A. JUDUL
PERCOBAAN
Standarisasi
Larutan NaOH 0,1 N dan Penentuan Kadar Asam Cuka
B. TUJUAN
PERCOBAAN
Menentukan normalitas larutan NaOH
menggunakan larutan standar asam oksalat dan menetapkan kadar asam cuka secara
titrasi volumetri.
C. LANDASAN
TEORI
Analisis kimiawi
menetapkan komposisi kualitatif dan kuantitatif suatu materi.
Konstituen-konstituen yang akan dideteksi ataupun ditentukan jumlahnya adalah
unsur, radikal, gugus fungsi, senyawaan atau fase. Penentuan dengan teliti
suatu komponen didalam matriks beberapa komponen lainnya yang mirip memerlukan
pengaturan yang seksama kondisi seperti pH, kompleksam, perubahan tingkat
oksidasi. Analisis umumnya terdiri atas analisis kuantitatif dan analisis
kualitatif. Biasanya analisis kualitatif dilakukan sebelum analisis kuantitatif
(Khopkar,2010:5).
Analisis
kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang
terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tersebut, seringkali
dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau
sebagian besar sampel yang dianalisis. Jika zat yang dianalisa (analit)
tersebut menyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel, maka analit dianggap
sebagai konstituen utama. Zat itu dianggap konstituen minor jika jumlahnya berkisar
antara 0,01 hingga 1% dari sampel. Terakhir, suatu zat yang hadir hingga kurang
dari 0,01% dianggap sebagai konstituen pelarut (Day,1998:2).
Konsentrasi
larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat didalam sejumlah tertentu
pelarut atau larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan berbagai
cara, salah satu konsentrasi yang paling umum dalam kimia molaritas (M) atau
konsentrasi molar, yaitu jumlah zat terlarut dalam 1 liter larutan. Seperti
halnya kerapatan, konsentrasi adalah suatu sifat intensif, sehingga nilainya
tidak bergantung pada berapa banyak larutan yang ada. Dengan mengetahui volume
larutan dan kuantitas senyawa yang terlarut kita dapat menghitung molaritas
larutan prosedur untuk menyiapak suatu larutan yang molaritasnya diketahui
adalah sebagai berikut. Pertama, zat terlarut ditimbang secara akurat dan
kemudian dimasukkan kedalam labu volumetrik melalui corong. Selanjutnya, air
ditambahkan kedalam labu, kemudian labu digoyangkan perlahan-lahan untuk
melarutkan padatan. Setelah semua padatan melarut, air ditambahkan kembali
secara perlahan sampai ketinggian larutan dapat mencapai tanda volume. Dengan
megetahui volume larutan dan kuantitas senyawa kita dapat menghitung molaritas
larutan ( Chang,2004:106-107).
Metode penetapan
kadar secara kimia terdiri atas metode analisis volumetri dan gravimetri.
Metode tersebut berhubungan dengan reaksi-reaksi kimia. Metode analisis
gravimetri dan volumetri yang umumnya berdasarkan pada persamaan stoikiometri
dari tipe :
Reagen (R) yang
berlebih secara gravimetri bereaksi dengan konstituen (C) menghasilkan suatu
produk reaksi
yang berupa padat dan dapat ditimbang. Dalam
gravimetri reaksi kimia pemisahan kuantitatif dan kehilangan harus kurang 0,1
mg atau 0,0001 gram dengan perolehan kembali komponen utamanya sebesar 99,9%.
Sedangkan dalam volumetri, (R) ditambahkan terhadap (C) sampai
terbentk. Titik akhir reaksi ditunjukkan oleh
suatu indikator. Titik akhir diperoleh sebelum atau sesudah titik ekuivalen
(Khopkar,2010:7).
