A. Judul Percobaan
Gravimetri
B.
Tujuan
Percobaan
1. Mengetahui
penentuan air Kristal terusi (CuSO4 x H2O)
2. Mengetahui
penentuan besi sebagai besi (III) oksida
C. Landasan Teori
Analisis
gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat di timbang dengan teliti. Berat unsur dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusunnya.
Pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa
cara seperti : metode pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis
atau berbagai macam metode lainnya. Metode gravimetri memakan waktu cukup lama,
adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi
dapat digunakan (Khopkar, 2014 : 27).
Gravimetri
dapat digunakan untuk menentukan hampir semua anion dan kation anorganik serta
zat-zat netral seperti air, belerang dioksida, karbon dioksida, dan iodium.
Selain itu, pelbagai jenis senyawa organik dapat pula ditentukan dengan mudah
secara gravimetri. Contoh-contohnya antara lain: penentuan kadar laktosa dalam
susu, salisilat dalam sediaan obat, fenolftalein dalam obat pencahar, nikotina
dalam pestisida, kolesterol dalam biji-bijian dan benzaldehida dalam
buah-buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara gravimetri merupakan salah satu
cara yang paling banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia (Rivai, 1995: 309).
Metode
Gravimetri untuk analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi
pengendapan, yang secara umum dinyatakan dengan persamaan:
a A + p P → A a P p
“a”
adalah koefisien reaksi setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien
reaksi setara dari reaktan pengendap (P) dan AaPp adalah
rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut
(mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat setelah proses
pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengandap P umumnya dilakukan
secara berlebih agar dicapai pengendapan yang sempurna. Agar penentapan
kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil yang mendekati nilai
sebenarnya, harus dipenuhi dua kriteria yaitu proses pemisahan atau pengendapan
analit dari komponen lainnya berlangsung sempurna dan endapan analit yang
dihasilkan diketahui dengan tepat komposisinya dan memiliki tingkat kemurnian
yang tinggi, tidak bercampur dengan zat
pengotor (Ibnu, 2004: 135).
pengotor (Ibnu, 2004: 135).
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan penimbangan
berat suatu senyawa tertentu. Saponin
dalam daun lidah mertua dapat diisolasi dan ditetapkan kadarnya dengan metode
gravimetri. Salah satu kelebihan metode gravimetri yaitu tidak membutuhkan zat
pembanding sehingga lebih mudah untuk penetapan kadar saponin. Pada peneltian
ini penetapan kadar saponin dilakukan sebanyak 3 kali dengan hasil perhitungan
kadar ratarata sebesar 3, 1258% (Mien, 2015 : 66,68).
Proses pengendapan dapat dipakai untuk peningkatan
kadar unsur dan juga untuk pemisahan unsur dengan unsur yang lain. Proses
pengendapan merupakan proses pemisahan yang mudah, cepat dan murah. Pada
prinsipnya pemisahan unsur-unsur dengan cara pengendapan karena perbedaan
besarnya harga hasil kali kelarutan (Suyanti, 2008 : 430).
Dalam gravimetri, endapan biasanya
dikumpulkan dengan penyaringan cairan induknya melalui kertas saring atau alat
penyaring kaca masir. Kertas saring yang digunakan dalam gravimetri terbuat
dari selulosa yang sangat murni sehingga jika dibakar hanya meninggalkan sisa
abu sangat sedikit. Selain dengan penyaringan, endapan dapat pula dipisahkan
dengan cara pengenap-tuangan. Dengan cara ini, endapan yang berada dalam cairan
induknya diendapkan beberapa saat, kemudian cairan bagian atasnya dituangkan
kedalam wadah lain. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang sampai semua cairan
terpisah dari
endapan (Rivai, 1995: 305).
endapan (Rivai, 1995: 305).
