepat
terjadinya reaksi, kemudian larutan tersebut ditambahkan SnCl2 5%
yang berfungsi sebagai reduktor yang mereduksi besi (III) menjadi besi (II),
sedangkan Sn teroksidasi dari Sn2+ menjadi Sn4+
menghasilkan larutan berwarna kuning kehijauan yang menandakan bahwa terjadi
reduksi. Adapun penambahan SnCl2 dilakukan dalam keadaan panas
karena larutan KMnO4 dapat bereaksi pada suhu tinggi. Adapun
reaksinya :
Sn2+(aq) + 2 Fe+(aq) Sn4+(aq)
+ 3Fe2+(aq)
Sedikit kelebihan timah (warna hijau)
ditambahkan untuk memastikan selesainya reduksi. Kelebihan ini harus
dihilangkan karena bisa bereaksi dengan permanganat melalui titrasi. Untuk itu,
larutan harus didinginkan dan ditambah raksa (II) klorida secara cepat untuk
mengoksidasi kelebihan ion timah (II). Dimana menghasilkan larutan yang
berwarna kuning kehijauan. Percobaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan teori
yang mengatakan akan terbentuk endapan putih HgCl2 pada saat
penambahan HgCl2 (Tim Dosen Kimia Organik,2016:15). Hal
ini dikarenakan kesalahan dalam praktikum ataupun dari segi bahan yang mungkin
sudah rusak. Adapun reaksinya :
2
HgCl2(aq) + Sn2+(aq)
Hg2Cl2(s)
+ Sn4+(aq) + 2Cl-(g)
(Merkuri (II) Klorida) (Klorida)
Setelah
penambahan HgCl2, larutan tersebut dititrasi dengan larutan KMnO4
standar sampai terjadi perubahan warna menjadi ungu. Pada percobaan yang
dilakukan warna larutan yang dihasilkan pada titik akhir titrasi diperoleh
larutan berwarna kuning kecoklatan yang menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh
tidak sesuai. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan terutama dalam melakukan
titrasi pada saat penambahan titran. Pada penambahan titran
lebih lanjut pada titik ekivalen akan menyebabkan perubahan pH yang cukup besar
dan indikator yang digunakan harus berubah warna pada titik ekivalen (Tim Dosen
Kimia Dasar,2016:6). Hal ini ditandai dengan perubahan warna yang berlebih pada
larutan yang dititrasi. Dalam percobaan ini dilakukan titrasi
sebanyak 3 kali dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Dari hasil
titrasi diperoleh volume pda titrasi I,II dan III berturut-turut 3,4 mL, 4,5 mL
dan 5,5 mL dengan kadar ferri sebesar 2,2648 mg/ml yang
berarti dalam campuran Fe2+ dan Fe3+ terdapat 2,2648 mek
Fe2+ dalam volume total campuran atau kosentrasi Fe2+ dalam
campuran sebesar 2,2648 N. Adapun reaksinya :
Reduksi
: MnSO4-(aq) + 8H+(aq) +
5e- Mn2+(aq)
+ 4H2O(l)
1
Oksidasi
: Fe2+(aq)
Fe3+ + e-
5
Reduksi
: MnSO4-(aq) + 8H+(aq) +
5e- Mn2+(aq)
+ 4H2O(l)
Oksidasi
: 5Fe2+(aq)
5Fe3+ + 5e-
Redoks
: MnSO4-(aq) + 8H+(aq) +
5Fe2+(aq)
Mn2+(aq) +
5Fe3+ + 4H2O(l)
Reaksi
lengkapnya:
KMnO4(aq)+
5FeCl2(aq) + 8HCl(aq) MnCl2(aq) + 5FeCl3(aq)
+ 4H2O(l) +
KCl(aq)
I. Penutup
1.
Kesimpulan
a. Standarisasi
larutan KMnO4 dengan menggunakan kristal asam oksalat, metode yang
digunakan adalah titrasi permanganometri dimana titrasi permanganometri adalah
salah satu metode titrasi yang menggunakan prinsip reaksi reduksi dan oksidasi.
b. Normalitas
KMnO4 yang diperoleh sebesar 0,5158 N
c. Kadar
Fe3+ dalam campuran Fe2+ dan Fe3+ sebesar
4,9609 mek/mL dan kadar Fe2+ dalam campuran Fe2+ dan Fe3+
sebesar 2,2648 mek/mL. Artinya dalam campuran tersebut terapat 4,9609
mek/mL Fe3+ dan 2,2648 mek/mL Fe2+ dalam
volume total campuran.
2.
Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya
lebih teliti dalam melakukan titrasi agar tidak terjadi kesalahan titrasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Day,
R.A dan A.L. Underwood.1999. Analis Kimia
Kuantitatif.Jakarta:Erlangga
Harisman, Ferry
Riyanto dan Djarot Sugiarso.2014. Pengaruh Waktu Penggilingan Terhadap Kadar
Zat Besi dalam Ampas Sari Kedelai Menggunakan Spektrofometer UV-Vis. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol 3.
No.2
Ibnu,
M. Sodiq dkk.2004. Kimia Analitik I.
Malang:Universitas Negeri Malang
Khopkar,
S.M.2010. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta:Universitas
Indonesia
Pandang, Iloan.,
Yos Pawer Ambarita dan Seri Maulina.2016. Pembuatan Asam Oksalat dari Pelepah
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
dengan Kalsium Hidroksida. Jurnal Teknik
Kimia USU. Vol 5. No.1
Putra, Frischa
Andhika dan R. Djarot Sugiarso.2016. Perbandingan Metode Analisis
Permanganometri dan Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol 5. No 1
Sulastri, Taty.2009.
Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol pada Biji Pinang Sirih
(Areca Catechu. L). Jurnal Chemica.
Vol 10. No 1
Tim Dosen Kimia
Analitik.2016. Penuntun Praktikum Kimia
Analitik I. Makassar:FMIPA UNM
Yazid,
Estien.2015. Kimia Fisika.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar
Download aplikasi reagent sumber dari bpk Drs Mulyono
BalasHapusAs reported by Stanford Medical, It's in fact the SINGLE reason this country's women get to live 10 years longer and weigh 19 kilos less than we do.
BalasHapus(And realistically, it has absoloutely NOTHING to do with genetics or some secret exercise and really, EVERYTHING to around "how" they are eating.)
P.S, I said "HOW", not "what"...
CLICK this link to see if this brief questionnaire can help you find out your real weight loss potential
Harrah's Cherokee Casinos & Resorts - Mapyro
BalasHapusFind the 정읍 출장안마 best Harrah's Cherokee Casinos 시흥 출장샵 & Resorts in 광양 출장샵 Cherokee, NC near Murphy. 대전광역 출장마사지 Save money and play with friends and fellow players. 정읍 출장마사지