Jumat, 04 Agustus 2017

Laporan Pembuatan Larutan Standar KMnO4 dan Penetapan Campuran Fe2+ dan Fe3+



A. Judul Percobaan
       Pembuatan Larutan Standar KMnO4 dan Penetapan Campuran Fe2+ dan Fe3+

B. Tujuan Percobaan
       Percobaan ini bertujuan untuk :
1. Menstandarisasi larutan KMnO4 dengan kristal asam oksalat
2. Menetapkan campuran Ferro dan Ferri

C. Landasan Teori
       Analisis kimiawi menetapkan komposisi kualitatif dan kuantitatif suatu materi. Konstituen-konstituen yang akan dideteksi ataupun ditentukan jumlahnya adalah unsur, radikal, gugus fungsi, senyawaan atau fase. Penentuan dengan teliti suatu komponen didalam matriks beberapa komponen lainnya yang mirip memerlukan pengaturan yang seksama kondisi seperti pH, kompleksan, perubahan tingkat oksidasi. Analisis umumnya terdiri atas analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Biasanya analisis kualitatif dilakukan sebelum analisis kuantitatif (Khopkar,2010:5).
       Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, yang seringkali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis. Jika zat yang dianalisa (analit) tersebut menyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel, maka analit ini dianggap sebagai konstituen utama. Zat itu dianggap konstituen minor jika jumlahnya berikisar antara 0,01 hingga 1% dari sampel. Terakhir, suatu zat yang hadil hingga kurang dari 0,01% dianggap sebagai konstituen perunut (Day,1999:2).
       Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Dialam kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air. Kuantitas relatif zat tertentu dalam larutan disebut konsentrasi. Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi berlangsung. Dalam beberapa hal konsentrasi juga menentukan hasil reaksi yang terbentuk. Untuk meramalkan sifat larutan tidak dapat langsung dari sifat komponennya, karena dalam campuran terdapat banyak interaksi antara komponen-komponen penyusunnya. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu model larutan sebagai standar untuk mengungkapkan hubungan antara komposisi dengan sifat larutan. Model larutan yang banyak dipakai adalah larutan ideal (Yazid,2015:47-48).
       Larutan KMnO4 dibuat dengan cara melarutkan padatannya dengan aqua DM kemudian dilakukan pemanasan hinggi 30 menit. Pemanasan selama 30 menit bertujuan untuk mempercepat reaksi antar MnO4- dengan zat pengotor organik yang terdapat dalam pelarut. Di dalam air KMnO4 mengalami reduksi menjadi padatan MnO2 yang berwarna coklat. Kemudian dilakukan pendiaman agar MnO2 tersebut mengendap setelah itu diambil 5 mL dan diencerkan kedalam labu ukur 100 mL. Pemisahan padatan MnO2 dari larutan dengan cara seperti itu dilakukan karena KMnO4 tidak dapat disaring dengan kertas saring. Kertas saring merupakan zat organik sedangkan KMnO4 tidak stabil jika bereaksi dengan zat organik (Putra,2016:11).
       Menurut Sulastri (2009:61),  standarisasi larutan KMnO4 dibuat dengan cara:
1.        Ditimbang 0,63 gram kristal asam oksalat dan dilarutkan dalam 100 ml aquades.
2.        Diambil 25 ml larutan asam oksalat, ditambahkan 5 ml H2SO4p.a lalu dipanaskan sampai 700C.
3.        Selanjutnya dalam keadaan panas dititrasi dengan larutan KMNO4 standar sampai warna ungu dan tetesan larutan permanganat tidak hilang, lalu dicatat volume titrasi.
4.        Mengulangi cara kerja (2 dan 3) sebanyak 3 kali dan masing – masing volume titrasi      
       Standarisasi adalah proses dimana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat. Suatu larutan standar terkadang dapat dipersiapkan dengan menguraikan suatu sampel dari zat terlarut yang diinginkan dan menimbang secara akurat dalam suatu larutan yang volumenya diukur secara akurat. Metode ini umumnya tidak dapat diterapkan, karena bagaimanapun juga, jarang reagen kimiawi diperoleh dalam bentuk  murni untuk memenuhi kebutuhan dalam hal keakuratan. Segelintir substansi yang memadai untuk hal ini disebut standar primer. Lebih umum lagi, sebuah larutan distandarisasi dengan titrasi, dimana larutan tersebut bereaksi dengan sejumlah standar primer dimana sebelumnya larutan tersebut telah ditimbang (Day,1999:50).
       Larutan standar yang digunakan sebagai titran harus diketahui dengan tepat konsentrasinya. Biasanya, larutan standar dibuat dengan cara melarutkan sejumlah berat tertentu bahan kimia pada sejumlah tertentu pelarut yang sesuai. Cara ini mudah dilakukan, tetapi hasilnya seringkali kurang tepat, karena hanya sedikit jenis zat kimia bahan titran yang diketahui dalam keadaan murni. Zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang dengan tepat dan dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut yang sesuai menghasilkan larutan standar primer. Larutan standar lain yang ditetapkan konsentrasinya melalui titrasi dengan menggunakan larutan standar primer dikenal sebagai larutan standar sekunder (Ibnu,2004:97-98).
       Larutan yang telah distandardisasi dapat dipergunakan sebagai larutan standar sekunder untuk mendapatkan konsentrasi dari larutan lainnya. Bagi pekerjaan yang membutuhkan akurasi yang tinggi, disarankan untuk menstandardisasi kedua larutan asam dan basa terpisah dengan menggunakan standar primer. Standar primer yang dipergunakan secara luas untuk larutan basa terdiri dari kalium hidorgen ftalat, KHC8H4O4, disingkat KHP. Asam sulfamat, HSO3NH2, dan kalium hidrogen iodat, KH(IO3) adalah dua asam kuat dan merupakan standar primer yang sempurna. Natrium karbonat, Na2CO3, dan tris (hidroksimetil) aminometana, (CH2OH2)3CNH2, dikenal sebagai TRIS atau THAM, secara umum adalah standar primer untuk asam kuat (Day,1999:51).