Analisis yang didalamnya tercakup perhitungan yang
didasarkan pada hubungan stoikionetri dari reaksi kimia sederhana disebut
analisis titrimetrik. Analisis dengan metode titrimetrik didasarkan pada reaksi
kimia seperti berikut :
dimana a molekul
analit, A bereaksi dengan t molekul pereasi, T. Pereaksi T, yang disebut
titran, ditambahkan secara kontinu, biasanya dari sebuah buret, dalam wujud
larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan ini disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan sebuah proses yang dinamakan standardisasi.
Penambahan dari titran tetap dilakukan sampai jumlah T secara kimiawi sama
dengan yang telah ditambahkan dengan A. Selanjutnya akan dikatakan titik
ekivalen dari titrasi telah dicapai. Agar dikatahui kapan harus berhenti
menambahkan titran, kimiawan dapat menggunakan bahan kimia yaitu indikator,
yang bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan melakukan
perubahan warna. Perubahan waran ini bisa saja terjadi persis pada titik ekivalen.
Tetapi bisa juga tidak. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warnanya
disebut titik akhir titrasi. Tentu saja diharapkan, bahwa titik akhir ini
sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Pemilihan indikator untuk membuat kedua
titik sama adalah satu aspek yang penting dalam analisis titrimetrik. Indikator
visual hanyalah satu diantara beberapa metode yang dipergunakan untuk
mendeteksi titik akhir dari titrasi (Day,1998:43-44).
Percobaan standarisasi larutan NaOH dengan larutan
standar asam oksalat termasuk titarsi netralisasi. Dalam titrasi netralisasi pH
titik akhir titrasi ditentukan oleh banyaknya
yang berlebih dalam larutan, yang besarnya
tergantung pada sifat asam, basa dan konsentrasi larutan. Sehingga penambahan
titran lebih lanjut pada titik ekivalen akan menyebabkan perubahan pH yang
cukup besar dan indikator yang digunakan haru berubah warna pada titik ekivalen
titrasi. Sehingga perubahan indikator asam-basa tergantung pada pH titik
ekivalen pada titrasi (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:60).
Perbedaan antara titik akhir dan titik ekivalen disebut
sebagai kesalahan titk akhir. Kesalahan titik akhir adalah kesalah acak yang
berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan seterminan dan
nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensionetri dan
konduktometri bergantung pada larutan standar yang mengandung sejumlah reagen
persatuan volume larutan dengan ketetapakn yang tinggi. Konsentrasi dinyatakan
dalam normalitas (g.ek/1). Larutan standar disiapkan dengan menimbangan reagen
murni secara tepat, karena tidak semua standar tersedia dalam keadaan murni.
Oleh karena itu dikenal standar primer, yaitu zat yang tersedia dalam komposisi
kimia yang jelas dan murni. Larutan tersebut hanya bereaksi pada kondisi
titrasi dan tidak melakukan reaksi sampingan. Tidak berubah ataupun bereaksi ditempat
terbuka (atmosfer). Garam terhidrat tidak baik untuk larutan standar primer
(Khopkar,2010:40).
Titrasi asam-basa untuk larutan asam basa, biasanya orang
mempersiapkan larutan asam dan basa dari konsentrasi yang kira-kira diinginkan
dan kemudian menstardisasikan salah satunya sebagai standar sekunder. Larutan
yang telah distandarisasi dapat dipergunakan sebagai larutan standar sekunder
untuk mendapatkan konsentrasi dari larutan lainnya. Bagi pekerjaan yang
membutuhkan akurasi yang tinggi, disarankan untuk menstandardisasi kedua
larutan asam dan basa terpisah dengan menggunakan stantar primer. Standar
primer yang dipergunakan secara luas untuk larutan basa terdiri dari kalium
hidrogen ftalat,
, disingkat KHP. Asam sulfomat,
dan kalium hidrogen iodat,
, adalah dua asam kuat yang merupakan
standar primer yang sempurna (Day,1998:51).