Metoda gravimetri adalah
metoda absolut (primer) yang digunakan untuk mengetahui kadar suatu zat
berdasarkan persenyawaan murni yang hilang dan yang terbentuk. Thorium yang
ditetapkan secara gravimetri melalui penimbangan yang menggunakan neraca yang
terkalibrasi (traceable), pelarutan yang digunakan adalah campuran asam
nitrat dengan asam fluorida (2500ml : 1ml), penambahan fluorida dalam jumlah
kecil yang dapat membantu mempercepat pembentukan endapan atau pengkristalan
pada sampel yang mengandung logam Thorium. Penambahan asam oksalat jenuh dapat
membantu dalam pembentukan endapan menjadi Thorium oksalat dan gas NO2
menghilang dengan adanya proses pemanasan (Fatimah, 2009 : 15).
Pengendapan dilakukan
sedemikian rupa sehingga memudahkan proses pemisahannya, misal: Ag diendapkan
sebagai AgCl, dikeringkan pada 130ºC, kemudian ditimbang sebagai AgCl atau Zn
diendapkan sebagai Zn (NH4)PO4.6H2O,
selanjutnya dibakar dan ditimbang sebagai Zn2P2O7.
Aspek yang penting dan perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya
mempunyai kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi.
Kedua, sifat fisik endapan sedemikian rupa sehingga mudah dipisahkan dari
larutannya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor, ukuran
partikelnya cukup besar, serta endapan dapat diubah menjadi zat murni dengan
komposisi kimia tertentu (Khopkar, 2014: 27).
Untuk menghilangkan
sisa-sisa cairan induk dan kotoran yang terjerap, maka endapan harus dicuci
setelah disaring. Pencucian akan berhasil jika pencucian dilakukan
berulang-ulang dengan pemakaian sebagian demi sebagian cairan pencuci.
Pencucian dilanjutkan terus sampai ion pengotor telah hilang sama sekali.
Hilangnya ion pengotor ditandai dari hasil negatif pada pengujian cairan pencuci
dengan pereaksi yang cocok. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pencucian
endapan adalah pemilihan larutan pencuci. Sebenarnya air murni merupakan cairan
pencuci yang paling cocok, namun air hanya dapat digunakan bila endapan yang
akan dicuci berupa hablur dan mempunyai kelarutan yang rendah (misalnya BaSO4).
Untuk menghindarkan larutnya endapan kembali karena terbentuknya koloid, maka
endapan-endapan yang tak terbentuk seperti Fe(OH)3, Al(OH)3
dicuci dengan air panas yang mengandung elektrolit lembam, misalnya NH4NO3. Zat pengendap itu haruslah zat yang
mudah menguap sehingga dapat hilang pada saat pemijaran endapan (Rivai, 1995:
305-306).
Tujuan mencuci
endapan adalah menghilangkan kontaminasi pada permukaan. Komposisi larutan
pencuci tergantung pada kecenderungan terjadinya presipitasi. Untuk pencucian
digunakan larutan elektrolit kuat, dan dia harus mengandung ion sejenis dengan
endapan untuk mengurangi kelarutan endapan. Larutan tersebut juga harus mudah
menguap agar mudah menimbang endapannya. Garam ammonium dapat digunakan sebagai
cairan pencuci. Larutan panas lebih disukai. Larutan pencuci dibagi menjadi 3
kelompok yaitu larutan yang mencegah terbentuknya koloid yang mengakibatkan
dapat lewat kertas saring, larutan yang mengurangi kelarutan dari endapan dan
larutan yang dapat mencegah hidrolisis garam dari asam lemah atau basa lemah
(Khopkar, 2014 : 31).
Untuk membuat endapan hidroksida, ditambah dengan NH4OH.(amonia)
yang reaksinya sebagai berikut :
M
(NO3)n (Aq) + nNH4OH
M(OH)n ↓ + n NH4NO3
Amonia
dipilih karena merupalan basa yang sangat mudah untuk direaksikan dengan larutan
nitrat dan ion NH4+ tidak akan mengotori endapan yang
terbentuk. Faktor yang sangat berpengaruh adalah jumlah HNO3 dan
tingkat pengendapan. Atau tingkat fraksinasi (Suyanti, 2008 : 431).