       Konsentrasi dinyatakan dalam  normalitas (g.ek/l). Larutan standar disiapkan dengan menimbang reagen murni secara tepat. Oleh karena itu, dikenal standar primer, yaitu zat yang tersedia dalam komposisi kimia yang jelas dan murni. Larutan tersebut hanya bereaksi pada kondisi kimia yang jelas dan murni. Larutan tersebut hanya bereaksi pada kondisi titrasi dan tidak melakukan reaksi sampingan. Tidak berubah ataupun bereaksi ditempat terbuka (atmosfer). Garam terhidrat tidak baik untuk larutan standar primer (Khopkar,2010:40).
       Menurut Day (1999:51) standar primer harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.        Harus tersedia dalam bentuk murni, atau dalam suatu tingkat kemurnian yang diketahui, pada suatu tingkat biaya yang logis. Secara umum, jumlah total dari pengotor tidak boleh melebihi 0,01 sampai 0,02% dan harus dilakukan tes untuk mendeteksi kuantitas pengotor-pengotor tersebut melalui tes kualitatif dengan sensitivisme yang diketahui.
2.        Substansi tersebut harus stabil. Harus mudah dikeringkan dan tidak terlalu higroskopis sehingga tidak banya menyerap air selama penimbangan. Substansi tersebut seharusnya tidak kehilangan berat bila terpapar udara. Garam hidrat biasanya tidak dipergunakan sebagai standar primer.
3.        Yang diinginkan adalah standar primer tersebut mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi agar dapat meminimalisasi konsekuensi galat pada saat penimbangan
       Larutan KMnO4 distandarisasi dengan menggunakan kristal asam oksalat.  Asam oksalat dapat disintesis dari pelepah kelapa sawit dengan metode peleburan alkali. Yield asam oksalat tertinggi diperoleh pada konsentrasi Ca(OH)2 3,5 N dan waktu peleburan 60 menit. Asam oksalat yang dihasilkan memiliki karaktersitik FTIR yang mendekati asam oksalat standar dengan titik leleh sebesar 106,20C.  Analisis FTIR (Fourier Transorm Infra Red) bertujuan untuk mengidentifikasi gugus fungsi dari suatu senyawa pada panjang gelombang tertentu. Spektrum FTIR asam oksalat menunjukkan adanya gugus OH, C=C, C-O, dan C-H. Gugus hidroksil (O-H) asam oksalat sintesis dikarakterisasi pada bilangan gelombang 3402,43 cm-1 sedangkan asam oksalat standar memiliki serapan kuat pada bilangan gelombang 3200-3700 cm-1 dengan serapan kuat dan tajam  pada 3422,06 cm-1 (Pandang,2016:43).      
       Larutan KMnO4 yang distandardisasi dengan menggunakan asam oksalat (H2C2O4) sebagai standar primernya. KMnO4 mula-mula dimasukkan kedalam buret 50 mL. Selanjutnya asam oksalat ditambahkan dengan asam sulfat 6N sebanyak 5 tetes. Fungsi penambahan asam sulfat adalah untuk memberikan suasana asam. Hal ini dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam dan reaksi H2SO4 tersebut tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi dengan  titran. Pada suasana asam  zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan ion Mn2+ yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam suasana pH netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi. sebelum dilakukan standarisasi asam oksalat dipanaskan pada suhu 70-800C fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi antara KMnO dengan asam oksalat karena pada suhu kamar reaksi antara keduanya cenderung lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir titrasi (Putra,2016:11).
       Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu reaktan lainnya. Seringkali titrasi digunakan untuk mengukur volume larutan yang ditambahkan pada suatu larutan yang telah diketahui volumenya. Biasanya konsentrasi dari salah satu larutan dikenal sebagai larutan standar, yang telah diketahui dengan tepat. Dalam titrasi asam basa perubahan pH sangat kecil hingga hampir tercapai titik ekivalen. Pada saat tercapai titik ekivalen penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH sangat besar. Perubahan pH yang besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator, yaitu suatu senyawa (organik) yang akan berubah warnanya dalam  rentang pH tertentu. Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi (Ibnu,2004:100).
          Standarisasi KMnO4 menggunakan asam oksalat ini tidak menggunakan indikator eksternal untuk menentukan titik akhir reaksinya. Hal ini disebabkan KMnO4 sendiri selain bertindak sebagai titran, ia juga bertindak sebagai indikator (auto indikator). Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda sekali. Warna merah muda timbul akibat kelebihan ion permanganat. Satu tetes kelebihan ion permanganat akan  menimbulkan warna merah muda yang cukup jelas terlihat (Putra,2016:11).
       Campuran ion ferro dan ferri ditentukan dengan mengambil dua bagian larutan sampel. Bagian pertama dititrasi dengan larutan standar KMnO4 langsung untuk menentukan kadar ion ferro. Bagian kedua, setelah direduksi dengan SnCh dititrasi dengan KMnO4 standar untuk menentukan total besi. Adapun untuk memperoleh kadar dari ion ferri dapat ditentukan dari selisih dua penentuan tersebut (Tim Dosen Kimia Analitik,2016:15).
       Penentuan kadar total besi dalam kedelai (GM 1) dapat dilakukan dengan kedelai dihancurkan dengan blender dry mill sampai halus sehingga dinding biji kedelai hancur dan didapatkan padatan isi biji yang mengandung banyak zat gizi termasuk zat besi di dalamnya. Padatan ini kemudian diabukan untuk menghilangkan senyawa-senyawa ataupun atom-atom organik yang dapat mengganggu saat pengukuran. ketika diabukan, atom-atom organik tersebut akan berikatan dengan atom oksigen dan membentuk senyawa gas yang keluar saat pengabuan berlangsung. Sedangkan atom-atom anorganik seperti besi juga akan bereaksi dengan oksigen membentuk padatan oksida. padatan oksida yang dihasilkan ditambah dengan HCl dan aqua DM agar semua padatan oksida tersebut larut. Larutan ini kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Harisman,2014:7).