Prosedur kerja standardisasi NaOH dengan asam oksalat
dilakukan dengan menimbang 5 gram serbut NaOH yang selanjutnya dilarutkan
kedalam 250 mL aquademin. Ditimbang pula 3,1517 gram asam oksalat yang kemudian
dilarutkan kedalam 50 mL aquademin. Larutan NaOH diletakkan kedalam buret untuk
selanjutnya menjadi titran dari asam oksalat. Selanjutnya asam oksalat
dititrasi hinggaa tepat berwarna merah muda. Lalu dicatat volume yang keluar
dari NaOH sehingga akan diperoleh konsentrasi NaOH (Rakhmawati,2013:51).
Indikator adalah senyawa kimia pada interval tertentu
dari pH yang akan memberikan warna yang berbeda pada reaksi asam basa, misalnya
brontimol biru. Brontimol biru yang akan memberikan warna kuning pada suasana
asam dan biru pada suasana basa dengan interval pH antara 6,0-7,6. Sedangkan
indikator fenolftalein tidak berwarn pada asam dan warna merah pada basa dengan
interval pH antara 8,2-10. Zat warna yang terdapat dialam khususnyayang berasal
dari tumbuh-tumbuhan bila berada salam suatu larutan warnany tergantung dari
suasana pH sehingga dapat dimanfaatkan sebagai indikator (Maryanti,2011:697).
Asam oksalat dapat disintesis dari selulosa melalui
metode peleburan alkali. Alkali yang umum dipergunakan adalah NaOH dan
. Pada penelitian alkali yang digunakan
adalah
. Penggunaan
dalam proses peleburan diharapkan dapat
mempersingkat tahapan pembuatan asam oksalat dibandingkan dengan penggunaan
NaOH. Tahapan peleburan dan pengendapan dapat digabungkan sehingga efisiensi
pembuatan asam oksalat akan meningkat baik dari segi teknis maupun ekonomis
(Pandang,2016:40).
D.
ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Labu takar 100 mL 1
buah
b. Pipet ukur 25 mL 1
buah
c. Pipet ukur 10 mL 1
buah
d. Labu erlenmeyer 250 mL 6
buah
e. Corong biasa 1
buah
f. Pipet tetes 5
buah
g. Buret 50 mL 2
buah
h. Statif dan klem 2
buah
i. Botol semprot 1
buah
j. Gelas kimia 250 mL 1
buah
k. Lap kasar 1
buah
l. Lap halus 1
buah
m. Ball pipet 1
buah
n. Pipet
volum 10 mL 1
buah
2. Bahan
a. Larutan standar asam oksalat (H2C2O4)
0,1N
b. Asam cuka perdagangan (CH3COOH)
c. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,1N
d. Indikator phenopthalein (pp)
e. Aquades (H2O)
f. Label
E. PROSEDUR KERJA
1.
Standarisasi
larutan NaOH 0,1N dengan larutan standar asam oksalat 0,1N
a.
Buret
diisi dengan larutan standar NaOH 0,1N.
b.
Sebanyak
25 mL larutan asam oksalat 0,1N dipipet ke dalam labu erlenmeyer
c.
Setelah
itu, ditambahkan 3 tetes indikator phenopthalein (pp)
d.
Setelah
itu, larutan asam oksalat dititrasi dengan NaOH sampai terjadi perubahan warna
dari tak berwarna menjadi merah muda.
e.
Volume
penetrasi dicatat.
f.
Langkah
a sampai e diulangi sebanyak 3 kali.
2.
Penetapan
kadar asetat dalam cuka
a.
Dengan
menggunakan pipet volum 10 mL, diambil sebanyak 8 mL larutan cuka perdagangan (CH3COOH)
kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL.
b.
Larutan
cuka perdagangan (CH3COOH) kemudian diencerkan sampai tanda batas.
c.
Sebanyak
10 mL cuka encer diambil dengan menggunakan pipet ukur, kemudian dimasukkan ke
dalam labu erlenmeyer 250 mL.
d.