Setelah dipisahkan, endapan diubah
bentuknya menjadi bentuk timbang dengan cara pengeringan atau pemijaran.
Pengeringan adalah proses pemanasan endapan pada suhu 100-1500C, dan
digunakan untuk mengubah endapan yang basah menjadi bentuk-timbang yang kering.
Sedangkan pemijaran adalah proses pemanasan endapan bersama-sama dengan kertas
saring pada suhu rendah pada mulanya untuk mengarangkan kertas saring itu tanpa
timbulnya nyala, dilanjutkan dengan pemijaran dalam tanur pemijar pada suhu
600-1100oC. Suhu dan lamanya pemijaran tergantung pada sifat-sifat
endapan. Bila bentuk endapan dan bentuk-timbang sama, maka pemijaran dilakukan
pada suhu yang cukup tinggi untuk menghilangkan semua air dan kotoran yang
mudah menguap, tapi suhunya juga harus cukup rendah untuk menghindarkan
terjadinya pelelehan, penyubliman, atau penguraian hasil pijar. Jika diperlukan
pengubahan susunan kimia selama pemijaran, maka dipakai suhu pemijaran yang
agak lebih tinggi. Misalnya, endapan Fe(OH)3 harus dipijarkan pada
suhu 1000-1100oC untuk mengubahnya menjadi Fe2O3.
Namun perlu diperhatikan bahwa reduksi tidak boleh terjadi selama pemijaran,
dan oksidasi kembali harus dilakukan jika telah terjadi reduksi. Misalnya, BaSO4
dapat tereduksi sebagian menjadi BaS, karena itu hasil pijar harus ditambah
asam sulfat dan kemudian dipijar kembali (Rivai, 1995: 306).
Pereaksi organik yang
digunakan pada analisis gravimetri dikenal sebagai endapan organik. Pemisahan
satu atau lebih ion-ion anorganik dari campurannya dilakukan dengan menambahkan
pereaksi organik. Karena senyawa-senyawa organik tersebut mempunyai berat
molekul yang besar, maka dapat ditentukan sejumlah kecil ion dengan pembentukan
endapan dalam jumlah besar. Endapan organik yang baik harus mempunyai sifat sfesifik.
Endapan yang terbentuk oleh pereaksi organik, dikeringkan atau dibakar dan
ditimbang sebagai
oksidanya (Khopkar, 2014: 32).
oksidanya (Khopkar, 2014: 32).
Dalam analisis gravimetri
endapan yang dihasilkan ditimbang dan dibandingkan dengan berat sampel.
Persentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :
Untuk
menetapkan berat analit dari endapan sering dihitung melalui faktor gravimetri.
Faktor gravimetri didefenisikan sebagai jumlah berat analit dalam 1 gram berat
endapan. Hasil kali dari berat endapan P dengan faktor gravimetri sama dengan
berat analit.
Berat
analit A = berat endapan P × faktor gravimetri, sehingga :
Faktor
gravimetri dapat dihitung bila rumus kimia analit dari endapan diketahui dengan
tepat (Ibnu, 2004: 135-136).
Pada penentuan air kristal terusi (CuSO4.xH2O),
kristal terusi yang mengikat air kristal berwarna biru, sedangkan yang tanpa
air kristal berwana putih. Pada penentuan kadar besi sebagai besi (III) oksida,
Besi (III) diendapkan dengan amonia sebagai besi (III) hidroksida. Endapan ini
telah dipisahkan dan dibersihkan serta dipijarkan, kemudian ditimbang sebagai
besi (III) oksida (Tim Dosen, 2011: 9).