D. Alat dan Bahan
1. Alat
a.         Buret 50 mL                                                                     2 buah
b.        Statif dan klem                                                                @2 buah
c.         Erlenmeyer tutup asa 200 mL                                          6 buah
d.        Gelas ukur 10 mL dan 25 mL                                          @1 buah
e.         Gelas kimia 1000 mL, 100 mL, 50 mL                            @1 buah
f.         Pipet tetes                                                                        6 buah
g.        Pipet Volum 25 mL                                                         2 buah
h.        Ball pipet                                                                          2 buah
i.          Labu takar 100 mL                                                          1 buah
j.          Pembakar spiritus                                                             1 buah
k.        Kaki tiga dan kasa asbes                                                  @1 buah
l.          Lap kasar                                                                          1 buah
m.      Lap halus                                                                          2 buah
n.        Spatula                                                                             1 buah
o.        Neraca analitik                                                                 1 buah
p.        Termometer 1100C                                                           1 buah
q.        Batang pengaduk                                                                         2 buah
2. Bahan
a.         Larutan kalium permanganat (KMnO4) 0,1 N
b.        Kristal asam oksalat (H2C2O4)
c.         Larutan asam sulfat (H2SO4) pekat
d.        Larutan asam sulfat (H2SO4) 1 N
e.         Larutan asam klorida (HCl)
f.         Merkuri (II) klorida (HgCl2) 5%
g.        Timah (II) klorida (SnCl2) 5%
h.        Larutan campuran ferri (Fe2+) dan ferro (Fe3+)
i.          Es batu (H2O(s))
j.          Aquades (H2O)
k.        Korek api
l.          Tissue

E. Prosedur Kerja
1.        Standarisasi larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,1 N menggunakan kristal asam oksalat
a.         Buret 50 mL diisi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) 0,1 N
b.        0,65 gram kristal asam oksalat ditimbang dengan menggunakan neraca analitik
c.         Kristal yang telah ditimbang dimasukkan kedalam labu takar 100 mL dan diencerkan dengan aquades hingga volumenya 100 mL
d.        Larutan asam oksalat yang telah diencerkan dipipet sebanyak 25 mL ke dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan pipet ukur 25 mL
e.         Larutan asam oksalat di dalam labu Erlenmeyer ditambahkan 5 mL H2SO4 pekat dan dipanaskan sampai 700C
f.         Dalam keadaan panas, larutan asam oksalat dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N sampai warna ungu dari tetesan larutan permanganat tersebut tidak hilang
g.        Perlakuan 4-6 diulangi dan dicatat volume titrasi rata-rata
h.        Normalitas larutan standar KMnO4 dihitung
2.        Menetapkan campuran ferro dan ferri
a.         25 mL larutan sampel campuran dipipet menggunakan pipet ukur 25 mL kedalam labu Erlenmeyer
b.        25 mL larutan H2SO4 1 N ditambahkan kedalam labu tersebut
c.         Larutan ini dititrasi dengan larutan kalium permanganat standar sampai terjadi warna ungu muda (warna dari kelebihan 1-2 tetes larutan KMnO4)
d.        Volume titran dicatat
e.         Langkah 1-4 diulangi sebanyak 3 kali dan volume rata-rata dicatat (VI)
f.         25 mL larutan sampel diambil menggunakan piper ukur 25 mL
g.        10 mL larutan HCl ditambahkan dan dipanaskan hingga mencapai suhu 700C
h.        Dalam keadaan panas, beberapa tetes SnCl2 5% ditambahkan sampai warna kuning hilang dan berubah menjadi hijau
i.          Larutan tersebut didinginkan dengan cepat (menggunakan es batu)
j.          10 mL HgCl ditambahkan kedalam larutan dan akan terbentuk endapan putih HgCl2
k.        Larutan tersebut dititrasi menggunakan larutan KMnO4 standar sampai terbentuk warna ungu muda
l.          Volume titran (V2)
m.      Langkah 6-11 diulangi sebanyak 3 kali dan volume rata-rata dicatat
n.        Kadar ferro dan ferri dihitung.

F. Hasil Pengamatan
1. Standarisasi larutan KMnO
0,65 gram asam oksalat (H2C2O4) (putih) + aquades (H2O) (bening) larutan asam oksalat (bening) diambil 25 mL + 5 mL asam sulfat (H2SO4) pekat (bening) larutan berwarna bening dan ada uap + dipanaskan (700C) larutan berwarna bening larutan berwarna merah muda
No.
Titrasi Ke
Volume Titrasi
1.
I
4,8 mL
2.
II
5,0 mL
3.
III
5,2 mL
2. Menetapkan campuran ferro dan ferri
1)        Larutan sampel campuran (Fe2+ dan Fe3+) (25 mL) (kuning) + 25 mL asam sulfat (H2SO4) 1 N (bening) larutan berwarna kuning larutan berwarna merah bata
No.
Titrasi Ke
Volume Titrasi
1.
I
3,2 mL
2.
II
2,6 mL
3.
III
3,4 mL
2)        Larutan sampel campuran (Fe2+ dan Fe3+) (25 mL) (kuning) + 10 mL HCl (bening) larutan berwarna kuning larutan berwarna  kuning + beberapa tetes SnCl2 (Timah (II) Klorida) (bening)  larutan berwarna kuning kehijauan larutan berwarna kuning kehijauan + 10 mL Merkuri (II) Klorida (HgCl2) (bening)  larutan berwarna kuning kehijauan larutan berwarna kuning kecoklatan.

No.
Titrasi Ke
Volume Titrasi
1.
I
3,4 mL
2.
II
4,5 mL
3.
III
5,5 mL

G. Analisis Data
1.      Standarisasi larutan KMnO4
Diketahui :
m kristal H2C2O4.2H2O            =   0,65 gram = 650 mg
BM H2C2O4.2H2O                    =   126 mg / mmol
V larutan H2C2O4                     =   25 ml
V larutan KMnO4 rata-rata       =  
                                                  =
                                                  = 5,0 mL
Ditanya :
N KMnO4 = .....?
Penyelesaian :
            N KMnO4 =
            N KMnO4 =  
            N KMnO4 = 0,5158 mek/mL
            N KMnO4 =  0,5158 N
2.      Penentuan Kadar Ferro
Diketahui :
                                                             =
                               =
                               = 3,0666 mL
N KMnO4              = 0,5158 N
BM Fe                    = 56 mg/mmol
Ditanya :
Kadar ferro = . . .  .?
Penyelesaian
            Kadar ferro =  mg/ml  
            Kadar ferro =  mg/ml     
            Kadar ferro = 3,5431mg/ml
3.      Penentuan kadar ferri
Diketahui :
                                                             =
                                 =
                                 = 3,0666 mL
                            =                               
                                 =
                                 = 4,4666 mL
N KMnO4                =       0,5158 N
BM Fe                      =       56 mg/mol
Ditanya :
Kadar ferri = . . . .?
Penyelesaian
            Kadar ferri =  mg/ml
            Kadar ferri =  mg/ml
            Kadar ferri = 1,6175 mg/ml

H. Pembahasan
1. Standarisasi larutan KMnO4
       Standarisasi adalah suatu proses penentuan konsentrasi larutan. Untuk menentuakan konsentrasi suatu larutan asam-basa, diperlukan suatu larutan standar. Larutan standar adalah suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dan biasanya berupa larutan asam atau larutan basa yang mantap (konsentrasinya tidak berubah. Larutan standar terbagi atas larutan satndar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer yaitu larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung karena didapatkan dari hasil penimbangan. Umumnya kadarnya dinyatakan dalam normalitas. Adapun syarat-syarat larutan standar primer antara lain : mempunyai kemurnian tinggi, rumus molekulnya pasti, tidak mengalami perubahan saat penimbangan, berat ekivalen yang tinggi serta larutannya stabil dalam penyimpanan. Sedangkan larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan standarisasi dengan larutan standar primer. Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki oleh larutan standar primer, yaitu berat ekivalennya tinggi serta larutannya tidak stabil dalam penyimpanan (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:5).
       Percobaan ini bertujuan untuk menstandarisasi larutan KMnO4 dengan menggunakan kristal asam oksalat. Adapun metode yang digunakan adalah titrasi permanganometri dimana titrasi permanganometri adalah salah satu metode titrasi yang menggunakan prinsip reaksi reduksi dan oksidasi. Metode ini merupakan suatu metode yang sering digunakan karena permanganometri memiliki kelebihan antara lain permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak memerlukan indikator mudah diperoleh dan terjangkau. Adapun kekurangan dari metode ini adalah larutan tidak stabil dalam penyimpanan (Mursyidi, 2006). Dikarenakan larutan kalium permanganat tidak stabil dalam penyimpanan atau dengan kata lain larutan KMnO­4 adalah larutan standar sekunder, maka larutan tersebut distandarisasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan standar primer dimana larutan standar primer yang digunakan adalah kristal asam oksalat.
       Percobaan ini dilakukan dengan melarutkan asam oksalat kedalam air untuk menghasilkan larutan asam oksalat yang diencerkan dalam labu takar. Hal ini dikarenakan labu takar memiliki ketelitian yang lebih akurat dimana diameter labu takar sangat kecil sehingga dalam melakukan pengenceran KMnO4 digunakan labu takar. Kemudian larutan asam oksalat yang bening ini ditambahkan dengan H2SO4 pekat menghasilkan larutan bening dan panas. Fungsi penambahan H2SO4 adalah untuk memberikan suasana asam, hal ini dikarenakan  titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam dan reaksi H2SO4 tersebut tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi dengan titran. Pada suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan ion Mn2+ yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam suasana pada pH netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi (Putra,2016:11). Kemudian panas yang terjadi saat penambahan H2SO4 pekat disebabkan karena terjadinya reaksi eksoterm dimana reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor dari sistem kelingkungan. Sebelum titrasi dilakukan larutan dipanaskan pada suhu  700C. Fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat  terjadinya reaksi antara KMnO4 dengan asam oksalat karena pada suhu kamar reaksi antara keduanya cenderung lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir titrasi.
       Standarisasi KMnO4 menggunakan asam oksalat ini tidak menggunakan indikator eksternal untuk menentukan titik akhir reaksinya. Hal ini disebabkan KMnO4 sendiri selain bertindak sebagai titran, ia juga bertindak sebagai indikator (auto indikator). Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari bening menjadi merah muda sekali. Warna merah muda timbul akibat kelebihan ion permanganat. Satu tetes kelebihan ion permanganat akan menimbulkan warna merah muda yang cukup jelas terlihat (Putra,2016:11).
       Percobaan ini dilakukan titrasi sebanyak 3 kali, tujuannya agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Hasil titrasi yang  diperoleh dari titrasi I,II, dan III berturut-turut yaitu 4,8 mL, 5,0 mL dan 5,2 mL dengan normalitas sebesar 0,5158 N yang artinya konsentrasi larutan KMnO4 yang digunakan adalah 0,5158 N. Dari hasil yag diperoleh dapat dikatakan volume yang diperoleh untuk titrasi sangat sedikit dan normalitas yang diperoleh menandakan bahwa KMnO4 standar yang digunakan sangat pekat yaitu 0,5158 N karena pada saat percobaan larutan KMnO4 baru dibuat sehingga larutan itu masih pekat yang ditandai dengan perubahan warna menjadi ungu selain itu juga menandakan bahwa KMnO4 benar merupakan larutan standar sekunder yang konsentrasinya dapat berubah-ubah, yang dimana konsentrasi awal KMnO4 sebelum distandarisasi sebesar 0,1 N. Adapun reaksi yang terjadi :
Reduksi   :MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e-                 Mn2+(aq) + 4H2O(l)        x 2
Oksidasi  : C2O42-(aq)                           2CO2(g)            +          2e-       x 5
Reduksi  :2MnO4+(aq) + 16H+(aq) + 10e-                        2Mn2+(aq) + 8H2O(l)
Oksidasi : 5C2O42-(aq)                           10CO2(g)  + 10e-
Redoks   :2MnO4+(aq) + 16H+(aq) + 5C2O4-(aq)               2Mn2+(aq) +8H2O(l) + 10CO2(g)
Reaksi lengkapnya :
2KMnO4(aq)+ 3H2SO4(aq)+ 5H2C2O4(aq)           K2SO4(aq)+2MnSO4(aq)+10CO2(g)+     8H2O(l)
2. Penetapan campuran ferro dan ferri
       Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar ferro dan ferri dalam campuran. Pada percobaan pertama dilakukan untuk mengetahui kadar ferro dalam campuran dimana dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan standar KMnO4. Titrasi adalah pengukuran volume suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk bereaksi sempurna dengan sejumlah tertentu reaktan lainnya. Seringkali titrasi digunakan untuk mengukur volume larutan yang ditambahkan pada suatu larutan yang telah diketahui volumenya. Biasanya konsentrasi dari salah satu larutan dikenal sebagai larutan standar, yang telah diketahui dengan tepat (Ibnu,2004:100).
       Percobaa ini dilakukan dengan menambahkan H2SO4 pekat kedalam larutan sampel Fe3+ dan Fe2+. Penambahan H2SO4 ini berfungsi untuk memberikan suasana asam agar tidak terjadi reaksi bolak-balik karena KMnO4 merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam selain itu, pada suasana asam zat ini akan mengalami reduksi menghasilkan ion Mn2+ yang tidak berwarna sedangkan apabila reaksi dilakukan dalam suasana pada pH netral atau sedikit basa maka akan terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat yang dapat mengganggu dalam penentuan titik akhir titrasi (Putra,2016:11). Selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan standar KMnO4 sampai terjadi perubahan warna, karena percobaan ini menghasilkan larutan berwarna merah bata maka hal ini tidak sesuai, yang seharusnya warna larutan yang diperoleh pada akhir titrasi adalah larutan berwarna ungu muda. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan praktikum terutama dalam melakukan titrasi. Adapun titrasi dilakukan sebanyak 3 kali tujuannya adalah untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Dari hasil titrasi diperoleh volume pada titrasi I,II dan III berturut-turut adalah 3,2 mL, 2,6 mL dan 3,4 mL dengan kadar ferro sebesar 4,9609  mg/ml yang berarti dalam campuran Fe3+ dan Fe2+ terdapat 4,9609 mek Fe3+ dalam volume total campuran atau konsentrasi Fe3+ dalam campuran sebesar 4,9609 N. Adapun reaksi yang terjadi :
Reduksi : MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e-                Mn2+(aq) + 4H2O(l)              x 1
Oksidasi : Fe2+(aq)                     Fe3+(aq) + e-                                           x 5
Reduksi : MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e-                Mn2+(aq) + 4H2O(l)             
Oksidasi : 5Fe2+(aq)                   5Fe3+(aq) + 5e-                                      
Redoks : MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5Fe2+(aq)              Mn2+(aq) + 5Fe3+(aq) + 4H2O(l)
Reaksi lengkapnya :
2KMnO4(aq)+8H2SO4(aq)+10FeSO4(aq)  2MnSO4(aq)+5Fe2(SO4)3(aq)+K2SO4(aq)       +8H2O(l)
       Percobaan kedua dilakukan untuk mengetahui kadar ferri dalam campuran Fe2+ dan Fe3+. Pada percobaan ini terlebih dahulu mereduksi SnCl2 dan HgCl2 lalu kemudian dititrasi. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menambahkan HCl pekat kedalam larutan sampel Fe2+ dan Fe3+ menghasilkan larutan yang berwarna kuning. Penambahan HCl berfungsi untuk memberikan suasana asam karena dalam suasana asam lebih memudahkan dalam pengamatan titik akhir titrasi dibandingkan dalam suasana basa atau netral, kemudian larutan dipanaskan sampai suhu 700C yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi, kemudian larutan tersebut ditambahkan SnCl2 5% yang berfungsi sebagai reduktor yang mereduksi besi (III) menjadi besi (II), sedangkan Sn teroksidasi dari Sn2+ menjadi Sn4+ menghasilkan larutan berwarna kuning kehijauan yang menandakan bahwa terjadi reduksi. Adapun penambahan SnCl2 dilakukan dalam keadaan panas karena larutan KMnO4 dapat bereaksi pada suhu tinggi. Adapun reaksinya :
Sn2+(aq) + 2 Fe+(aq)                 Sn4+(aq) + 3Fe2+(aq)
       Sedikit kelebihan timah (warna hijau) ditambahkan untuk memastikan selesainya reduksi. Kelebihan ini harus dihilangkan karena bisa bereaksi dengan permanganat melalui titrasi. Untuk itu, larutan harus didinginkan dan ditambah raksa (II) klorida secara cepat untuk mengoksidasi kelebihan ion timah (II). Dimana menghasilkan larutan yang berwarna kuning kehijauan. Percobaan yang dihasilkan tidak sesuai dengan teori yang mengatakan akan terbentuk endapan putih HgCl2 pada saat penambahan HgCl2 (Tim Dosen Kimia Organik,2016:15). Hal ini dikarenakan kesalahan dalam praktikum ataupun dari segi bahan yang mungkin sudah rusak. Adapun reaksinya :
2 HgCl2(aq)       + Sn2+(aq)                      Hg2Cl2(s) + Sn4+(aq) + 2Cl-(g)
(Merkuri (II) Klorida)                                                                         (Klorida)
Setelah penambahan HgCl2, larutan tersebut dititrasi dengan larutan KMnO4 standar sampai terjadi perubahan warna menjadi ungu. Pada percobaan yang dilakukan warna larutan yang dihasilkan pada titik akhir titrasi diperoleh larutan berwarna kuning kecoklatan yang menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh tidak sesuai. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan terutama dalam melakukan titrasi pada saat penambahan titran. Pada penambahan titran lebih lanjut pada titik ekivalen akan menyebabkan perubahan pH yang cukup besar dan indikator yang digunakan harus berubah warna pada titik ekivalen (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:6). Hal ini ditandai dengan perubahan warna yang berlebih pada larutan yang dititrasi. Dalam percobaan ini dilakukan titrasi sebanyak 3 kali dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Dari hasil titrasi diperoleh volume pda titrasi I,II dan III berturut-turut 3,4 mL, 4,5 mL dan 5,5 mL dengan kadar ferri sebesar 2,2648 mg/ml yang berarti dalam campuran Fe2+ dan Fe3+ terdapat 2,2648 mek Fe2+ dalam volume total campuran atau kosentrasi Fe2+ dalam campuran sebesar 2,2648 N. Adapun reaksinya :
Reduksi : MnSO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e-             Mn2+(aq) + 4H2O(l)                1
Oksidasi : Fe2+(aq)                Fe3+ + e-                                                    5
Reduksi : MnSO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e-             Mn2+(aq) + 4H2O(l)              
Oksidasi : 5Fe2+(aq)                5Fe3+ + 5e-                                            
Redoks : MnSO4-(aq) + 8H+(aq) + 5Fe2+(aq)               Mn2+(aq)  + 5Fe3+ + 4H2O(l)
Reaksi lengkapnya:
KMnO4(aq)+ 5FeCl2(aq) + 8HCl(aq)             MnCl2(aq) + 5FeCl3(aq) +  4H2O(l) + KCl(aq)

I. Penutup
1. Kesimpulan
a.    Standarisasi larutan KMnO4 dengan menggunakan kristal asam oksalat, metode yang digunakan adalah titrasi permanganometri dimana titrasi permanganometri adalah salah satu metode titrasi yang menggunakan prinsip reaksi reduksi dan oksidasi.
b.    Normalitas KMnO4 yang diperoleh sebesar 0,5158 N
c.    Kadar Fe3+ dalam campuran Fe2+ dan Fe3+ sebesar 4,9609 mek/mL dan kadar Fe2+ dalam campuran Fe2+ dan Fe3+ sebesar 2,2648 mek/mL. Artinya dalam campuran tersebut terapat 4,9609 mek/mL Fe3+ dan 2,2648 mek/mL Fe2+ dalam volume total campuran.
2. Saran
       Diharapkan kepada praktikan selanjutnya lebih teliti dalam melakukan titrasi agar tidak terjadi kesalahan titrasi.


DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A dan A.L. Underwood.1999. Analis Kimia Kuantitatif.Jakarta:Erlangga

Harisman, Ferry Riyanto dan Djarot Sugiarso.2014. Pengaruh Waktu Penggilingan Terhadap Kadar Zat Besi dalam Ampas Sari Kedelai Menggunakan Spektrofometer UV-Vis. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol 3. No.2

Ibnu, M. Sodiq dkk.2004. Kimia Analitik I. Malang:Universitas Negeri Malang

Khopkar, S.M.2010. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta:Universitas Indonesia

Pandang, Iloan., Yos Pawer Ambarita dan Seri Maulina.2016. Pembuatan Asam Oksalat dari Pelepah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) dengan Kalsium Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol 5. No.1

Putra, Frischa Andhika dan R. Djarot Sugiarso.2016. Perbandingan Metode Analisis Permanganometri dan Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol 5. No 1

Sulastri, Taty.2009. Analisis Kadar Tanin Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol pada Biji Pinang Sirih (Areca Catechu. L). Jurnal Chemica. Vol 10. No 1 

Tim Dosen Kimia Analitik.2016. Penuntun Praktikum Kimia Analitik I. Makassar:FMIPA UNM

Yazid, Estien.2015. Kimia Fisika.Yogyakarta:Pustaka Pelajar






3 komentar:

  1. As reported by Stanford Medical, It's in fact the SINGLE reason this country's women get to live 10 years longer and weigh 19 kilos less than we do.

    (And realistically, it has absoloutely NOTHING to do with genetics or some secret exercise and really, EVERYTHING to around "how" they are eating.)

    P.S, I said "HOW", not "what"...

    CLICK this link to see if this brief questionnaire can help you find out your real weight loss potential

    BalasHapus
  2. Harrah's Cherokee Casinos & Resorts - Mapyro
    Find the 정읍 출장안마 best Harrah's Cherokee Casinos 시흥 출장샵 & Resorts in 광양 출장샵 Cherokee, NC near Murphy. 대전광역 출장마사지 Save money and play with friends and fellow players. 정읍 출장마사지

    BalasHapus