Sebanyak
3 tetes indikator pp ditambahkan ke dalam larutan dalam erlenmeyer.
e.
Larutan
cuka encer dititrasi dengan larutan standar NaOH sampai terjadi perubahan dari
larutan tak berwarna menjadi larutan berwarna merah muda.
f.
Volume
penetrasi dicatat.
g.
Langkah
a sampai f dilakukan sebanyak 3 kali.
h.
Dihitung
kadar CH3COOH dalam cuka tersebut.
F. HASIL PENGAMATAN
1.
Standarisasi Larutan Standar NaOH 0,1 N
dengan Larutan Standar Asam Oksalat 0,1 N
Volume asam
oksalat
(mL)
|
Volume NaOH
(mL)
|
Normalitas
NaOH
|
25
|
23,3
|
0,1073
|
25
|
23,4
|
0,1068
|
25
|
23,4
|
0,1068
|
Volume rata-rata = 25
|
Volume rata-rata
= 23,3667
|
N = 0,1069
|
H2C2O4 +
2NaOH + PP Na2C2O4 +
H2O
(bening) (bening)
(bening) (merah muda)
2.
Penentuan Kadar Asam Cuka
Merek asam cuka : asam
cuka perdagangan
Pembacaan buret
|
I (mL)
|
II (mL)
|
III (mL)
|
NaOH akhir
|
19,1
|
18,7
|
18,6
|
NaOH awal
|
50
|
50
|
50
|
Volume NaOH
|
30,9
|
31,3
|
31,4
|
·
CH3COOH
(8 mL) aquades CH3COOH (100
mL) (encer)
·
CH3COOH
(Jenuh) + PP (Jernih) + NaOH (Jernih)
CH3COONa + H2O
(merah
muda)
G. ANALISIS DATA
1.
Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan
larutan standar asam oksalat 0,1 N
H2C2O4 +
2NaOH + PP Na2C2O4 +
H2O
Diketahui
: VNaOH 1 = 23,3 mL
VNaOH 2 = 23,4 mL
VNaOH 1 = 23,4 mL
Ditanyakan
: N NaOH =…….?
Penyelesaian
:
N NaOH × V NaOH =
N C2H2O4
N NaOH =
a.
NNaOH1 =
=
= 0,1073 N
b.
NNaOH2 =
=
= 0,1068 N
c.
NNaOH3 =
=
= 0,1068 N
Normalitas
NaOH rata-rata
NNaOH
rata-rata =
=
= 0,1069 N
Volume
NaOH rata-rata
VNaOH
rata-rata =
=
= 23,3667 mL
2.
Penentuan kadar asam cuka
Diketahui
: VNaOH awal 1 = 50 mL
VNaOH awal 2 = 50 mL
VNaOH awal 3 = 50 mL
VNaOH 1 = 30,9 mL
VNaOH 2 = 31,3 mL
VNaOH 3 = 31,4 mL
VNaOH akhir 1 = 19,1 mL
VNaOH akhir 2 = 18,7 mL
VNaOH akhir 3 = 18,6 mL
Ditanyakan
: % kadar asam cuka = …..?
Penyelesaian
:
VNaOH
rata-rata =
=
=
31,2 mL
M NaOH = M =
=
=
N = M × valensi
Molaritas asam cuka
(M2)
M2 CH3COOH =
=
=
0,3335 N
Molaritas asam cuka
mula-mula (M1)
M1 =
= 4,1687
N
Kadar asam asetat
% CH3COOH =
=
=
34,3917 %
H.
PEMBAHASAN
1.
Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan larutan standar asam oksalat 0,1 N
Standarisasi adalah suatu proses penentuan
konsentrasi larutan. Untuk menentuakan konsentrasi suatu larutan asam-basa,
diperlukan suatu larutan standar. Larutan standar adalah suatu larutan yang
telah diketahui konsentrasinya dan biasanya berupa larutan asam atau larutan
basa yang mantap (konsentrasinya tidak berubah. Larutan standar terbagi atas larutan
satndar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer yaitu
larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung karena didapatkan dari
hasil penimbangan. Umumnya kadarnya dinyatakan dalam normalitas. Adapun
syarat-syarat larutan standar primer antara lain : mempunyai kemurnian tinggi,
rumus molekulnya pasti, tidak mengalami perubahan saat penimbangan, berat
ekivalen yang tinggi serta larutannya stabil dalam penyimpanan. Sedangkan
larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan
jalan standarisasi dengan larutan standar primer. Adapun syarat-syarat yang
dimiliki larutan standar primer, yaitu berat ekivalennya tinggi serta
larutannya tidak stabil dalam penyimpanan(Tim Dosen Kimia Dasar,2016:5).
Percobaan ini bertujuan untuk
menentukan normalitas larutan NaOH menggunakan larutan standar asam oksalat.
Percobaan standarisasi larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat ini
termasuk titrasi netralisasi. Dalam titrasi netralisasi pH titik akhir titrasi
ditentuan oleh banyaknya H+ yang berlebihan dalam larutan, yang
besarnya tergantung pada sifat asam, basa dan konsentrasi larutan (Tim Dosen
Kimia Dasar,2016:6).
Larutan NaOH distandarisasi karena larutan NaOH merupakan
larutan standar sekunder yang konsentrasinya selalu berubah dan memiliki
tingkat kemurnian yang lebih rendah dibandingkan dengan larutan primer. Pada
percobaan ini, dilakukan dengan penambahan larutan standar ke dalam asam
oksalat yang telah diketahui konsentrasinya dan telah ditetesi beberapa tetes
indikator phenolftalein. Indikator phenolftalein berfungsi sebagai penanda
tercapainya titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ditandai dengan berubahnya
warna larutan menjadi merah muda disebabkan karena indikator phenolftalein.
Titik pada saat indikator memberikan perubahan disebut titik akhir titrasi, dan
pada saat ini titrasi harus dihentikan. Idealnya bila indikator dan kondisi
titrasi sesuai, maka titik akhir titrasi dan titik ekivalen akan berimpit atau
setidaknya hanya terdapat sedikit perbedaan. Dimana titik ekivalen adalah titik
dimana mol asam dan mol basa sama (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:6).
Percobaan ini dilakukan tiga kali titrasi. Tujuan yaitu untuk
dapat membandingkan volume NaOH yang digunakan setiap melakukan titrasi. Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh volume NaOH dari titrasi I, II,
dan III, berturut-turut adalah 23,3 mL, 23,4 mL, dan 23,4 mL sedangkan volume
asam oksalat yang digunakan yaitu 25 mL. Dari data tersebut diperoleh
normalitas NaOH I,II,dan III berturut-turut yaitu 0,1073 N, 0,1068 N, dan
0,1068. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan normalitas yang
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh tidaklah sesuai. Hal ini dikarenakan
pada saat praktikan melakukan titrasi. Dalam melakukan titrasi, pengocokan sangat
berpengaruh hal ini dibuktikan pada saat melakukan titrasi II dan III dengan
volume NaOH yang dipakai sama tetapi warna dari larutan yang dititrasi tidak
sama. Pada titrasi II warna larutan tidak terlalu menunjukkan warna merah muda
sedangkan pada titrasi III warna larutan agak kelebihan. Selain itu juga
hal-hal yang berpengaruh pada saat titrasi yakni penambahan titran. Pada
penambahan titran lebih lanjut pada titik ekivalen akan menyebabkan perubahan
pH yang cukup besar dan indikator yang digunakan harus berubah warna pada titik
ekivalen (Tim Dosen Kimia Dasar,2016:6). Hal ini ditandai dengan perubahan
warna yang berlebih pada larutan yang dititrasi.
Reaksi
yang terjadi yaitu :
2. Penetapan kadar asas
asetat dalam cuka
Percobaan ini bertujuan untuk menetapkan kadar asam cuka
secara titrasi volumetri. Penentuan konsentrasi zat atau larutan dengan cara
mereaksikannya dengan cara mereaksikannya secara kuantitatif dengan menggunakan
larutan lain pada konsentrasi tertentu merupakan suatu metode analisa
volumetrik. Dalam percobaan ini larutan yang akan dititrasi dalam hal ini asam
cuka perdagangan diencerkan terlebih dahulu. Fungsi dari pengenceran yaitu
untuk mempermudah proses titrasi, karena semakin pekat suatu larutan maka semakin
banyak waktu yang dibutuhkan larutan tersebut dalam proses titrasi, dan semakin
banyak pula volume NaOH yang digunakan. Adapun reaksinya yaitu :
CH3COOH
(8 mL) aquades CH3COOH (100
mL) (encer)
Kemudia
Larutan asam dititrasi sampai dengan tercapainya titik akhir titrasi yang
ditandai dengan adanya perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda.
Perubahan warna terjadi karena adanya penambahan indikator phenolftalein
sebelum titrasi dilakukan. Dari hasil pengamatan diperoleh volume NaOH yang
dipakai pada titrasi I, II dan III secara berturur-turut yaitu 30,9 mL, 31,3 mL
dan 31,4 mL. Dari hasil pengamatan dari percobaan ini diperoleh volume NaOH
pada titrasi I,II, dan III yaitu berturut-turut 31,0, 31,4, dan 31,9 mL dan
volume rata-rata dari NaOH tersebut yaitu 31,2 mL. Perhitungan kadar asam
asetat dalam larutan cuka dilakukan dengan mengalikan volume rata-rata dari
NaOH dengan normalitas larutan standar yaitu NaOH dan membaginya dengan volume
asam cuka yang digunaka. Sehingga kadar asam asetat yang diperoleh dari percobaan
ini yang telah yaitu 34,3917%, hasil tersebut membuktikan bahwa dalam larutan
cuka terdapat terdapat asam asetat sebanyak 34,3917 mL dalam 100 mL larutan.
Reaksi
yang terjadi yaitu :
CH3COOH(aq)(Jenuh)+PP(aq)
(Jernih)+ NaOH(aq)
(Jernih) CH3COONa(aq) + H2O(l)
(merah
muda)
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Nilai normalitas
NaOH yang diperoleh yaitu 0,1069 N. Kadar asam asetat dalam larutan cuka dapat
ditentukan dengan melakukan standarisasi larutan asam cuka perdangangan dengan
larutan standar NaOH yang melalui proses pengenceran. Kadar asam asetat yang diperoleh
yaitu 34,3917%.
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya pada saat
melakukan titrasi, lebih teliti lagi. Agar tidak terjadi kesalahan pada saat
menitrasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Chang, Raymond.2004. Kimia
Dasar Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Erlangga
Day, R.A.1998. Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Khopkar, S.M.2000. Komsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia
Maryanti, Evi., Bambang
Trihadi., dan Ikhwaruddin.2011. Pemanfaatan Ekstrak Bunga Mawar Merah (Rosa
hibrida bifera) Sebagai Indikator Pada Titrasi Asam Basa. Jurnal Gradien.
Vol.7 No.2
Pandang, Iloan., Yos
Pawer Ambanta., dan Seri Maulina.2016. Pembuatan Asam Oksalat Dari Pelepah
Kelapa Sawit (Elaeis guneensis) Dengan Hidroksida. Jurnal Teknik Kimia
USU. Vol.5 No.1
Rakhmawati, Fauziyah
dan Suprapto.2013. Pengendapan Magnesium Hidroksida Pada Elektrolisis Larutan
Garam Industri. Jurnal Sains dan Seni Pomits.
Vol.2 No.2
Tim Dosen Kimia
Dasar.2016. Penuntun Praktikum Kimia Dasar Lanjut.
Makassar: FMIPA UNM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar