A.
Judul Percobaan
Spot Test
B.
Tujuan Percobaan
Diakhir percobaan ini
mahasiswa dapat memahami dan terampil dalam:
1.
Melakukan pengujian raksa dengan Cu (II)
iodida
2.
Melakukan pengujian arsen dengan metode
Gutzeit dan dengan perak nitrat
3.
Melakukan pengujian kobalt melalui
pengujian dengan ammonium tiosianat dan pengujian dengan adanya besi
4.
Melakukan pengujian klorida dengan
pengendapan sebagai perak klorida dan pengujian dengan volatilisasi asam
klorida
5.
Melakukan pengujian sulfat dengan barium
karbonat dan pp
C.
Landasan Teori
Analisis kimiawi
menetapkan komposisi kualitatif dan kuantitatif suatu materi.
Konstituen-konstituen yang akan dideteksi ataupun ditentukan jumlahnya adalah unsur,
radikal, gugus fungsi, senyawaan atau fase. Penentuan dengan teliti suatu
komponen didalam matriks beberapa komponen lainnya yang mirip memerlukan
pengaturan yang seksama kondisi seperti pH, kompleksan, perubahan tingkat
oksidasi. Analisis umumnya terdiri atas analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif. Biasanya analisis kualitatif dilakukan sebelum analisis kuantitatif
(Khopkar,2010:5).
Analisis kuantitatif berkaitan dengan
penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel.
Zat yang ditetapkan tersebut, yang seringkali dinyatakan sebagai konstituen
atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang
dianalisis. Jika zat yang dianalisa (analit) tersebut menyusun lebih dari
sekitar 1% dari sampel, maka analit ini dianggap sebagai konstituen utama. Zat
itu dianggap konstituen minor jika jumlahnya berikisar antara 0,01 hingga 1%
dari sampel. Terakhir, suatu zat yang hadil hingga kurang dari 0,01% dianggap
sebagai konstituen runutan (Day,1999:2).
Menurut Kopkar (2010:6), tahap penentuan
analisis kuantitatif adalah :
1)
Penarikan sampel : Haruslah dapat
mewakili materi yang akan dianalisis secara utuh;
2)
Mengubah konstituen yang diinginkan
kebentuk yang dapat terukur: Ini bersangkutan dengan metode pemisahan.
Pemilihan teknik-teknik pemisahan untuk suatu situasi yang spesifik tergantung
pada sejumlah faktor-faktor;
3)
Pengukuran konstituen yang diinginkan:
Berbagai sifat-sifat fisika atau kimia dapat digunakan sebagai suatu cara
identifikasi kualitatif dan pengukuran kuantitatif atau keduanya;
4)
Penghitungan dan interpretasi data
analitik: Suatu analisis dapat dikatakan selesai bila hasil-hasilnya dinyatakan
sedemikian rupa sehingga si peminta dapat memahami artinya.
Menurut
Day (1999:3) pengujian analisis kualitatif terhadap suatu sampel memiliki lima
tahap :
1)
Pencuplikan sampel, yaitu pemilihan
suatu sampel yang representasif dari material yang dianalisis
2)
Pelarut sampel
3)
Konversi analit menjadi suatu bentuk
yang cocok untuk diukur
4)
Pengukuran
5)
Perhitungan dan penafsiran dari hasi
eksperimen tersebut. Selain tahap ini ada tahap operasi lain yang memungkinkan
dibutuhkan. Jika sampel berupa zat padat, maka diperlukan mengeringkannya
sebelum menganalisanya.
Analisis kualitatif menghasilkan data
kualitatif, seperti terbentuknya endapan, warna, gas maupun non numerik
lainnya. Tujuan utama analisis kualitatif adalah mengidentifikasi komponen
dalam zat kimia. Umumnya analisis kualitatif hanya dapat diperoleh indikasi
kasar dari komponen penyusun suatu analit. Analisis kualitatif biasanya
digunakan sebagai langkah awal untuk analisis kuantitatif. Pada berbagai cara
analisis modern, seperti cara-cara analisis spektroskopi dapat dilakukan
analisis kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan, sehingga waktu dan biaya
analisis dapat ditekan seminimal mungkin dan perolehan hasilnya lebih akurat
(Ibnu,2004:1).
