A.
JUDUL PERCOBAAN
Penentuan
Tetapan Kesetimbangan dalam Fasa Cair
B.
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan tetapan kesetimbangan Kc
esterifikasi asam asetat
C.
LANDASAN TEORI
Persamaan-persamaan termodinamika
yang telah diturunkan hanya berlaku untuk sistem dengan komposisi tetap,
artinya tidak ada transfer materi dengan lingkungan (sistem tertutup). Meskipun
reaksi kimia kebanyakan dilakukan dalam tempat tertutup, namun reaksi kimia
yang sedang berlangsung dapat dipandang sebagai suatu sistem terbuka. Untuk
sistem semacam ini, yakni dengan sistem yang komposisi berubah-ubah perlu
dicari pengaruh dengan perubahan komposisi terhadap persamaan termodinamika.
Hasil dari persamaan tersebut digunakan untk menurunkan syarat tercapainya
kesetimbangan kimia (Rohman, 2000: 120).
Fakta yang paling penting tentang
reaksi kimia adalah bahwa semua reaksi kimia reversibel (dapat balik). Bilamana
suatu reaksi kimia dimulai, hasil reaksi mulai menimbun, dan seterusnya akan
bereaksi satu sama lain memulai suatu reaksi yang kebalikannya. Setelah
beberapa lama, tercapailah kesetimbangan dinamis. Dalam beberapa hal,
kesetimbangan ini terletak hampir sama sekali berada dipihak pembentukan suatu
atau beberapa zat, maka reaksi itu nampak seakan-akan berlangsung sampai
selesai (Svehla, 1985: 20).
Kesetimbangan kimia menjelaskan
keadaan dimana laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar dan dimana
konsentrasi reaktan dan produk tetap tidak berubah seiring berjalannya waktu. Keadaan
kesetimbangan dinamik ini ditandai dari hanya adanya satu konstanta
kesetimbangan. Bergantung pada jenis spesi yang bereaksi, konstanta
kesetimbangan dapat dinyatakan dalam molaritas atau tekanan parsial. Konstanta
kesetimbangan dapat memberi informasi tentang arah akhir dari suatu reaksi yang
berlangsung reversibel dan konstanta dari campuran kesetimbangan (Chang, 2004:
65).
Kesetimbangan terkait dengan proses
pengamatan dari waktu. Ketidakberubahan harga variabel-variabel pada sistem termodinamika
suatu sistem dengan waktu merupakan syarat yang perlu agar suatu sistem
setimbang. Pada percobaan tentang pengaruh konsentrasi minyak dalam fasa cairan
terhadap waktu dimana lamanya proses ekstraksi sangat berpengaruh pada minyak
yang dihasilkan. Pada keadaan setimbang, yang mempunyai nilai yang sama adalah
potensil kimia dari kedua fasa, bukan konsentrasi sehingga transfer solute
menjadi terhenti (Bangkit, 2012: 13).
Reaksi kimia yang umum konsentrasi
reaktan dan produk pada kesetimbangannya dihubungkan oleh rumus dengan
konstanta kesetimbangan
Kesetimbangan
yang semua reaktan dan produknya berada dalam fasa yang sama dapat disebut
dengan kesetimbangan homogen. Jika reaktan dan produk tidak berada dalam fasa
yang sama, kesetimbangannya dapat disebut kesetimbangan heterogen. Nilai K
bergantung pada bagaimana persamaan kimia tersebut disetarakan, dan kosntanta
kesetimbangan untuk reaksi balik tertentu adalah kebalikan dari konstanta
kesetimbangan reaksi itu. Hasil bagi reaksi Q memiliki bentuk yang sama dengan
persamaan konstanta kesetimbangan, tetapi persamaan ini berlaku pada reaksi
yang tidak berada pada kesetimbangan. Jika Q > K, maka reaksi akan akan
berlangsung dari kanan kekiri untuk mencapai kesetimbangan. Jika Q < K, maka
reaksi akan bergerak dari kiri ke kanan untuk mencapai kesetimbangan (Chang,
2004: 85).
Data kesetimbangan uap-air dapat
diperoleh dengan menggunakan sistem biner. Grafik kurva pada kesetimbangan
sistem biner etanol-air dari data literatur dan dri data hasil penelitian akan
diapaki untuk verifikasi hasil penelitian secara eksperimen dan secara
perhitungan dari persamaan yang digunakan. Kurva kesetimbangan uap-air sistem
biner etanol-air yang dihasilkan dengan bahan baku etanol teknis
penyimpangannya lebih besar dibandingkan dengan penggunaan bahan baku etanol
pro analitis, karena etanol teknis mengandung kadar air impuritis yang tinggi,
sehingga penyimpangan terjadi saat mendekati titik azeotropik (Sari, 2012:
37-39).