D. Alat
dan Bahan
1. Alat
a. Neraca
analitik 1 buah
b. Kasa
dan asbes @
1 buah
c. Oven 1
buah
d. Gelas
kimia 500 ml 1
buah
e. Hot
plate 1
buah
f. Eksikator 1
buah
g. Kompor 1
buah
h. Gegep
kayu 3
buah
i. Lumpang
dan alu @
1 buah
j. Krus
porselin 3
buah
k. Kaca
arloji 1
buah
l. Pipet
tetes 5
buah
m. Gelas
ukur 10 mL dan 250 mL @
1 buah
n. Batang
pengaduk 1
buah
o. Botol
semprot 1
buah
p. Stopwatch 1
buah
q. Spatula
1
buah
r. Lap
kasar dan lap halus @
1 buah
2. Bahan
a. Air
Kristal terusi (CuSO4. x H2O)
b. 0,8
gram Kristal besi (II) ammonium sulfat (NH4SO4.FeSO4.H2O)
c. Aquadest
(H2O)
d. Larutan
Asam Nitrat (HNO3) pekat
e. Larutan
ammonia (NH3) 1:1
f. Larutan
asam klorida (HCl)
g. Larutan
ammonium nitrat (NH4NO3) 1 %
h. Kertas
saring bebas abu
E. Prosedur
Kerja
1. Penentuan
Air Kristal Terusi (CuSO4 x H2O)
a. Kristal
terusi digerus
b. Krus
porselin ditimbang.
c. 0,5
gram Kristal terusi dimasukkan ke dalam cawan porselin dan beratnya dicatat sebagai
Wo.
d. Kristal
CuSO4 dipanaskan di dalam oven selama 1 jam 30 menit sampai berwarna
putih.
e. Kristal
CuSO4 dipindahkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan setelah
dingin ditimbang. Beratnya di catat sebagai W1
f. Kristal
CuSO4 dipanaskan kembali selama 30 menit dan dipindahkan ke dalam
eksikator selama 30 menit
g. Kristal
CuSO4 di timbang dan beratnya dicatat sebagai W2
h. Diulangi
sampai mendaptkan selisih 0,002 gram
2. Penentuan
Besi sebagai Besi (III) Oksida
a. Gelas
arloji ditimbang
b. 0,8
gram Kristal besi (II) Ammonium Sulfat ditimbang di atas gelas arloji dan
beratnya dicatat sebagai W0
c. Kristal
besi (II) Amonium sulfat dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 ml.
d. Kristal
besi (II) Amonium sulfat dilarutkan dengan 250 ml aquadest
e. Sebanyak10
ml HCl 1:1 ditambahkan
f. Diaduk
dan ditutup menggunakan gelas arloji
g. Sebanyak
2 – 4 ml HNO3 pekat dan didihkan beberapa menit sampai diperoleh
warna kuning jernih
h. Diencerkan
dengan aquadest sebanyak 110 mL dan didihkan kembali
i. Ammonia
1:1 ditambahkan secara perlahan sampai berlebih dan tercium bau ammonia
j. Didihkan
selama 1 menit sampai endapan terendapkan turun. Dan diperhatikan bahwa larutan
di atas endapan jernih
k. Larutan
dan endapan disaring dengan kertas saring bebas abu
l. Endapan
yang dihasilkan dicuci dengan ammonium nitrat 1 % dan aquadest yang mendidih
m. Krus
porselin ditimbang
n. Endapan
beserta kertas saring dimasukkan ke dalam krus porselin dan dipijarkan
o. Hasil
pijarannya ditimbang sebagai Fe2O3 dan hasilnya dicatat sebagai Wi.
F. HASIL
PENGAMATAN
1. Penentuan
Air Kristal Terusi
|
No.
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1.
|
Ditimbang krus kosong
|
W = 24,162 gram
|
|
2.
|
Ditimbang CuSO4 x H2O
|
Wo = 0,500 gram
|
|
3.
|
Panaskan selama 1,5 jam dan dinginkan
selama 30 menit
|
|
|
4.
|
CuSO4 x H2O
ditimbang (W1)
|
W1 = 24,540 gram
|
|
5.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan selama 30 menit
|
|
|
6.
|
CuSO4 x H2O
ditimbang (W2)
|
W2 = 24,540 gram
|
|
7.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan selama 30 menit
|
|
|
8.
|
CuSO4 x H2O
ditimbang (W3)
|
W3 = 24,533 gram
|
|
9.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan selama 30 menit
|
|
|
10.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan (W4)
|
W4 = 24,530 gram
|
|
11.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan selama 30 menit
|
|
|
12.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan (W5)
|
W5 = 24,530 gram
|
|
13.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan selama 30 menit
|
|
|
14.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan (W6)
|
W6 = 24,534 gram
|
|
15.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan selama 30 menit
|
|
|
16.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan (W7)
|
W7 = 24,530 gram
|
|
17.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan selama 30 menit
|
|
|
18.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan (W8)
|
W8 = 24,530 gram
|
|
19.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan selama 30 menit
|
|
|
20.
|
CuSO4 x H2O
dipanaskan (W9)
|
W9 = 24,530 gram
|
2. Penentuan
Besi Sebagai Besi (III) Oksida
|
No.
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
|
1.
|
NH4SO4
. FeSO4 . 6H2O ditimbang
|
0,800 gram
|
|
2.
|
Dilarutkan
NH4SO4 . FeSO4 . 6H2O dengan H2O
sebanyak 250 ml sambal diaduk
|
Larutan berwarna kuning
|
|
3.
|
+
10 ml HCl 1:1 dan ditutup dengan gelas arloji
|
Larutan berwarna kuning
|
|
4.
|
+
2-4 ml HNO3 pekat dan didinginkan
|
Larutan berwarna kuning
|
|
5.
|
Dipanaskan
|
Larutan berwarna kuning jernih
|
|
6.
|
Diencerkan
dengan air sebanyak 110 mL dan didihkan kembali
|
Larutan berwarna kuning jernih
|
|
7.
|
+
NH3 1:1 secara perlahan-lahan
|
Larutan berwarna coklat
|
|
8.
|
Larutan
disaring menggunakan kertas saring bebas abu
|
Diperoleh endapan pada kertas saring
bebas abu
|
|
9.
|
Endapan
diperoleh dan dicuci dengan NH4NO3 1% dan H2O
|
Tidak terjadi perubahan pada endapan
|
|
10.
|
Endapan
yang diperoleh pada kertas saring bebas abu dimasukkan bersama ke dalam krus
dan dipijarkan di atas kompor
|
Kertas saring berubah menjadi abu dan
diperoleh serbuk berwarna coklat kehitaman
|
|
11.
|
Didinginkan
selama 30 menit
|
|
|
12.
|
Hasil
pijaran kemudian ditimbang sebagai Fe2O3 dan hasilnya
dicatat sebagai Wi
|
0,033 gram
|
G. Analisis
Data
1.
Penentuan
kandungan air kristal terusi (CuSO4∙xH2O)
Dik:
BM CuSO4∙5H2O =
179,37 g/mol
BM H2O =
18 g/mol
Berat krus kosong =
24,162
g
W0 CuSO4∙5H2O
+ berat krus kosong = 24,662
g
W1 + krus =
24,540
g
W2 + krus =
24,540 g
W3 + krus =
24,533
g
W4 + krus =
24,530
g
W5 +
krus = 24,530
g
W6 +
krus = 24,534
g
W7 +
krus = 24,533
g
W8 +
krus = 24,530
g
W9 +
krus = 24,530
g
W1 =
0,378 g
W2 =
0,378 g
W3 =
0,371 g
W4 =
0,368 g
W5 = 0,368 g
W6 = 0,372 g
W7 = 0,371 g
W8 = 0,368 g
W9 = 0,368 g
Karena W9 mendekati 0,0002 g, maka
Wn =
(W9 + krus) – W krus kosong
= 24,530 g – 24,162 g
= 0,368 g
Dit: x = .....?
Peny:
= 3,65 ~ 3,7
Menurut teori:
CuSO4∙5H2O → CuSO4 + 5 H2O
0,5 g
- -
Mol CuSO4∙5H2O =
Mol CuSO4 =
= 0,0027 mol
massa CuSO4 =
mol x Mm CuSO4
= 0,0027 mol x 161,37 g/mol
= 0,44 g
Mol H2O =
= 0,0135 mol
massa H2O = mol x Mm H2O
= 0,0135 mol x 18 g/mol
= 0,243 g
x =
=
%
rendemen =
=
= 74%
2.
Penentuan
besi sebagai besi (III) oksida
Dik: BM
Fe2O3 = 160
g/mol = 160 mg/mmol
BM Fe = 56 g/mol = 56 mg/mmol
W0 =
0,8 g = 800 mg
Wn =
0,533 g = 533 mg
Dit: % Fe = ....?
Faktor
gravimetri
Fg
=
=
=
= 0,7
%
Fe =
x
100%
=
x 100%
=
x 100%
= 0,4663 x 100%
= 46,6375 %
= 46,64%
Menurut Teori
% Fe =
=
= 70 %
Sehingga:
% rendemen =
=
= 66,6285%
= 66,63%
H. Pembahasan
Analisis gravimetri
adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu.
Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi
unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk
yang dapat di timbang dengan teliti. Berat unsur
dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang
menyusunnya (Khopkar, 2014 : 27).
dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang
menyusunnya (Khopkar, 2014 : 27).
1. Penentuan
Air Kristal Terusi (CuSO4.
xH2O)
Bahan yang dianalisis pada percobaan ini adalah CuSO4. xH2O. Bahan tersebut adalah salah
suatu senyawa hidrat. Hidrat adalah zat padat yang
mengikat beberapa molekul air. kristal
terusi yang mengikat air, kristalnya berwarna biru sedangkan yang tanpa air
kristal berwarna putih. Pada
analisis gravimetri ini akan ditentukan kadar H2O
yang terikat pada tiap mol zat CuSO4
yang ditandai dengan berubahnya warna Kristal terusi menjadi berwarna putih.
Kandungan air yang terikat pada
CuSO4 dianalisis dengan metode gravimetri dan
hasil yang didapatkan dihitung secara Stoikiometri. Adapun struktur air Kristal terusi
yaitu
Prinsip dari percobaan
ini adalah untuk mengetahui berapa molekul air dari CuSO4. xH2O yang
terhidrat. Dengan cara memanaskan air terusi yang masih berwarna biru dalam krus porselin yang telah
diketahui beratnya dapat ditentukan banyaknya air yang terkandung dalam
air kristal terusi (CuSO4.
xH2O).
Warna biru menandakan bahwa kristal masih mengandung air (beberapa molekul H2O).
Pemanasan CuSO4.
xH2O
dilakukan di dalam oven dengan suhu 104oC-110oC sampai
kristal berubah menjadi berwarna putih. Fungsi dari pemanasan yaitu untuk
menghilangkan atau menguapkan air yang terkandung pada kristal terusi CuSO4. Hilangnya kandungan air ditandai dengan berubahnya warna
kristal dari berwarna biru menjadi putih dan berkurangnya berat kristal. Setelah
pemanasan, kristal dimasukkan ke dalam eksikator yang fungsinya untuk
mempercepat proses pendinginan dan agar kristal tidak menyerap lagi uap air
yang terdapat di udara bebas karena di dalam eksikator, pada bagian bawahnya
ditempatkan silika gel sehingga pengaruh uap
air selama pengeringan dapat diserap oleh silika gel tersebut. Selain itu eksikator sifatnya
vakum yakni dapat mencegah uap air yang berada di luar eksikator tidak masuk ke
dalam eksikator.
Setelah melakukan pemanasan dan pendinginan kristal kemudian ditimbang dan
beratnya dinyatakan sebagai W1. Pemanasan dan pendinginan ini
dilakukan selama sembilan kali, dan didapatkan bobot kristal terusi konstan
yaitu 0,368 gram. Pemanasan dan pendinginan dilakukan berkali-kali dengan
tujuan diperolehnya berat konstan dari kristal terusi tersebut, dimana beratnya
dikatakan konstan jika selisih antara dua penimbangan hanya 0,0002 gram
saja. Selain itu, perlakuan dengan pemanasan dan pendinginan yang dilakukan
berkali-kali tersebut juga bertujuan untuk melepaskan semua kandungan air yang
terdapat di dalam CuSO2. 5H2O, sehingga diperoleh berat
kristal yang sebenarnya.
Berdasarkan percobaan dan analisis data, kandungan air yang
diperoleh hanya 3,7. Artinya koefisien H2O dalam kristal terusi
adalah 3,7. Jadi, rumus kristal terusi yang digunakan adalah CuSO4.
3.7 H2O. Dan % rendemennya yaitu 74%. Artinya
terdapat 74% air dalam 0,500 gram Kristal. Namun hal ini tidak sesuai dengan
analisis data yang sesuai dengan teori dimana yang seharusnya rumus kristal
terusi yang digunakan adalah CuSO2.5H2O. Hal ini
disebabkan karena ketidaktelitian dalam pemanasan yang dilakukan tidak maksimal
dimana pemanasan hanya dilakukan selama 30 menit. Selama pemanasan berlangsung
air menguap sesuai persamaan reaksi:
(biru) (putih)
2. Penentuan Kadar Besi Sebagai Besi (III)
Oksida
Analisis
Gravimetri adalah suatu cara atau
proses perhitungan dalam menentukan kadar besi (Fe), dimana senyawa yang akan
ditentukan dilarutkan terlebih dahulu kemudian diendapkan menjadi endapan yang
sukar larut, dimana metode ini disebut metode pengendapan. Prinsip kerja yang
dilakukan yaitu melarutkan, pemanasan, dan pengendapan. Percobaan ini dilakukan
dengan tujuan untuk dapat menentukan kadar besi (Fe) (III) sebagai ferri
trioksida (Fe2O3), dimana Fe2O3 dapat
diperoleh dengan memanaskan pada suhu tinggi endapan Fe2O3 .
x H2O. Dalam percobaan ini dilakukan dengan melarutkan Besi (II)
ammonium sulfat dengan aquadest yang berfungsi untuk melarutkan Besi (II)
ammonium sulfat karena air merupakan pelarut yang baik dan kemudian ditambahkan
dengan asam klorida (HCl) 1:1 untuk memberikan suasana asam yang mendukung
terjadinya proses oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang
kemudian ditutup dengan menggunakan gelas arloji dengan tujuan untuk
menghindari proses penguapan oleh HCl. Reaksi yang terjadi yaitu
Selanjutnya dilakukan penamabahan asam nitrat (HNO3)
yang bertujuan untuk mengoksidasi Fe2+ yang terkandung dalam
larutan menjadi Fe3+, dimana HNO3 sebagai penyumbang ion
NO3- yang akan berikatan dengan Fe3+. Adapun
penambahan amonia 1:1 secara berlebih yang bertujuan agar terbentuk endapan
Fe(OH)3 dan penambahan dihentikan setelah penetesan tidak terbentuk
endapan lagi serta terciumnya bau amonia. Endapan yang diperoleh adalah endapan
Fe3+ yang terjadi sebagai hasil dari reaksi antara larutan dengan
amonia sesuai dengan reaksi:
Fe3+
+ 3NO3– + NH3(aq) + H2O(l)
Fe(OH)3 .NH4 + 3NO3–
Endapan yang diperoleh berwarna cokelat yang kemudian diencerkan
kembali dengan aquadest dan didihkan kembali selama 1 menit sampai endapan
terendapkan. Endapan didinginkan dan disaring dengan menggunakan kertas saring
yang yang bebas abu dengan tujuan jika dilakukan pemijaran, kertas saring tidak
meninggalkan abu sehingga tidak mempengaruhi endapan besi oksida yang
diperoleh. Pada saat penyaringan larutan didiamkan beberapa saat agar Fe(OH)3
dapat mengendap dengan sempurna. Setelah endapan didapatkan pada kertas saring,
selanjutnya endapan tersebut di dicuci dengan amonium nitrat (NH4NO3)
dan air yang telah dididihkan sebelumnya. Fungsi dari pencucian ammonium nitrat
tersebut agar endapan terbebas dari ion-ion pengganggu seperti: klorida dari
HCl dan NH4OH, sehingga pada akhir percobaan akan
diperolah Fe3+ dalam keadaan murni. Sedangkan pencucian air
berfungsi untuk mengikat air yang masih terkandung dalam endapan tersebut. Adapun
reaksi yang terjadi:
Fe(OH)3(s)
+ NH4 + 3NO3
Fe2O3.xH2O
Kemudian
endapan Fe2O3 . xH2O tersebut dipanaskan dengan pemanasan
suhu tinggi selama 3-4 jam di atas kompor.
Reaksi
yang terjadi :
Fe2O3.xH2O
Fe2O3(s)
+ H2O
Endapan Fe2O3 yang terbentuk
selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar Fe dalam sampel. Berdasarkan
perhitungan pada analisa data diperoleh kadar Fe dalam sampel sebesar 46,64%
dengan rendemen 66,63%. Kadar Fe dalam sampel 46,64%
artinya hanya terdapat 46,64%
dari hasil berat endapan Fe2O3
yang terbentuk yaitu 0,033 gram. Hasil yang diperoleh berbeda dengan
perhitungan secara teori, dimana hasil yang diperoleh adalah 70 % dari berat endapan. Perbedaan hasil
yang diperoleh dapat disebabkan beberapa faktor yaitu reaksi tidak berlangsung
secara sempurna pada saat penambahan ammonia, pada saat pencucian endapan
kemungkinan dilakukan tidak merata, atau terdapat ion lain yang ikut mengendap
karena teradsobsi pada gel Fe(OH)3. Selain itu dapat pula disebabkan
oleh kurang telitinya dan kurang maksimalnya pemijaran karena proses pemijaran
yang dilakukan di atas kompor dan tidak menggunakan tanur sehingga pemijaran
kurang maksimal karena pemijaran yang dilakukan seharusnya pada suhu 800-900o
dan pendinginan yang dilakukan praktikan, dan adanya kontaminasi zat lain.
Selain itu, tidak dilakukan pengujian filtrate dengan AgNO3.
I.
Penutup
1. Kesimpulan
a. Kandungan
air kristal terusi (CuSO4.
xH2O) adalah 3,7, yang artinya di dalam kristal terusi terdapat 3,7
molekul H2O yang terikat pada kompleks Cu2+dan dengan %
rendemennya yaitu 74%.
b. Kadar
besi dalam Fe2O3 yang diperoleh yaitu sebanyak 46,64%
dengan persen rendemennya yaitu 66,63%
2. Saran
Praktikan
diharapkan lebih teliti dalam melakukan pemanasan krus, baik di atas kompor,
oven ataupun di dalam tanur. Sehingga berat yang diperoleh dapat sesuai dengan
teori.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Syamsul., Rahmiati dan Yoskasih. 2009. Verifikasi
Metoda Gravimetri Untuk Penentuan Thorium. Pusat
Teknologi Bahan Bakar Nuklir. ISSN
1979-2409 No. 03 / Tahun II.
Ibnu, M. Sodiq
Dkk. 2004. Kimia Analitik. Malang: Universitas Negeri Malang.
Khopkar, S. M.
2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Mien, Dumanauw Jovie., Wullur Adeanne Carolin Dan Poli Anindita Firhani. 2015. Penetapan
Kadar Saponin Pada Ekstrak Daun Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata
Prain Varietas S. laurentii) Secara Gravimetri. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan. Vol. 2, No. 2.
Rivai, Harrizul.
1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suyanti, MV Purwani dan Muhadi Aw. 2008. Peningkatan Kadar Neodimium
Secara Proses Pengendapan Bertingkat Memakai Amonia. Seminar
Nasional IV SDM Teknologi Nuklir Yogyakarta. ISSN 1978-0176.
Tim Dosen Kimia
Analitik. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analitik I. Makassar: Laboratorium Kimia FMIPA UNM.
NICE
BalasHapusDownload ebook florey full 1-38 volume pdf
BalasHapusDownload ebooks florey Analytical Profiles of Drug Substances and Excipients Full Volume Pdf