Penelitian dengan uji kualitatif dan uji
kuantitatif contohnya pada analisis pada buah bengkoang. Analisis kualitatif
dilakukan dengan menggunakan beberapa pereaksi yang spesifik dengan tujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya vitamin C pada buah bengkuang. Adapun
pereaksi spesifik yang digunakan yaitu Iodium, 2,6-diklorofenol indofenol, Besi
(III) klorida dan Fehling A dan B. Sedangkan, pada analisis kuantitatif sampel
diblender dan dilarutkan dengan menggunakan asam oksalat 0,4%. Asam oksalat ini
berguna untuk mencegah pengaruh ion tembaga sehingga dapat bereaksi dengan
2,6-diklorofenol indofenol yang akan terukur menjadi vitamin C. Penetapan kadar
menggunakan Spektromotometer Visible menggunakan pereaksi 2,6-diklorofenol
indofenol pada buah bengkuang (Widiastuti,2016:74-75).
Kimia analitik merupakan satu-satunya
cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai penerapan begitu luas. Pertama kimia
analitik menawarkan banyak sekali pemakaian dalam bermacam disiplin kimia
seperti kimia anorganik, kimia organik, kimia fisik dan biokimia dan kedua
kimia analitik terpakai sangat luas dicabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya
seperti ilmu-ilmu lingkungan, ilmu pertanian, ilmu kedokteran, ilmu kimia
klinik zat padat dan elektronik, oseanografi, ilmu forensik dan penelitian luar
angkasa (Khopkar,2010:2).
Analisis kimia memegang peranan penting
dalam bidang kedokteran. Jenis dan kadar senyawa-senyawa kimia yang ada dalam sampel
(contoh) cairan intrasel, cairan ekstra sel, atau organ-organ tubuh yang lain
dapat diketahui dengan analisis secara kimia. Selain itu, analisis kimia dapat
digunakan untuk pemeriksaan obat-obatan, makanan, minuman, dan bahan-bahan
kimia yang apabila berkontak dengan tubuh atau masuk kedalam tubuh dapat
menganggu kesehatan. Pada dasarnya, analisis kimia dapat dilakukan dengan
analisis kualitatif, analisis
kuantitatif, dan analisis instrumentasi (Sumardjo,2009:4).
Penerapan kimia analitik ini tentunya
menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif
bertujuan untuk mengenali komposisi atau struktur bahan kimi, cukup banyak
jenisnya, sesuai dengan jenis bahan kimia yang terdapat dalam sampel. Analisis
kualitatif untuk bahan organik biasanya menjadi bagian kajian dari kimia
organik sehingga tidak dimasukkan dalam bagian kimia analitik (Ibnu,2004:34).
Analisis kimiawi menetapkan komposisi
kualitatif dan kuantitatif suatu materi. Konstituen-konstituen yang akan
dideteksi ataupun ditentukan jumlahnya adalah unsur, radikal, gugusan fungsi,
senyawaan atau fase. Kimia analitik menyangkut aspek yang lebih luas dan lebih
mendasar, sedangkan analisis kimia menyangkut aspek analisis yang lebih sempit
dan spesifik. Pada umumnya dalam analisis kimia, konstituen penyusun sampel
dapat ditentukan secara cepat dengan metode-metode spektotrograf atau dengan
spot-tes / uji bercak dengan pereaksi-pereaksi organik selektif, spesisik dan
sensitif (Khopkar,2010:5).
Menurut Svehla (1985:191), reaksi bercak
dapat dilakukan oleh proses berikut:
1)
Dengan mencampurkan satu tetes larutan
uji dan satu tetes reagensia pada permukaan berpori ataupun tak berpori
(kertas, kaca atau porselen);
2)
Dengan menaruh setets larutan uji pada
medium yang sesuai (misalnya kertas saring) yang dilembabi dengan reagensia
yang diperlukan;
3)
Dengan mereaksikan kertas uji atau setetes
reagensia dengan gas-gas yang dibebaskan dari setetes larutan uji atau dari
sedikit zat padat;
4)
Dengan menaruh setets reagensia pada
sedikit contoh padat, termasuk residu yang diperoleh dari penguapan ataupun
pemanggangan;
5)
Dengan menambahkan setets reagensia
kepada sedikit (katakan 0,5-2 mL) larutan uji dan kemudian mengekstraksi produk
reaksi dengan pelarut organik.