Tetapan kesetimbangan Kp, Kx dan Kc
untuk gas ideal, ai = Pi sehingga persamaannya :
Koefisien
pada keadaan setimbang dinyatakan dengan Kp,
sehingga untu gas ideal :
Hubungan
antara Kp dan Kc dapat diperoleh dengan menggunakan rumus persamaan gas ideal :
Pi = ni
RT / V
Pi = Ci RT
Kp
= Kc
Dengan
Kc yaitu tetapan kesetimbangan dinyatakan dalam bentuk konsentrasi molar
(Rohman, 2000: 133-134).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan kimia yakni perubahan konsentrasi dapat mempengaruhi posisi
keadaan kesetimbangan, atau lebih tepatnya, jumlah relatif reaktan dan produk.
Perubahan tekanan dan volume mungkin dapat memberikan pengaruh tekanan dan
volume mungkin dapat memberikan pengaruh yang sama terhadap sistem gas pada
kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah nilai konstanta
kesetimbangan. Katalis dapat mempercepat reaksi maju dan reaksi balik, tetapi
katalistidak dapat mengubah posisi kesetimbangan atau konstanta kesetimbangan
(Chang, 2004: 65).
Percobaan yang akan dilakukan
bertujuan menentukan tetapan kesetimbangan Kc esterifikasi asam asetat dimana
reaksi esterifikasi dikenal sebagai reaksi pembentukan ester. Ester dapat
disintesis dengan berbagai macam cara. Diantara cara-cara tersebut yang sering
dilakukan adalah esterifikasi menurut Fischer, yaitu dengan mereaksikan asam
dan alkohol memakai katalis asam sulfat atau klorida (Saraswati, 2016: 57).
Contoh reaksi esterifikasi yaitu
proses esterifikasi gliserol dimana proses pembuatan turunan gliserol atau
konversi gliserol paling banyak menggunakan proses esterifikasi gliserol.
Pembuatan turunan gliserol ini yang dimaksudkan agar produk mempunyai nilai
ekonomi yang lebih tinggi, serta turunan gliserol ini akan banyak diaplikasikan
pada berbagai arahan penggunaan produk adalah dibidang kosmetik, makan, kertas
tissue, tinta dan additif bahan bakar (Prasetyo, 2012: 30).
D. ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
a.
Labu
Erlenmeyer 250 ml 2
buah
b.
Corong
biasa 1
buah
c.
Pikonometer
100 ml 2
buah
d.
Temometer
1100C 1
buah
e.
Gelas
kimia 600 ml 1
buah
f.
Labu
Erlenmeyer 500 ml 1
buah
g.
Corong
pisah 250 ml 1
buah
h.
Botol
semprot 1
buah
i.
Ball
pipet 1
buah
j.
Pipet
volum 25 ml 1
buah
k.
Gelas
ukur 50 ml 1
buah
l.
Gelas
ukur 250 ml 1
buah
m. Pembakar spiritus 1 buah
n.
Kaki
tiga dan kasa asbes @
1buah
o.
Eksikator 1
buah
p.
Kompor 1
buah
q.
Oven 1
buah
r.
Neraca
analitik 1
buah
s.
Pipet
tetes 5
buah
t.
Batang
pengaduk 1
buah
u.
Klem
kayu 1 buah
v.
Statif
dan klem @
1 buah
w. Spatula 1 buah
x.
Lap
kasar 1
buah
y.
Lap
halus 1
buah
2.
Bahan
a.
Kristal
tembaga sulfat (
CuSO4 ) anhidrat
b.
Asam
asetat (
CH3COOH ) glasial
c.
Etanol (
C2H5OH ) 96 %
d.
Natrium
karbonat (
Na2CO3 ) jenuh
e.
Asam
sulfat (
H2SO4 ) pekat
f.
Aquades (
H2O )
g.
Korek
api
h.
Tissu
E. PROSEDUR KERJA
1.
Penentuan massa jenis
a.
Dikeringkan piknometer yang telah
dicuci, dimasukkan dalam oven kemudia didinginkan dalam eksikator
b.
Ditimbang piknometer sebagai wadah
etanol
c.
Dimasukkan etanol kedalam piknometer
kosong yang telah diketahui beratnya kemudian ditimbang kembali
d.
Dihitung massa jenis etanol
e.
Ditimbang piknometer sebagai wadah asam
asetat glasial
f.
Dimasukkan asam asetat glasial kedalam
piknometer yang telah diketahui beratnya kemudian ditimbang kembali
g.
Dihitung massa jenis asam asetat
2. Reaksi esterifikasi
a.
Diukur 200 ml etanol 96% kemudian
dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml
b.
Ditambahkan 2 sendok CuSO4
anhidrat kedalam labu Erlenmeyer yang telah diisi dengan 200 ml etanol 96%
c.
Campuran diaduk
d.
Diukur 250 ml asam asetat glasial
kemudian dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250 ml
e.
Ditambahkan 2 sendok CuSO4
anhidrat kedalam labu Erlenmeyer yang telah diisi dengan 250 ml CH3COOH
glasial kemudian diaduk
f.
Disaring campuran antara etanol 96% dan
CuSO4 anhidrat dengan menggunakan corong pisah yang dilengkapi
dengan kertas saring
g.
Disaring campuran antara asam asetat dan
CuSO4 anhidrat dengan menggunakan corong pisah yang dilengkapi
dengan kertas saring
h.
Dicampurkan filtrat (campuran etanol 96%
dan CuSO4) dan filtrat (campuran asam asetat glasial dan CuSO4)
kedalam gelas kimia 600 ml
i.
Ditambahkan 1 ml H2SO4
kedalam campuran yang dilakukan dalam lemari asam
j.
Dipanaskan sampai terbentuk gelembung
pada campuran
k.
Diukur 50 ml campuran kemudian
dimasukkan kedalam corong pisah 250 ml (I)
l.
Ditambahkan Na2CO3
jenuh kedalam campuran sampai terbentuk kristal
m.
Diukur 50 ml campuran kemudian
dimasukkan kedalam corong pisah 250 ml (II)
n.
Ditambahkan Na2CO3
jenuh kedalam campuran sampai terbentuk kristal
o.
Diukur 50 ml campuran kemudian
dimasukkan kedalam corong pisah 250 ml (III)
p.
Ditambahkan Na2CO3
jenuh kedalam campuran sampai terbentuk kristal
F. HASIL PENGAMATAN
1.
Penentuan Massa Jenis
No.
|
Aktivitas
|
Hasil
|
a.
|
Etanol (C2H5OH)
|
|
|
-
Berat piknometer kosong
|
37,595
g
|
|
- Berat
piknometer isi
|
68,5
|
|
- Berat
piknometer isi – berat piknometer
kosong
|
78,492
g
|
|
-
Massa jenis :
=
|
0,7849
g/ml
|
b.
|
Asam asetat (CH3COOH)
|
|
|
-
Berat piknometer kosong
|
37,586
g
|
|
- Berat
piknometer isi
|
142,054
g
|
|
- Berat
piknometer isi – berat piknometer
kosong
|
104,468
g
|
|
-
Massa jenis :
=
|
1,0446
g
|
2.
Reaksi esterifikasi
No.
|
Aktivitas
|
Hasil
|
1.
|
200
ml C2H5OH + 2 sendok CuSO4
|
Larutan
putih dan terdapat endapan biru
|
2.
|
250
ml CH3COOH + 2 sendok CuSO4
|
Larutan putih dan terdapat endapan biru
|
3.
|
C2H5OH + CuSO4
disaring
|
Larutan bening
|
4.
|
CH3COOH + CuSO4
disaring
|
Larutan being
|
5.
|
Campuran + 1 ml H2SO4
|
Larutan
bening dan terdapat uap
|
6.
|
Campuran
|
Larutan
bening dan terdapat gelembung
|
7.
|
Campuran didinginkan
|
Larutan bening
|
8.
|
50 ml campuran dimasukkan kedalam
corong pisah
|
Terbentuk
2 lapisan yaitu:
Lapisan
atas : etil asetat
Lapisan
bawah air
|
9.
|
Campuran + Na2CO3
jenuh
|
Larutan berwarna putih
|
10.
|
50 ml campuran dimasukkan kedalam
corong pisah II
|
Terbentuk
2 lapisan yaitu:
Lapisan
atas : etil asetat
Lapisan
bawah air
|
11.
|
Campuran + Na2CO3
jenuh
|
Larutan
berwarna putih
|
12.
|
50 ml campuran dimasukkan kedalam
corong pisah II
|
Terbentuk
2 lapisan yaitu:
Lapisan
atas : etil asetat
Lapisan
bawah air
|
13.
|
Campuran + Na2CO3
jenuh
|
Larutan
berwarna putih
|
G. ANALISIS DATA
1. Penentuan massa jenis CH3COOH
dan C2H5OH
a. Massa jenis asam asetat (CH3COOH)
glasial
Diketahui : Massa piknometer kosong = 37,586 g
Massa piknometer isi = 142,054 g
Volume CH3COOH = 100 ml
Ditanyakan :
(massa jenis) CH3COOH.....?
Penyelesaian :
Massa CH3COOH = Massa piknometer isi – massa piknometer
kosong
=
142,054 gram – 37,586 gram
=
104,468 gram
= 1,0446 g/ml
b. Massa jenis etanol (C2H5OH)
96%
Diketahui : Massa piknometer kosong = 37,595 g
Massa piknometer isi = 116,087 g
Volume CH3COOH = 100 ml
Ditanyakan :
(massa jenis) C2H5OH.....?
Penyelesaian :
Massa C2H5OH = Massa piknometer isi – massa piknometer
kosong
=
116,087 gram – 37,595 gram
=
78,492 gram
= 0,7849 g/ml
2. Penentuan tetapan kesetimbangan
Diketahui : V CH3COOH = 250 ml
V C2H5OH = 200 ml
CH3COOH =
1,03 g/ml
C2H5OH =
0,78 g/ml
Mr CH3COOH = 60 g/ml
Mr C2H5OH = 46 g/ml
Mr CH3COOC2H5 = 88 g/ml
=
0 gram
Ditanyakan : Kc........?
Penyelesaian :
1) Massa CH3COOH =
CH3COOH
V CH3COOH
=
1,03 g/ml
200 ml
=
257,5 gram
2) Massa C2H5OH =
C2H5OH
V C2H5OH
=
0,78 g/ml
200 ml
=
156 gram
Untuk
mol CH3COOC2H5OH yang diambil 50 ml dari
campuran pengenceran
=
9
3) Massa CH3COOC2H5OH
= Massa praktek
9
= 0 gram
9
=
0 gram
4)
=
4,2916 mol
5)
=
3,3913 mol
6)
=
0 mol
Reaksi :
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq)
CH3COOC2H5(aq) + H2O(l)
Mula-mula : 4,2916 mol 3,3913 mol 0 mol -
Bereaksi : 0 mol 0 mol 0 mol
0 mol
Setimbang : 4, 2916 mol 3,3913
mol
0 mol 0 mol
Maka nilai Kc adalah :
Kc
= 0
H. PEMBAHASAN
Keetimbangan kimia menjelaskan
keadaan dimana laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar dan dimana
konstrasi reaktan dan produk tetap tidak beruabh seiring berjalannya waktu (Chang,
2004: 65). Percobaan ini bertujuan untuk menentukan tetapan kesetimbangan Kc
esterifikasi asam asetat. Reaksi esterifikasi dikenal sebagai reaksi
pembentukan ester. Diantara cara-cara untuk mensintesis ester yang sering
dilakukan salah satunya adalah esterifikasi menurut Fischer, yaitu dengan
mereaksikan asam dan alkohol memakai katalis asam sulfat atau klorida
(Saraswati, 2016: 57).
Percobaan pertama yaitu menentukan massa jenis CH3COOH
dan C2H5OH yang dapat diketahui dengan piknometer.
Piknometer adalah suatu alat yang terbuat dari kaca yang sering digunakan untuk
mengukur nilai massa jenis. Percobaan ini dilakukan piknometer yang telah
dicuci, dikeringkan dalam oven yang bertujuan untuk menguapkan air atau
menghilangkan air yang terkandung dalam piknometer. Kemudian piknometer
dimasukkan kedalam eksikator yang berfungsi untuk mempercepat proses
pendinginan dan agar piknometer tidak menyerap lagi uap air yang terdapat
diudara bebas karena didalam eksikator, pada bagian bawahnya ditempatkan silika
gel sehingga pengaruh uap air selama pengeringan daoat diserap oleh silika gel
tersebut. selain itu, eksikator sifatnya vakum yakni dapat mencegah uap air
yang berada diluar eksikator tidak masuk kedalam eksikator. Piknometer kemudian
ditimbang berat kosongnya. Selanjutnya piknometer diisi dengan etanol dan asam
asetat glasial lalu ditimbang beratnya dan diperoleh berat isi. Massa jenis
diperoleh dari selisih berat (massa) isi dan selisih berat (massa) kosong
dibagi dengan volume piknometer. Berdasarkan hasil yang diperolah, massa jenis
CH3COOH yaitu 1,0446 g/ml sedangkan massa jenis C2H5OH
yaitu 0,7846 g/ml. Hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori yaitu massa
jenis massa jenis CH3COOH yaitu 1,03 g/ml sedangkan massa jenis C2H5OH
yaitu 0,78 g/ml.
Percobaan selanjutnya yaitu reaksi
esterifikasi dimana dalam percobaan ini yaitu mereaksikan asam asetat dan
etanol. Percobaan ini dilakukan dengan kristal CuSO4 anhidrat
dilarutkan dalam etanol 96% yang mana berfungsi untuk mengikat air yang
terkandung dalam etanol dikarenakan etanol yang digunakan hanya 96% dan 4%
adalah air. Kristal CuSO4 yang mana sebelum dilarutkan dalam etanol
berwarna putih dan setelah dilarutkan dalam etanol berwarna biru yang
menandakan bahwa kristal telah mengikat air. Kristal CuSO4 anhidrat
dilarutkan juga kedalam asam asetat glasial yang berfungsi untuk mengikat air
yang terkandung dalam asam asetat dimana jika kristal telah mengikat air
ditandai dengan warna kristal CuSO4 berubah dari putih menjadi biru.
Alasan mengapa harus mengikat air karena pada saat etanol dan asam asetat
direaksikan dalam hal ini reaksi esterifikasi, air yang merupakan produk
samping telah terikat pada kristal CuSO4 sehingga etil asetat
(ester) yang diperoleh betul-betul murni.
Kedua larutan disaring yang
bertujuan untuk memisahkan filtrat yaitu etanol dan asam asetat dengan residu
yaitu kristal CuSO4. Kedua filtrat ini kemudian dicampur dimana
pencampuran ini terjadi reaksi esterifikasi yaitu reaksi antara alkohol
(etanol) dan asam (asam asetat glasial) menghasilkan ester (etil asetat) dan
air. Campuran kemudian ditambahkan H2SO4 pekat yang berfungsi
sebagai katalis dimana katalis yaitu senyawa yang dapat mempercepat reaksi
tetapi tidak ikut bereaksi selain itu juga , berfungsi sebagai pemberi suasana
asam. Pada saat penambahan H2SO4 pekat ini terdapat uap.
Hal ini dikarenakan reaksi tersebut terjadi reaksi eksoterm yaitu reaksi yang
melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan. Campuran kemudian dipanaskan hingga
diperoleh kesetimbangan yang ditandai dengan adanya gelembung. Pemanasan ini
bertujuan agar reaksi esterifikasi dapat terjadi secara cepat dalam keadaan
setimbang dikarenakan suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kesetimbangan. Adapun persamaan reaksinya :
CH3COOH(aq) +
C2H5OH(aq)
CH3COOC2H5(aq) +
H2O(l)
(asam
asetat) (etanol) (etil asetat) (air)
Larutan ester (etil asetat)
dimasukkan kedalam 3 corong pisah yang berbeda dengan volume yang sama. prinsip
dasar corong pisah yaitu meisahkan zat berdasarkan perbedaan massa jenis. Pada
saat larutan dimasukkan kedalam corong pisah, larutan terbentuk 2 lapisan yaitu
lapisan atas etil asetat dan lapisan bawah adalah air dimana terbentuknya
lapisan ini dikarenakan perbedaan massa jenis antara etil asetat dan air yang
mana massa jenis etil asetat yaitu 0,887 g/ml sedangkan air yaitu 1g/ml yang
menyebabkan lapisan atas = etil asetat karena massa jenis etil asetat lebih
kecil daripda massa jenis air.
Larutan ditambahkan Na2CO3
jenuh yang berfungsi untuk mengendapkan etil asetat dalam bentuk kristal.
Berdasarkan hasil yang percobaan tidak diperoleh adanya kristal. Hal ini
disebabkan Na2CO3 digunakan sudah tidak jenuh lagi
sehingga Na2CO3 tersebut tidak dapat mengendapkan kristal
etil asetat. Adapun reaksinya :
CH3COOC2H5(aq) + Na2CO3 (aq)
2CH3COONa(s) + C2H5(aq) + CO32-
(etil asetat) (natrium karbonat)
(natrium asetat)
Nilai
Kc untuk esterifikasi asam asetat dengan rumus :
yang
diperoleh yaitu 0
I. KESIMPULAN
Tetapan
kesetimbangan Kc esterifikasi asam asetat yang diperoleh berdasarkan praktikum
adalah 0.
J. SARAN
Diharapkan untuk praktikan
selanjutnya agar lebih teliti dalam memeriksa bahan yang akan digunakan dimana
sebelum percobaan dimuali, praktikan harus memeriksa Na2CO3
yang akan digunakan apakah jenuh atau tidak.
DAFTAR
PUSTAKA
Bangkit,
Tagora., Rinaldy Sirait dan Iriany. 2012. Penentuan Kondisi Kesetimbangan Unit
Leaching pada Produksi Eugenol dari Daun Cengkeh. Jurnal Teknik Kimia USU. Vol 1. No 1
Chang,
Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga
Jilid I. Jakarta: Erlangga
Prasetyo, Ari
Eko., Anggra Widhi dan Widayat. 2012. Potensi Gliserol dalam Pembuatan Turunan
Gliserol Melalui Proses Esterifikasi. Jurnal
Ilmu Lingkungan. Vol 10. No 1
Rohman,
Ijang dan Sri Mulyani. 2000. Kimia Fisik
I. Malang: JICA
Saraswati,
Indah. 2016. Panduan Praktikum Kimia.
Yogyakarta: Deepublish
Sari, Ni Ketut.
2012. Data Kesetimbangan Uap-Air dan Ethanol-Air dari Hasil Fermentasi Rumput
Gajah. Berkala Ilmiah Teknik Kimia.
Vol 1. No 1
Svehla,
G. 1985. Vogel Bagian I Edisi Kelima.
Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka
TUGAS PENUNTUN
1.
Jelaskan kegunaan kristal CuSO4
dalam percobaan ini
Jawab :
Kristal CuSO4
berfungsi mengikat air yang terkandung dalam etanol 96% dan asam asetat
2.
Jelaskan kegunaan penambahan larutan
jenuh Na2CO3 dalam percobaan ini
Jawab :
Na2CO3 berfungsi
untuk mengendapkan etil asetat
3.
Adakah cara lain untuk menentukan nilai
tetapan kesetimbangan reaksi yang tidak melibatkan salah satu komponen dalam
kesetimbanga ?
Jawab :
Ada cara lain yaitu dengan menambahkan (Na2CO3)
garam karbonat
4.
Bagaimana cara mendapatkan jumlah mol
asam asetat yang digunakan dalam percobaan anda ?
Jawab :
m =
V
= 1,0446 g/ml . 250 ml
= 261,15 gram
Jadi,
= 4,3525 mol
5.
Jelaskan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai tetapan kesetimbangan
Jawab :
faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi nilai tetapan kesetimbangan :
a)
Konsentrasi : jika konsentrasi reaktan
dinaikkan maka kesetimbangan bergeser kearah produk begitupun sebaliknya
b)
Tekanan : jika tekanan diperbesar, maka
kesetimbangan akan bergeser kejumlah koefisien yang terkecil begitupun
sebaliknya
c)
Volume : jika volume dinaikkan maka
reaksi akan bergeser kearah jumlah koefisien yang terbesar begitupun sebaliknya
d)
Suhu : Jika suhu dinaikkan maka reaksi
akan bergeser kearah reaksi endoterm. Jika suhu diturunkan maka akan bergeser
kearah eksoterm
e)
Katalis : zat yang dapat mempercepat
reaksi tetapi tidak ikut bereaksi
6.
Jelaskan secara matematis pengaruh
tekanan (total) untuk reaksi-reaksi kesetimbangan berikut :
a)
Jumlah mol gas sebelum reaksi dan
sesudah reaksi sama besar
b)
Jumlah mol gas sebelum reaksi lebih
besar daripada setelah reaksi
c)
Jumlah mol gas sebelum reaksi lebih
kecil daripada setelah reaksi
Jawab :
a)
Jumlah mol gas sebelum reaksi dan
sesudah reaksi sama, maka tekanannya tetap
b)
Jumlah mol gas sebelum reaksi lebih
besar daripada setelah reaksi, maka tekanan berkurang pada awal reaksi
c)
Jumlah mol gas sebelum reaksi lebih
kecil daripada setelah reaksi berarti tekanan diperbesar
jica itu di departemen pend kimia upi bandung,bukan malang setau saya
BalasHapus