Test strip merupakan suatu alat analisis
sederhana yang mudah digunakan untuk mendeteksi sampel berdasarkan prinsip
color spot test. Cara penggunaannya adalah dengan meneteskan sampel pada
membran atau mencelupkan membran pada sampel. Pengidentifikasian ditunjukkan
oleh adanya perubahan warna yang terjadi akibat reagen yang diimobilisasi pada
membran bereaksi secara spesifik dengan sampel (Ningtyas,2015:50).
Percobaan spot test melalui uji raksa
dengan Cu (II) iodida dilakukan dengan suspensi Cu (I) iodida putih atau kertas
saring yang telah dibasahi dengan Cu (I) iodida akan berubah menjadi merah atau
orange bila bercampur dengan larutan garam raksa yang tekah diasamkan.
Intensitas warna bergantung pada jumlah raksa yang ada. Larutan yang diuji
keadaannya harus dalam suasana HCl atau asam nitrat 1 N (Tim Dosen Kimia
Analitik,2016:19).
Pelarut asam kuat HNO3 dan HCl adalah
agen pengekstrak yang umum digunakan dalam melindi merkuri (Hg). Pelarut HNO3
pekat dapat melarutkan merkuri pada sampel batubara dan tanah [8], namun kurang
baik dalam melarutkan merkuri pada batuan cinnabar. Asam nitrat dapat
melarutkan semua spesies merkuri kecuali senyawa HgS. Merkuri yang dapat larut
dalam HNO3 pekat hanya sekitar 5% [5].
Pelarut HCl pekat mampu melarutkan HgS dalam jumlah yang besar, yakni
sekitar 50%. Pada pelarut HCl dapat ditambahkan dengan senyawa CuSO4, MnO2,
NaNO3, dan KI untuk meningkatkan kelarutan HgS (Maulidiah,2015:109).
Larutan memainkan peran penting dalam
kehidupan sehari-hari. Dialam kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air.
Kuantitas relatif zat tertentu dalam larutan disebut konsentrasi. Konsentrasi
merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau lambatnya reaksi
berlangsung. Dalam beberapa hal konsentrasi juga menentukan hasil reaksi yang
terbentuk. Untuk meramalkan sifat larutan tidak dapat langsung dari sifat
komponennya, karena dalam campuran terdapat banyak interaksi antara
komponen-komponen penyusunnya. Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu model larutan
sebagai standar untuk mengungkapkan hubungan antara komposisi dengan sifat
larutan. Model larutan yang banyak dipakai adalah larutan ideal
(Yazid,2015:47-48).
Larutan klorida dalam suasana asam tidak
bereaksi dengan penambahan hidrogen peroksida, sedangkan bromida dan iodida
teroksidasi mejadi brom dan ion. Bila oksidasi dilangsungkan dengan adanya
oksin, maka senyawa fenolik ini akan terhalogenasi oleh halogen bebas tersebut.
larutan asam dari oksin terhalogenasi tidak bereaksi dengan perak klorida.
Berdasarkan hal tersebut, klorida masih dapat diuji dengan adanya ion halogen
lain sampai pada konsentrasi 2% (Tim Dosen Kimia Analitik,2016:21).
D.
Alat dan Bahan
1. Alat
a.
Pipet tetes 4
buah
b.
klem kayu 3
buah
c.
Rak tabung reaksi 1
buah
d.
Gelas kimia 100mL 1 buah
e.
Tabung reaksi 5
buah
f.
Spote plate 1
buah
g.
Krus porselin 3
buah
h.
Gelas ukur 10 mL 1 buah
i.
Lap kasar 1
buah
j.
Lap halus 1
buah
k.
Spatula 1
buah
l.
Batang pengaduk 1 buah
m. Botol
semprot 1
buah
n.
Korek api 1
buah
b. Bahan
a.
Kalium Iodida-Natrium Tiosianat (KI-Na2SO3)
b.
Tembaga Sulfat (CuSO4)
c.
Raksa (II) Klorida (HgCl2)
d.
Arsen (III) oksida (As2O3)
e.
Zink (Z)
f.
Asam sulfat (H2SO4)
encer
g.
Kertas saring
h.
Perak Nitrat (AgNO3) 1%
i.
Amonia (NH3)
j.
Hidrogen peroksida (H2O2)
10%
k.
Asam asetat (CH3COOH) encer
l.
Kobal nitrat (CoNO3)
m. Ammonium Tiosianat (NH4SCN)
n.
Ammonium
flourida (NH4F)
o.
Asam klorida (HCl) 1 N
p.
Larutan oksin (C6H9NOH)
q.
Asam nitrat (HNO3) 1 N
r.
Asam nitrat (HNO3) pekat
s.
Natrium klorida (NaCl)
t.
Aquades (H2O)
u.
Phenoftalein (PP) 1%
v.
Barium Karbonat (BaCO3)
w. Tissue
E.
Prosedur Kerja
1. Uji raksa dengan Cu (II) iodida
a.
Satu tetes KI-Na2S2O3
dimasukkan kedalam spot plate
b.
Satu tetes CuSO4 dan satu
tetes larutan uji (HgCl2) ditambahkan kedalam spot plate
c.
Warna larutan diamati
2. Uji arsen
1) Pengujian dengan metode Gutzeit
a.
2 tetes larutan As2O3
dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 butir padatan zink
b.
2 tetes asam sulfat encer ditambahkan
dalam larutan tersebut
c.
Tabung reaksi tersebut ditutup dengan
kertas saring yang telah dibasahi larutan AgNO3 1%
2) Pengujian dengan perak nitrat
a. 3
tetes larutan As2O3 dimasukkan kedalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 3 tetes amonia
b. 3
tetes H2O2 10% dimasukkan kedalam larutan tersebut,
kemudian ditambahkan 3 tetes CH3COOH encer
c. 3
tetes AgNO3 1% ditambahkan ke
dalam larutan tersebut kemudian dipanaskan
3. Uji Kobalt
1) Dengan ammonium tiosianat dalam
aseton
a. 1
tetes CoNO3 dimasukkan kedalam spot plate
b. 1
tetes Ammonium tiosianat dalam aseton ditambahkan kedalam larutan tersebut
2) Dengan adanya besi
a. 1
tetes CoNO3 dimasukkan kedalam spot plate
b. 2
tetes NH4F kedalam larutan tersebut
c. 5
tetes ammonium tiosianat dalam aseton ditambahkan kedalam larutan tersebut
4. Uji Klorida
1) Pengujian dengan pengendapan
sebaal perak klorida dengan adanya halida lain
a. 5
tetes HCl 1N dimasukkan kedalam krus porselin
b. 5
tetes larutan oksin ditambahkan kedalam larutan tersebut
c. 5
tetes larutan H2O2 ditambahkan ke dalam larutan tersebut
d. 5
tetes HNO3 kedalam larutan tersebut
e. Larutan
tersebut dipanaskan ± 4 menit
f. 2
tetes AgNO3 1% kedalam larutan yang dipanaskan
g. perubahan
yang terjadi diamati
2)
Volatilisasi asam klorida
a. 1
sendok kristal NaCl dimasukkan kedalam tabung reaksi
b. 7
tetes HNO3 pekat ditambahkan kedalam tabung reaksi tersebut
c. Batang
pengaduk yang digunakan dibasahi dengan larutan AgNO3 1%
d. Batang
pengaduk yang telah dibasahi, diletakkan diatas campuran reaksi
e. Larutan
dipanaskan sampai terbentuk gelembung-gelembung
5.
Uji Sulfat dengan Barium Karbonat dan PP
1)
Pengujian dengan sampel H2SO4
a. 1
sendok BaCO3 dilarutkan dengan aquades
b. 7
tetes H2SO4 dimasukkan kedalam krus porselin
c. 7
tetes larutan BaCO3 ditambahkan kedalam larutan H2SO4
dalam krus porselin
d. Larutan
tersebut dipanaskan
e. 7
tetes phenolftalein 1% ditambahkan
kedalam larutan tersebut
2) Pengujian dengan sampel CuSO4
a. 1
sendok BaCO3 dilarutkan dengan aquades
b. 7
tetes CuSO4 dimasukkan kedalam krus porselin
c. 7
tetes larutan BaCO3 ditambahkan kedalam larutan CuSO4
dalam krus porselin
d. Larutan
tersebut dipanaskan
e. 7
tetes phenolftalein 1% ditambahkan
kedalam larutan tersebut
F. Hasil Pengamatan
No.
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Uji raksa dengan Cu
(II) iodida
· 1
tetes KI-Na2SO3 (bening) + 1 tetes CuSO4
(biru muda) + 1 tetes HgCl2 (bening)
|
Orange
|
2.
|
Uji arsen
· Metode
Gutzeit
2 tetes As2O3
(bening) + 2 butir Zn
+ 2 tetes H2SO4
encer
+ ditutup dengan kertas saring yang
telah dibahasi AgNO3 1%
|
Keruh
Hitam
Noda kuning
|
·
Dengan perak nitrat
3 tetes As2O3 (tak
berwarna)+ 3tetes amonia (tak
berwarna) + 3 tetes H2O2 10% (tak berwana) + 3 tetes CH3COOH
encer (tak berwarna) + 3 tetes AgNO3 1% dipanaskan
|
Larutan bening dengan
endapan agak coklat
|
|
3.
|
Uji Kobalt
· Dengan
ammonium tiosianat dalam aseton
1 tetes CoNO3 (merah muda)
+ 1 tetes NH4SCN dalam aseton (coklat)
|
Larutan berwarna
hijau
|
· Dengan
adanya besi (Fe)
1 tetes CoNO3 (merah muda)
+ 1 tetes NH4F (kuning) + 5 tetes NH4SCN dalam aseton (coklat)
|
Larutan berwarna biru
|
|
4.
|
Uji
klorida
·
Pengujian dan pengendapan sebaal
perak nitrat dengan adanya halida lain
5
tetes HCl (bening) + 5 tetes oksin (bening) + 5 tetes H2O2 (bening)
+ 5 tetes HNO3 (bening) + AgNO3 (bening)
|
Endapan putih dan
keruh
|
· Volatilisasi
asam klorida
3
sendok spatula NaCl (putih) + 3 tetes HNO3 1 % 3 tetes (bening)
|
Larutan tidak larut
sempurna
|
|
5.
|
Uji sulfat dengan barium karbonat dan
PP
· Kristal
BaCO3 (putih) + Aquades (bening)
|
Larutan berwarna
putih
|
·
H2SO4 encer
(bening) + BaCO3 (bening)
Larutan
berwarna putih
+ PP 1% (bening)
|
Larutan berwarna
putih
Larutan berwarna
putih
Larutan berwarna
putih
|
|
·
CuSO4
(biru) + BaCO3 (bening)
+ PP 1 % (bening)
|
Larutan berwarna biru
|
G.
Pembahasan
Spot test atau uji
bercak merupakan salah satu metode analisis kualitatif untuk mengetahui kandungan
suatu zat dalam senyawa atau bahan yang diujikan. Uji bercak atau spot test ini
dapat dilakukan sejumlah cara diantaranya pada suatu lempeng bercak, dalam
sebuah krus makro, tabung reaksi atau tabung sentrifuge, atau pada kertas
saring (Svehla,1985:193). Adapun percobaan ini bertujuan untuk melakukan pengujian
raksa dengan Cu (II) iodida, melakukan pengujian arsen dengan metode Gutzeit
dan dengan perak nitrat, melakukan pengujian kobalt melalui pengujian dengan
ammonium tiosianat dan pengujian dengan adanya besi, melakukan pengujian
klorida dengan pengendapan sebagai perak klorida dan pengujian dengan
volatilisasi asam klorida dan melakukan pengujian sulfat dengan barium karbonat
dan pp.
1. Uji raksa dengan Cu (II) Iodida
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk
menguji adanya raksa dengan Cu (II) Iodida. Adapun uji positif pada percobaan
ini adalah larutan akan berwarna merah atau orange. Suspensi Cu (I) iodida
putih atau kertas saring yang telah dibasahi dengan Cu (I) iodida akan berubah
menjadi merah atau orange bila bercampur dengan larutan garam raksa yang telah
diasamkan. Intensitas warna bergantung pada jumlah raksa yang ada (Tim Dosen
Kimia Analitik,2016:19). Pada percobaan ini larutan yang diuji (HgCl2)
harus dalam suasana asam hal ini berhubungan dengan kepekaan larutan tersebut
artinya bahwa semakin asam maka kepekaan larutan raksa sebagai larutan yang
diuji akan semakin bagus sehingga akan memudahkan dalam menganalisanya. Percobaan
ini digunakan larutan KI-Na2SO3 yang berfungsi
membebaskan iodida yang nantinya akan bereaksi dengan Cu2+ yang dihasilkan
dari CuSO4 membentuk CuI2. Kemudian ditambahkan larutan
HgCl2 yang merupakan larutan yang diuji, warna larutan berubah
menjadi orange. Berdasarkan warna larutan yang diperoleh telah sesuai dengan
teori (Tim Dosen Kimia Analitik,2016:19) yang mengatakan bahwa larutan akan
berubah menjadi orange. Larutan berwarna orange menandakan bahwa pada larutan
yang diuji mengandung raksa. Adapun persamaan reaksinya :
4KI.Na2S2O3 + 6
CuSO4 2CuI2 + 4CuSO3 +
4 Na2S2O4 + 2K2SO4
2Cu2I2 +
HgCl2
Cu2(HgI4)
+ Cl2 + 2Cu2+
(orange)
2. Uji arsen
a. Dengan metode Gutzeit
Percobaan ini
bertujuan untuk menguji adanya arsen dengan menggunakan metode Gutzeit. Adapun
uji positif pada percobaan ini yaitu terbentuk noda kuning pada kertas saring.
Larutan yang diuji adalah arsen (III) oksida. Percobaan ini dilakukan dengan larutan
As2O3 ditambahkan logam Zn dan asam sulfat encer yang
berfungsi untuk memberikan suasana asam pada larutan dengan memberikan ion H+
menghasilkan larutan berwarna hitam. Adapun reaksinya :
As3- + 3Zn + 3H+
AsH3
+ 3 Zn2+
Kertas saring yang akan digunakan
untuk menutupi mulut tabung reaksi dibasahi dengan larutan AgNO3 1%
berfungsi untuk mendeteksi adanya arsen dalam larutan hal ini dikarenakan bila
uap hidrida dialirkan dengan kertas saring yang telah dibasahi dengan AgNO3
maka kertas saring menjadi berwarna (Tim Dosen Kimia Analitik,2016:19).
Kemudian tabung reaksi ditutup dengan kertas saring yang telah dibasahi AgNO3
1% dan terbentuk noda kuning pada kertas saring. Berdasarkan hasil yang
diperoleh telah sesuai dengan teori (Tim Dosen Kimia Analitik,2016:19) yang
mengatakan bahwa uji positif percobaan ini akan terbentuk noda kuning pada
kertas saring. Hal tersebut menandakan bahwa pada larutan yang diuji mengandung
arsen. Adapun persamaan reaksinya :
AsH3 + 6Ag+
As3+ +
3H+ +
6Ag
(endapan hitam)
AsH3 + AgNO3
AsAg3
+ 3HNO3
(kuning)
b. Dengan perak nitrat
Percobaan ini
dilakukan bertujuan untuk menguji adanya arsen dengan perak nitrat. Adapun uji
positif pada percobaan ini adalah larutan berwarna merah kecoklatan yang tidak
larut. Percobaan ini dilakukan dengan larutan As2O3
yang ada dalam krus porselin ditambahkan dengan amonia dan hidrogen peroksida
10%. Penambahan tersebut berfungsi untuk mengubah asam arsenit menjadi arsenat.
Kemudian ditambahkan dengan asam asetat encer yang berfungsi untuk mengasamkan
larutan dan ditambahkan lagi larutan AgNO3 1% yang berfungsi sebagai
bahan yang digunakan untuk menguji adanya arsen. Selanjutnya larutan
dipanaskan. Fungsi pemanasan ini yaitu untuk mempercepat reaksi dan terbentuk
endapan agak coklat. Berdasarkan hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori
(Tim Dosen Kimia Analitik,2016:20) yang mengatakan uji positif pada percobaan
ini adalah terbentuk endapan warna merah coklat yang menandakan bahwa pada
larutan yang diuji mengandung arsen. Adapun persamaan reaksinya :
H3AsO3 + 2NH4OH + H2O2
AsO43- + 2NH3 + 2H2 + 3H+
AsO43- + 3
AgNO3
Ag3AsO4 + 3NO3–
(endapan
coklat)
3. Uji kobalt
a. Dengan ammonium
tiosianat dan aseton
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk
menguji adanya kobalt dengan ammonium tiosianat dan aseton. Adapun uji positif
dari percobaan ini adalah larutan berwarna hijau sampai biru dimana warna
tersebut tergantung pada banyaknya kobalt yang ada (Tim Dosen Kimia
Analitik,2016:20). Percobaan ini dilakukan dengan larutan CoNO3
dimasukkan kedalam spot plate dimana larutan ini merupakan larutan yang akan
diuji. Kemudian ditambahkan ammonium tiosianat dalam aseton yang berfungsi
sebagai bahan yang akan membentuk kompleks tiosianat yang akan memberikan warna
pada larutan dari biru sampai hijau. Penambahan ammonium tiosianat menghasilkan
larutan berwarna hijau. Berdasarkan hasil yang diperoleh telah sesuai dengan
teori (Tim Dosen Kimia Analitik,2016:20), yang mengatakan bahwa larutan garam
kobalt dalam suasana asam yang mengandung aseton yang cukup, pada penambahan
ammonium tiosianat akan memberikan warna biru yang intens karena terbentuknya
kompleks tiosianat. Warna hijau pada larutan yang dihasilkan menandakan bahwa
kobalt yang ada dalam larutan yang diuji yaitu CoNO3 sedikit. Adapun
persamaan reaksinya :
Co (NO3)2
Co2+ + 2 NO3-
Co2 + 4 SCN–
[Co(SCN)4]2-
Co(NO3)2 + 4NH4SCN
Co(SCN)4(NH4)2
+ 2NH4NO3
(hijau)
b. Uji kobalt dengan adanya besi
Percobaan ini
dilakukan bertujuan untuk menguji kobalt dengan adanya besi. Adapun uji positif
percobaan ini yaitu larutan berwarna biru sampai hijau. Percobaan ini dilakukan
dengan larutan CoNO3 dimasukkan kedalam spot
plate dimana larutan tersebut merupakan larutan yang akan diuji. Kemudian
ditambahkan NH4F yang berfungsi untuk mengubah garam ferri manjadi ion kompleks ferriflourida yang
tidak larut dan tidak berwarna. Selanjutnya ditambahkan NH4SCN
yang akan mendeteksi adanya kobalt pada larutan dengan memberikan warna pada
larutan dari biru sampai hijau. Adapun hasil yang diperoleh larutan berwarna
biru dimana hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori (Tim Dosen Kimia
Analitik,2016:21). Warna biru yang dihasilkan menandakan bahwa banya kobalt
yang terkandung ada larutan yang diuji yaitu CoNO3. Adapun persamaan
reaksinya :
Co (NO3)2
Co2+ + 2 NO3-
Co2 +
4 SCN–
[Co(SCN)4]2-
Co(NO3)2 +
4NH4SCN
Co(SCN)4(NH4)2 + 2NH4NO3
(biru)
4. Uji klorida
a. Pengujian dengan pengendapan sebaal perak klorida dengan
adanya halida lain
Percobaan ini
dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi klorida dengan sebaal perak klorida
dengan adanya halida lain. Adapun uji positif percobaan ini yaitu terbentuk
kekeruhan atau endapan putih. Percobaan ini dilakukan dengan larutan oksin
digunakan larutan oksin dikarenakan bila oksidasi dilangsungkan dengan adanya
oksin, maka senyawa fenolik ini akan terhalogenasi oleh halogen bebas tersebut.
Larutan asam dari oksin terhalogenasi tidak bereaksi dengan perak klorida. Oleh
karena itu klorida masih dapat diuji dengan adanya halogen lain sampai pada
konsentrasi 2% (Tim Dosen Kimia Analitik,2016:21). Kemudian ditambahkan dengan H2O2
dimana digunakan H2O2 karena larutan klorida dalam
suasana asam tidak bereaksi dengan adanya penambahan H2O2
ini. Selanjutnya ditambahkan HNO3 yang berfungsi memberikan suasana
asam pada larutan selain itu juga berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat
terjadinya reaksi dan ditambahkan AgNO3 yang berfungsi sebagai bahan
yang akan bereaksi dengan Cl membentuk AgCl. Hasil yang diperoleh yaitu
terbentuk endapan putih dan keruh dimana hasil tersebut telah sesuai dengan
teori (Tim Dosen Kimia Analitik,2016:21) yang mengatakan uji positif pada
percobaan akan terbentuk kekeruhan atau endapan. Terbentuk endapan putih dan
keruh pada larutan menandakan bahwa larutan yang diuji mengandung klorida.
Adapun persamaan reaksinya :
Cl- + C6H9NOH
C6H9NCl + OH–
C6H9NCl + H2O2
C6H9NOH +
HCl
HCl +
AgNO3
AgCl + HNO3
Cl– + AgNO3
AgCl
+ NO3–
(endapan
putih)
b. Pengujian dengan volatilisasi
asam klorida
Pengujian ini
dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi klorida dengan adanya kekeruhan AgNO3.
Adapun uji positif percobaan ini yaitu terbentuk kekeruhan atau endapan putih.
Percobaan ini dilakukan dengan kristal NaCl dimasukkan dengan
tabung reaksi dimana NaCl merupakan larutan yang akan diuji pada percobaan ini
dan ditambahkan dengan HNO3 pekat yang nantinya akan menghasikan
asam klorida yang akan mengeruhkan larutan AgNO3. Kemudian batang
pengaduk yang telah dibasahi dengan AgNO3 diletakkan diatas campuran
reaksi. Larutan AgNO3 inilah yang akan mengidentifikasi klorida yang
ditandai dengan larutan menjadi keruh dan ada endapan putih. Kemudian larutan
dipanaskan yang berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi dan menguraikan
Cl dalam bentuk HCl. Adapun hasil yang diperoleh larutan tidak larut sempurna
dan terbentuk endapan putih. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori
(Tim Dosen Kimia Analitik,2016:22) yang mengatakan uji positif pada percobaan
akan terbentuk kekeruhan atau endapan. Terbentuk endapan putih dan keruh pada
larutan menandakan bahwa larutan yang diuji mengandung klorida. Adapun
persamaan reaksinya :
NaCl + HNO3
NaNO3 + HCl
HCl +
AgNO3
AgCl (endapan putih) + HNO3
5. Uji sulfat dengan barium karbonat
dan pp
Pecobaan ini dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi sulfat dengan barium karbonat dan pp. Adapun uji positif dari
percobaan ini adalah larutan berwarna merah. Percobaan ini dilakukan dengan
larutan H2SO4
encer ditambahkan suspensi
BaCO3
dimana larutan BaCO3 ini yang akan bereaksi cepat dengan H2SO4.
Kemudian larutan dipanaskan sampai kering dimana pemanasan ini berfungsin untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Selanjutnya ditambahkan pp yang berfungsi
sebagai indikator asam-basa yang akan memberikan warna merah pada larutan.
Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan teori (Tim Dosen Kimia
Analitik,2016:22) yang mengatakan bahwa larutan akan berwarna merah dimana
hasil yang diperoleh yaitu larutan berwarna biru. Hal ini disebabkan bahan yang
digunakan sudah tidak bagus lagi yang menyebabkan larutan tidak dapat bereaksi
menghasilkan larutan berwarna merah. Adapun persamaan reaksinya :
H2SO4 +
BaCO3
BaSO4 + H2CO3
H. Penutup
1.
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
a.
Uji
raksa dengan Cu (II) iodida menghasilkan larutan berwarna orange yang
menandakan larutan yang diuji mengandung raksa yang telah sesuai dengan uji
positif pengujian tersebut.
b.
Uji
arsen dengan metode Guitzeit terbentuk noda kuning pada kertas saring, yang menandakan
bahwa larutan yang diuji mengandung arsen. Begitupun uji dengan perak nitrat terbentuk
endapan agak coklat yang
juga menandakan bahwa larutan yang diuji mengandung arsen.
Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan uji positif pengujian tersebut.
c.
Uji
kobalt dengan
ammonium tiosianat dan aseton
menghasilkan
larutan berwarna hijau. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori
pengujian tersebut. Warna hijau pada larutan yang dihasilkan menandakan bahwa
kobalt yang ada dalam larutan yang diuji yaitu CoNO3 sedikit.
Begitupun juga dengan uji
kobalt dengan adanya besi menghasilkan larutan berwarna biru
dimana hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori.Warna biru yang
dihasilkan menandakan bahwa banya kobalt yang terkandung ada larutan yang diuji
yaitu CoNO3
d.
Uji
klorida juga menunjukkan uji positif pada percobaan pengandapan sebagai
perak klorida dengan halida lain dan dengan volatilisasi yang menghasilkan
larutan keruh dan terbentuk endapan putih yang menandakan pada larutan yang
diuji mengandung klorida.
e.
Uji
sulfat dengan barium karbonat dan pp menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan
teori dimana larutan yang dihasilkan berwarna biru hal ini dikarenakan bahan
yang digunakan tidak bagus lagi yang menyebabkan larutan
tidak dapat bereaksi menghasilkan larutan berwarna merah.
2.
Saran
Diharapkan pada praktikan selanjutnya
untuk lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan agar hasil tidak terjadi
kesalahan terhadap hasil percobaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar